*enjoy for reading(3000+)
25. PERNYATAAN
Galen memegangi bibirnya setelah menyerukan kalimat itu. Ia memandangi sekitar. Damn! Masih banyak orang di tempat ini. Bahkan, mereka ada yang mulai berbisik-bisik.
"Apa lo?" tanya Galen dengan wajah galaknya.
Cewek tak jauh dari tempat Galen berada langsung tersenyum. "Ciee, lo suka sama adik kelas, Gal?"
"Apaan, sih? Diem gak?!" Galen mengambil kunci motornya yang sedari tadi masih menancap di sana.
"Kalo suka cepet ungkapin, Gal. Bentar lagi lulusan," ujar cewek itu lagi. Galen terdiam memikirkan kalimatnya. Benar, sebentar lagi dia akan lulus dan tidak menginjak kaki di sekolahan ini lagi.
Galen mengangguk samar. "Thanks udah ngingetin," ucapnya. Setelah itu, Galen berjalan menyusuri koridor untuk menemui teman-temannya. Benar dugaannya, keempat temannya sudah menjadi pajangan di luar kelas.
"Ajegile, si bos tumben datengnya gak bikin guru BK ngamuk," ujar Mario menyambut kedatangan Galen.
Doni buru-buru meraup kasar wajah Mario. "Lo pagi-pagi udah bangunin macan aja kerjaannya," decaknya.
Galen menatap mereka dengan malas. Ia langsung mendaratkan badannya ke kursi panjang tepatnya di sebelah Jordan yang bermain gitar. Jordan segera menggeser tubuhnya, memberi ruang lebar untuk Galen.
"Dateng-dateng muka lo kucel banget, Gal. Ada apa?" tanya Jordan, sok perhatian.
"Biasa, doi lagi ada yang ngelirik," ujar Mario sembari menepuk pundak Doni. "Bener gak, Don?"
Doni tersenyum menyeringai. "Yoi, dong."
"Tugas kalian pada selesai?" Tiba-tiba, Gilang bertanya demikian. Membuat teman-temannya langsung tertuju pada cowok itu.
"Tugas apa? Tugas yang mana?" Mario bertanya heboh. Ia buru-buru membuka tasnya yang sedari tadi hanya sebagai hiasan bahu. "Heh, jangan ngadi-ngadi lo! Hari ini MTK-nya pak Prawoto, kan?" Keempat cowok di tempat itu memandang Mario heran. Tumben sekali ia seheboh ini.
Doni menggaruk kepalanya. "Pak Prawoto? Hari ini jadwalnya Pak Trobas, Yo! MTK wajib."
Mario membulatkan matanya. "Eh yang bener lo, Don? Astaga, salah buku dong gue." Mereka sontak menertawai Mario.
"Biasa ae lah, mukanya! Kaya gak pernah gini aja. Tenang aja, Yo! Lo dihukum, kita semua ikut," ujar Jordan.
Galen dan Gilang langsung menolak. "Gak, gue ogah dihukum," ujar Galen. Gilang mengangguk menyetujui.
"Bentar lagi lulus woi! Tobat napa?" decak Gilang.
Mario menggaruk kepalanya. Wajahnya terlihat sangat gusar. Ia terus menggerutu. Menyalahkan dirinya yang selalu teledor memeriksa jadwal pelajaran. Ketika Mario melempar pandangannya pada ujung koridor, matanya langsung menangkap sosok Naya yang sedang duduk berdua pada kursi panjang bersama Daffa.
"Don, Don. Itu bukannya si Naya ya? Ya ampun, tambah glow-up aja tuh cewek," ujar Mario sembari melirik Galen. Cowok itu menarik sudut bibirnya melihat pandangan Galen langsung melesat ke arah Naya.
Galen hendak menyusul Naya. Namun, sebelum sempat ia melangkah, suara bel masuk berbunyi. Galen memejamkan matanya sembari menghela napas kasar.
"Avv, yah masuk, Don. Gimana nih, gak jadi nyamperin doi deh," kata Mario sengaja mengeraskan suara. Merasa tersindir, Galen melirik sinis ke arah mereka berdua. Setelahnya, kelima cowok itu masuk bergerombol menuju kelas. Seperti biasanya, mereka menjadi sorotan seisi kelas bak personil boy-band Korea.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY (End)
Teen Fiction_Berawal dari kesalahpahamanku, di antara kita terjadi sebuah temu. Kamu berhasil memupuskan segala mimpiku. Dan denganmu juga aku menemukan jawaban dari pertanyaan panjangku. Kamu adalah titik terangku._ ____________ Nauraya atau gadis yang dikenal...