Sudah dua minggu ini Devan bolak-balik ke rumah sakit, tentu mengurus semua urusan pengobatan Nasem. Itu karena kedua orang tua Nasem juga lagi di posisi bawah, alias sedang bangkrut. Tapi tidak masalah, apapun tentang Nasem akan Devan lakukan. Uang bisa dicari, tapi sahabat...
Hmm bisa, tapi apa yang tak lebih susah dari mencari sahabat yang sudah ada sejak lama dan bertahan sampai sekarang.
Dan manusia mana sih yang tidak capek pulang kerja lalu langsung ke rumah sakit dan pulangnya malam, eh pas pulang di buat emosi.
Itu yang sedang Devan rasakan. Bisa-bisanya Devan baru masuk rumah langsung di sembur air sama Liza.
What the...
Tidak, maksudnya Devan ini ada masalah apa sampai di siram air seember?
"Liza." Jika Devan sudah memanggil nama seperti ini berarti Devan sedang menahan amarah, apa lagi intonasinya dingin. Siap-siapa di hih.
Lah Liza langsung balik sambil nangis kejer, habis itu lompat-lompat kayak anak kecil. Kan Devan bingung.
Akhirnya Devan pasrah saja masuk kamar basah-basahan. Liza ngekor dari belakang.
"Devan."
"Iya, mandi dulu."
"Devan." Panggil Liza.
"Iya Liza, saya mandi dulu."
Liza memanyunkan bibirnya. "Mandi terus, perasaan harum aja tu." Ya beginilah kalau punya kapasitas otak rendah.
Enggak lama sih cukup 30 menit Devan sudah keluar.
"Kamu sudah makan?" Tanya Deva ke Liza dengan kedua tangan yang mengacak rambutnya.
"Belum eh sudah, eh belum."
Devan melirik Liza bingung. "Yang benar."
"Benar."
"Ya sudah terserah kamu deh, saya tidur ya capek besok urus kerjaan lagi, ayo tidur Za kalau sudah makan."
Tak ada jawaban, Devan juga sudah berbaring di kasur. Mulai memejamkan mata dengan tenang dan lupa dengan kejadian tadi saat Liza menyiramnya. Seharusnya sih Devan sudah tenang tidur, ya seharusnya.
Seharusnya.
Namun tak lama Devan merasakan pergerakan di kasur, ya awalnya Devan kira Liza mau tidur juga. Eh enggak lama kerasa gempa, mau tau apa penyebabnya.
Ya penyebabnya adalah Liza yang melompat-lompat di kasur.
Devan berbalik melihat Liza yang masih lompat-lompat, bahkan tanpa ada rasa salah Liza tertawa lebar.
Tangan Devan sudah mengepal di bawah sana. Oh Tuhan betapa capeknya hari ini menghadapi semua orang.
"Liza, daripada lompat-lompat mending tidur ya, sini." Devan menepuk-nepuk tempat yang kosong di sebelah Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMING OF YOU (Selesai)
RomanceJika ditanya, apa yang paling sering Liza mimpikan... jawabannya adalah Mamanya dan seorang laki-laki berpostur tinggi tegap dan berdada bidang, dan orang itu adalah Devan. Sampai disini, Liza hanya menyembunyikan rasa sukanya kepada Devan, sebab...