Mengikuti permintaan mamanya, disinilah Devan sekarang...
Di ruangan Liza bersama dengan mamanya, suasana begitu mencekam...Devan hanya diam dan mamanya lah yang memulai pembicaraan.
"Jadi kenalkan saya mamanya Devan" kata Meira mulai mengenalkan diri.
Najla mengangguk dengan senyum ramahnya, Liza? Dia hanya menunduk sudah tau apa yang terjadi, disini Liza yang menjadi korban tapi Liza yang malu! Malu dengan mamanya Devan.
"Iya Ibu, kemaren Devannya sudah kesini" kata Najla basa-basi, entah mau dibawa kemana pembicaraan ini...
Liza tersenyum sinis, kemaren datang kan maksa Liza untuk nikah. Sumpah, gak kebayang jadinya kalau Liza nikah sama Devan, apa enggak tiap hari jadi korban aniaya?
"Ohh begitu yah, maaf kemaren saya tidak ikut. Maksud saya datang kesini untuk..." Meira menggantungkan ucapannya, ia sungguh malu di depan Najla, bagaimanapun tetap anaknya yang salah.
Najla masih menunggu kelanjutan ucapan Meira, ya memang pas datang tadi Meira langsung berjabat tangan dengan Najla dan memperkenalkan nama.
"Saya minta maaf sangat amat minta maaf yang paling dalam" kata Meira mulai menunduk, rasanya ia mau menangis..
Najla mengerutkan keningnya lalu melihat ke arah Liza, seakan bertanya 'memangnya ada apa?'
Liza hanya tersenyum kecil...
Dan, tiba-tiba saja Meira menunduk di bawah kaki Najla "maafkan anak saya Najla, anak saya yang membuat masa depan Liza hancur hiksss maafkan anak saya"
Damn, bagai disambar petir di siang hari...Najla juga terkulai lemas dan ikut jatuh...
Liza yang menduga ini akan terjadi langsung memejamkan matanya, Devan? Devan dengan wajah watadosnya itu hanya melihat kejadian mamanya menunduk seakan mamanya yang bersalah.
"Maafkan saya Najla, saya tau anak saya salah...saya tidak menyangka ini akan terjadi hikss maafkan saya Najla" Meira benar-benar menangis di hadapan Najla, sekarang bukan tentang derajat siapa yang paling tinggi..tapi perihal siapa yang bersalah dan meminta maaf.
"Hikss saya kecewa Bu, saya sakit hati anak dari kakak saya telah di rusak, saya merasa telat untuk datang..." Najla menuahkan rasa kekecewaannya, kemaren-kemaren di hadapan Liza ia tegar, di balik itu ia rapuh..mau menyangkal pun tidak bisa, istilahnya nasi telah menjadi bubur, kaca telah pecah berbelah.
"Oleh karena itu saya datang meminta maaf, mari kita bicarakan yang terbaik" sekarang Meira membantu Najla untuk duduk dengan baik.
Sebenarnya Meira dan Najla adalah dua orang yang sakit hatinya sama, orang tua mana yang tidak sedih jika anaknya melakukan kesalahan dan anaknya menjadi korban?
Sempat hening, Najla masih kalut dengan pikirannya, Meira juga masih membiarkan Najla untuk tenang.
Liza yang dari tadi ingin muntah pun di tahan, gak etis aja kalau muntah disaat-saat orang lagi tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMING OF YOU (Selesai)
Roman d'amourJika ditanya, apa yang paling sering Liza mimpikan... jawabannya adalah Mamanya dan seorang laki-laki berpostur tinggi tegap dan berdada bidang, dan orang itu adalah Devan. Sampai disini, Liza hanya menyembunyikan rasa sukanya kepada Devan, sebab...