Sudah tiga hari berturut-turut Devan mengurung diri di kamar. Bahkan pagar rumahpun ia tutup serapat mungkin. Pekerjaan semuanya Devan lalui lewat email yang masuk.
Tapi...tak ada satupun yang Devan kerjakan, pikirannya di kuasai oleh Nasem dan Liza.
Bagaimana...bagaimana bisa Liza dan Nasem? Ah entahlah, Devan selalu berjanji pada dirinya untuk tidak peduli namun hatinya selalu bergerak untuk mengetahui yang lebih lanjut.
Dan tak tanggung Devan mengganti nomor hp, sahabatnya Renal dan Jovan pun tidak bisa menghubungi Devan, Devan berpesan ke satpam rumah jika Renal dan Jovan datang untuk mengatakan kalau Devan lagi pergi ke luar kota.
Dan hari ini Devan mendapatkan paket dari seseorang. Kata Pak satpan sih dari orang penting tapi tidak di sebutkan namanya.
"Mana Pak paketnya?" Tanya Devan begitu ada di hadapan Pak Rian- satpam rumah Devan.
Pak Rian pergi ke ruangan lumayan besar di dekat pagar, dan keluar membawa map coklat.
"Owhh dokumen kerja." Simplenya Devan berpikir itu adalah dokumen kerja yang tidak Devan bawa.
"Makasih Pak Rian." Kata Devan begitu berhasil mengambil paketnya, menenteng masuk ke dalam rumah.
Devan duduk di ruang keluarga dan menghidupkan televisi, tentu sambil minum es soda.
Saat duduk Devan melirik dokumennya sebentar. "Tapi kok mapnya hijau yah?" Biasanya di kantor Devan, Devan selalu meminta untuk memakai map merah untuk mempermudah Devan memilah dokumen untuk esok dan hari selanjutnya.
Devan mulai menggelengkan kepalanya. Pasti sekretarisnya bekerja tidak benar saat Devan tidak ada, buktinya saja warna map sampai berubah lebih tepatnya salah.
"Kenapa juga harus di ganti warna mapnya, gue kan pusing." Keluh Devan, apa sekretarisnya ini tidak tahu jika Devan sedang patah hati yang membuat Devan uring-uringan.
Tapi Devan masih heran apa inisiatif sekretarisnya untuk mengganti warna map. Akhirnya Devan memutuskan untuk menelefon Silvia-sekretaris Devan.
"Halo." Dengan suara kebas Devan mengeluarkan suaranya, biar saja Silvia kaget.
"Selamat siang Pak."
"Silvia."
"Iya Pak? Ada yang bisa saya bantu? Tugas Bapak sudah saya kirim lewat email semua ya Pak, sudah saya jadwalkan semua untuk sebulan kedepan."
Baik, tidak ada yang salah. Sesuai yang Devan inginkan, karena Devan akan menghilang sebulan dari peredaran bumi, kalau perlu Devan ke bulan.
"Bukan itu yang mau saya tanyakan."
"Iya Pak bertanya tentang apa?"
"Kenapa kamu mengganti warna map yang saya suruh." Iya lebay memang sih Devan hal sepele saja ia tanyakan. Tapi namanya juga patah hati, apapun di perdebatkan sekalipun itu bakso beranak yang ayahnya tidak tahu siapa.
"Maaf Pak, map yang mana yah Pak? Saya mengirim semua jadwal Pak Devan lewat email." Tutur Silvia.
"Loh barusan di rumah saya ada dokumen sampai warna coklat, saya kan sudah bilang untuk pakai map warna merah."
"Iya Pak, tapi saya belum ada mengirim dokumen apapun."
"Apa tidak salah? Barusan saja ada dokumen datang."
"Iya Pak, semuanya saya rangkap lewat email Pak. Untuk mempermudah Bapak."
Devan melirik dokumen itu. "Oke terima kasih infonya, kembali bekerja." Devan langsung mematikan telefonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMING OF YOU (Selesai)
RomanceJika ditanya, apa yang paling sering Liza mimpikan... jawabannya adalah Mamanya dan seorang laki-laki berpostur tinggi tegap dan berdada bidang, dan orang itu adalah Devan. Sampai disini, Liza hanya menyembunyikan rasa sukanya kepada Devan, sebab...