Malamnya Mama Meira sudah sadar. Liza seberusaha mungkin membuat Mama Meira tenang.
Dan pagi ini Liza ada jadwal pergi ke rumah sakit Cahaya untuk periksa kandungan. Dan saat Liza mau memberitahu Devan, Liza tersadar akan ucapan Devan yang kemarin. Tapi, bukannya saat minggu lalu Devan mau ikut yah cek kandungan Liza? Tapi Liza tidak yakin sekarang Devan akan ikut.
Rumah sakitnya bukan rumah sakit yang di tempati Mama Meira sekarang, alhasil nanti Liza harus pergi naik taxi.
"Mama." Panggil Liza.
"Iya sayang?" Balas Mama Meira.
Liza tersenyum lebar ke arah Mama Meira. "Hmm Liza izin keluar yah Ma." Alangkah baiknya Liza izin dulu, padahal disini ada Devan tapi sejak kejadian kemarin Liza tidak mau sama sekali menegur Devan. Cukup, mungkin sampai disini saja. Liza siap jika di ceraikan dalam keadaan mengandung. Biar Liza yang menjadi tulang punggung Anaknya dan menjadi orang yang bertanggung jawab akan Anaknya nanti.
Mama Meira kebingungan. "Mau kemana sayang?" Pasalnya Devan masih memakai baju biasa dan Liza sudah siap, apa Liza tidak pergi bersama Devan?
Liza melirik Devan sebentar. Tadinya Liza tidak mau memberitahu tapi berhubung Mama Meira nanya jadilah Liza menjawab, tidak enak jika diam.
"Mau ke rumah sakit cahaya Ma."
"Cek kandungan yah?" Tebak Mama Meira, soalnya Mama Meira hafal jadwal cek kandungan Liza. Karena selama beberapa bulan ini Meira lah yang menemani Liza cek kandungan.
Liza menganggukkan kepalanya. "Loh Devan kamu enggak temanin?" Mama Meira langsung menuding Devan.
Devan yang sedang memainkan hpnya menatap Mamanya datar.
"Ah enggak usah Ma, Liza bisa sendiri." Dengan senyum mengambang Liza menjawab. Ya Tuhan, tolong jangan menambah rasa sakit Liza sekarang.
"Loh kok gitu? Enggak boleh begitu Liza, kamu harus di temanin Suamimu. Kandunganmu juga sudah besar kan."
Liza memejamkan matanya. Ya seharusnya begitu Ma, tapi bagaimana jika Suaminya sudah memperingati Liza untuk tidak terlalu dekat? Dimana hatinya?
Andai Liza bisa berungkap seperti itu di depan Devan.
"Ayo." Dan tanpa Liza sangka Devan mengajaknya.
Mama Meira tersenyum. "Nah begitu dong, jadi kan dokter enggak bingung lihat Liza enggak datang sama Suaminya sendiri."
Menghembuskan nafas panjang lalu Liza tersenyum. Tanpa mengganti baju Devan langsung menaruh HPnya di kantong dan berpamitan pada Mamanya.
"Mama enggak papa sendiri?" Tanya Devan.
Mama Meira mengganggukkan kepalanya, artinya tidak papa.
"Kalau begitu Devan pergi sebentar." Kata Devan hanya di balas anggukan oleh Mama Meira.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMING OF YOU (Selesai)
RomansaJika ditanya, apa yang paling sering Liza mimpikan... jawabannya adalah Mamanya dan seorang laki-laki berpostur tinggi tegap dan berdada bidang, dan orang itu adalah Devan. Sampai disini, Liza hanya menyembunyikan rasa sukanya kepada Devan, sebab...