Bukan Devan namanya jika tidak bersikap santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Tadi dia hanya refleks saja untuk kaget.
"Ngapain gue ngurus Istri yang lumayan cantik tapi gila." Devan bermonolog sendiri keluar dari rumah sakit. Tentu untuk menjemput Maudi.
Alasan Devan bisa keluar dari rumah sakit tentu dengan membawa nama Liza kalau Devan sangat sedih dan ingin menenangkan diri.
"Sayang!" Baru keluar saja sudah ada Maudi yang duluan menghampiri Devan.
Devan tersenyum biasa, Maudi berlari ke arah Devan dan memeluknya.
Tenang, Devan pandai menyembunyikan masalah dari Maudi.
Sambil memeluk Devan, Maudi mendongak ke atas melihat wajah Devan. "Pembantu kamu sakit yah? Katamu lagi hamil kan pembantumu?"
Jleb. Tidak biasanya perkataan Maudi masuk ke relung hati Devan.
"Ih kok diam, jadi pembantu kamu sekarang gimana?" Maudi menggoyangkan tubuh Devan.
Devan terkesiap. "Eh iya iya gimana?" Ulang Devan, Devan bingung pada dirinya sendiri.
Seharusnya perkataan Maudia tadi tidak bermasalahkan? Sepertinya hati Devan yang bermasalah kali ini.
"Jadi pembantu kamu enggak papa kan?"
Devan diam, bingung ingin menjawab apa.
"Iya enggak papa." Bohong, jika Devan berkata demikian lain juga di hati Devan. Devan membohongi dirinya sendiri!
Maudi menyergitkan dahinya. "Tapi kok kamu kelihatan sedih?" Tanya Maudi masih memeluk Devan.
Devan menggoyangkan kepalanya, mengedipkan matanya.
"Siapa yang sedih?"
"Kamu." Kata Maudi.
"Enggak, mataku cuma kelilipan tadi."
Berbohong untuk kedua kalinya, Devan rasa dia kuat untuk terus berbohong dan membohingi dirinya sendiri."Owh, sekarang enggak papa?"
Devan mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Sekarang kita mau kemana?" Tanya Devan untuk menghindari Maudi terus bertanya dan takut ada keluarga yang mencyduk Devan.
"Ke mall dong." Jawab Maudia penuh antusias.
Devan dan Maudia berjalan pergi ke parkiran bersama.
Di lain tempat.
Najla berdiri beberapa meter dari orang yang saat ini masuk ke daftar list nama pertama yang membuat Najla sakit hati dan akan mengutuknya.
Dengan mata berkaca-kaca, badan bergetar, tangan mengepal Najla bersumpah. "Pelangi ada karena hujan, begitu pula dendamku ada karena kamu undang. Tunggu saya Devan, hidupmu akan hancur sebentar lagi." Najla menahan semua amarahnya disini, dia tidak mau brontak dan menimbulkan masalah lain..
Ya betul, Najla sedang melihat Aksi Devan dengan seorang perempuan yang Najla duga adalah kekasih Devan.
"Berani kamu menghancurkan Liza, saat itu juga saya maju untuk Liza!" Kata Najla penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMING OF YOU (Selesai)
RomanceJika ditanya, apa yang paling sering Liza mimpikan... jawabannya adalah Mamanya dan seorang laki-laki berpostur tinggi tegap dan berdada bidang, dan orang itu adalah Devan. Sampai disini, Liza hanya menyembunyikan rasa sukanya kepada Devan, sebab...