Part 22

42 14 0
                                    

Akhirnya kami sampai juga di rumah pak Bardi dan bisa keluar dengan selamat dari dalam hutan angker itu, ya walaupun saat ini Nia dan Nopi tengah pingsan karna hantu itu.

"Assalammualaikum, pak ... Bu!" Ucap kami bersamaan saat tiba di rumah pak Bardi

"Waalaikumsalam, ayo pada masuk kedalam" balas pak Bardi dan kamipun beranjak masuk kedalam rumah

"Lo ini temannya kenapa?" Tanya pak Bardi bingung saat melihat Nia dan Nopi terbaring lemah diteras

Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada kedua sahabat ku ini dan menyuruh kami untuk membawanya istirahat dikamar.

"Jadi gimana perjalanan kalian selama dihutan, apa ada hal lain selain yang dialami teman kamu?" Tanya pak Bardi memastikan

Kamipun menceritakan dari awal memasuki hutan sampai akhirnya bisa kembali dengan selamat dan dengan membawa jasad Ratih tentunya

"Jadi ini, ini beneran jasadnya siRatih?" Tanya pak Bardi

"Iya pak, apa bisa bapak mengantar kami bertemu dengan ibunya Ratih? Ada sesuatu yang harus saya sampaikan padanya pak" balasku memohon

"Iya bisa-bisa, mau sekarang apa kapan ndok?" Tanyanya

"Sekarang aja pak biar cepat selesai urusannya" jelasku

Aku ditemani pak Bardi, Arthur, Syam dan Yani. Kamipun segera beranjak masuk kemobil pak Bardi untuk menemui ibu Ratih, sedangkan yang lainnya beristirahat dirumah.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Ratih, saat kami semua turun dari mobil ... Aku pikir tidak ada orang didalam sebab rumahnya tertutup dan sepi.

Tapi, tak lama kemudian muncul seorang anak kecil yang tak lain adalah Bobi

"Bobi, ada ibu didalam?" Tanya pak Bardi yang dibalas anggukan oleh Bobi dan mengarahkan kami untuk mengikutinya

Saat memasuki rumahnya, aku sedikit terkejut ketika melihat sebuah foto Ratih yang terpampang rapi dimeja hias.

Difoto itu, Ratih menggenakan seragam sekolahnya dengan pria yang berpose disampingnya.

"Itu Aldo!" Seru wanita tua yang ternyata ibu Ratih

"Aldo? Anaknya Simbok yang pernah ditolak Ratih itukan?" Balasku yang membuatnya terkejut menatapku

"Kamu, darimana kamu tau soal itu?" Serunya dan aku mencoba menjelaskan semuanya tentang aku yang selalu bersama Ratih padanya

Akupun nenyerahkan jasad Ratih yang tinggal tulang belulangnya kepada ibunya

"Jadi, anakku beneran meninggal ... Maafin ibu nak, seandainya ibu tau kalau akan begini ... Pasti waktu itu ibu melarang mu untuk tidak kerumahnya Aldo ...." Ucapnya sembari menangis memeluk baju Ratih.

Ketika dirasa ibunya Ratih sudah tenang, kami beranjak untuk memakamkan jasad Ratih dengan layak agar dia tenang disana.

Dengan bantuan Arthur, Syam dan pak Bardi, pemakaman pun akhirnya berjalan lancar dan kini Ratih telah dimakamkan dengan layak.

Akupun beranjak mencuci tangan dan kaki, saat hendak masuk kedalam rumah, aku melihat Ratih tengah berdiri disampingku dengan senyuman yang membuatku lega

"Nay, sekali lagi makasih banget ya karna sudah membantuku dan titip salam juga buat teman-teman mu ... Sama surat yang ku beri padamu, bilang pada ibuku kalau aku selalu merindukannya dan bilang kalau jangan suka marah-marah sama Bobi ya aku sangat menyayanginya" ucapnya yang kubalas anggukan dan tak lama setelah itu dia menghilang dengan senyuman berserinya yang mungkin menjadi terakhir kalinya aku bertemu dengannya.

Akupun segera masuk kedalam dan menemui ibunya lalu menyerahkan surat dan menyampaikan semua amanah dari Ratih.

Ibunya tak henti-henti menangis saat membaca surat dari putri tercintanya dan mengucapkan terimakasih kepada kami.

Begitu juga dengan Bobi, kamipun berpamitan dan beranjak pulang kerumah pak Bardi.

///////

"Ndok, kalian mau pulang sekarang? Kenapa ndak besok aja la wong baru nyampe dari hutan masa yo ndak capek" tanya bude

"Iya Bu, soalnya kami cuma dapat cuti seminggu dari sekolah dan Nia sama Nopi juga lagi sakit, takutnya tambah ngrepotin bude sama pak Bardi nantinya" jawabku

"Ya sudah kalau memang maunya begitu nanti biar dianterin sama bapak ya!" Balasnya

"Ngga usah bude, biar mereka bareng sama kami aja pulangnya ... Kebetulan kami mau balik kekampus juga dan nglewati kampung kalian ya?" Sahut Arga

"Ha, ow iya ... Kok lo tau kampung kami?" Tanyaku penasaran

"Iya, Yani yang ngasih tau gue ... Sekalian mau tau rumah kalian aja" jawabnya

HUTAN BELAKANG SEKOLAH (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang