Part 21 Desa Sirep

45 14 0
                                    

"Tuh kan ada maunya, ahaha gue harus ngambil kesempatan bagus nih" gumanku dalam hati

"Nay! Kenapa sih nglamun Mulu?" Serunya

"Ha, oww ngga ... Iya gue maafin tapi ada syaratnya" balasku

"Syarat? Sesalah apa sih gue sama Lo pake ada syaratnya segala" ketusnya

"Ya udah, kalau ngga mau pergi aja sana makan sendiri" balasku

"Iya iya, apaan syaratnya?" Sahutnya

"Bantuin gue nyari jasad Ratih ya? Plisss ... Dia udah gue anggap sahabat." Seruku

"Owwwh jadi tadi subuh Lo tu pergi sama siRatih?" Tanyanya dan ku balas anggukan

"Jadi, kapan mau nyarinya? Terus ajak yang lain juga ngga dan kita ngga bisa lama soalnya mau balik" serunya

"Sekarang aja dan kita aja, soalnya gue udah tau tempatnya dimana dan lagian yang lain masih pada makan kan" sahutku

"Iya deh .... Guys gue mau pergi dulu ma Nayla ya? Bentar doang kok, oh iya Yan nanti tolong bungkusin makanan buat dijalan ya" serunya dan beranjak pergi.

"Mau kemana tu anak?" Tanya Syam penasaran

"Mau ngungkapin perasaannya kali sama Nayla" sahut Arga ngasal

"Emang kak Arthur beneran suka sama Nayla?" Tanya Adel

"Iya!" Jawab Yani dan Arga bersamaan

"Cieee ... Kok bisa samaan sih, kayaknya banyak yang cinlok deh disini" seru Kevin yang membuat keduanya tersenyum malu

"Apaan sih, udah lah lanjut makan" ketus Arga.

/////////

Aku mencoba mengingat jalanan yang kulewati tadi dengan Ratih, dan berharap Ratih hadir membantuku saat ini

"Lo yakin ini jalannya?" Tanya Arthur

"Iya kak, yakin banget malahan" jawabku

"Tapi, ini bukannya jalan kedesa Sirep ya dan apa iya jasad Ratih dibuang disana?" Seru Arthur membuat ku bingung

"Loh, jadi Lo tau tentang desa Sirep itu?" Tanyaku memastikan

"Iya, banyak dulu temen gue yang hilang disana" balasnya santai yang membuat ku langsung paham sebab sudah dijelaskan oleh Ratih sebelumnya.

Akhirnya kami sampai didepan tugu dan segera mencari jasad Ratih
"Apa yang Lo liat disini?" Tanya Arthur membuatku bingung

"Ha, ya hutan lah apa lagi, emang Lo liat apaan disini?" Jawabku

"Ini desa Nay, masa sih Lo ngga bisa liat ... Biasanya Lo kan bisa liat ginian" serunya

"Owwh, tapi gue emang ngga liat apa-apa dan kalau emang Lo liat desa, coba nanya kek kependuduk sini kali aja ada yang ngliat jasadnya Ratih" sahutku santai

"Ok, ayo kita jalan kesana ... Disana ada temen gue" balasnya yang membuat ku merinding dan bingung antara percaya atau tidak

Dia mencoba bertanya kepada ... Entahlah, aku tidak melihat siapapun disana yang pastinya Arthur seolah mendapat petunjuk setelah bertanya

"Ayo kita ikuti mereka" serunya menarik tangan ku

"Ikuti? Ikuti siapa? ... Tenang Nay ... Tenang, untuk kali ini aja gue percaya dan ngikut sama Lo Ar" gumanku dalam hati

Tak lama kemudian, kami berhenti disebuah pohon pisang yang tumbuh sumbur disini.

"Udah nyampe ya? Terus mana jasadnya Ratih?" Tanyaku memastikan

"Kita haru menggali Nay, lu bisa kan?" Jawabnya

"Apa! Iya deh" seruku dan kami mulai menggali dengan kayu dan batu seadanya.

Tak lama kemudian, kami menemukan kain putih dibalik tanah dan mencoba menggalinya lebih dalam.

Benar saja, kami menemukan seragam sekolah persis seperti yang dipakai oleh Ratih dan tulang belulang

"Ini ... Ini baju yang dipakai sama Ratih" seruku

Segera kami membungkus semua tulang-tulang itu dengan seragam yang kami temukan dan beranjak pergi dari tempat ini.

/////////

"Assalammualaikum" ucap kami lalu memasuki rumah

"Waalaikusalam" balas lainnya

"Gimana bro, udah jadian?" Tanya Arga yang membuat ku bingung

"Jadian?" Tanyaku memastikan

"Udah Nay, ngga usah dipikirin ... Lagi kumat halunya tu" seru Arthur lalu pergi kebelakang

"Nay, itu apa yang Lo bawa?" Tanya Yani

"Owhh ini tulang belulang milik Ratih" jawabku yang membuat mereka semua bertanya-tanya dan kemudian aku jelaskan.

/////////

Aku juga teringat akan pesan Ratih tentang kalung milik Aldo. Akupun segera mencari Nopi dan menanyakan tentang kalung itu

"Nopi, gue mau nanya tapi jawab jujur ya" seruku

"Iya Nay ada apa?" Jawabnya lemah

"Sebelumnya Lo pernah dapat kalung ngga?" Tanyaku memastikan

"Kalung? ... Maksud kamu ini?" Balasnya sembari menunjukkan kalung itu

"Iya itu, sekarang Lo buang kalung ini!" Seruku

"Emang kenapa? Kalung ini bagus kok" ketusnya lemah

Akupun mencoba menjelaskan semuanya pada Nopi tentang kalung itu dan akhirnya dia mengerti akan maksudku lalu menyerahkan kalung itu kepadaku dan selanjutnya langsung kubuang dibelakang rumah kakek.

/////////


HUTAN BELAKANG SEKOLAH (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang