Hilangnya Nopi

61 24 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, kamipun segera pergi menuju hutan. Setelah semuanya dirasa cukup dan siap kamipun berpamitan dengan pak Bardi beserta istrinya dan segera berjalan menuju hutan.

Sesampainya dihutan, aku merasa sedikit lega karena yang kupikir kami akan segera menemukan Nopi dan menyelesaikan tugas sejarah.

Perjalanan kali ini sangat lancar dan tidak begitu sulit karena Medan didalam hutan ini rata tidak seperti sedang mendaki gunung dan hutannya tidak terlalu rimbun jadi cahaya matahari masih bisa menembusnya.

Selama diperjalanan yang kulihat hanya ada pohon-pohon rindang dan beberapa tanda dengan kain merah yang diikatkan dibatang pohon besar

"Aneh kenapa setiap pohon besar yang ku jumpai selalu diikat dengan kain merah?" Gumanku dalam hati, selama perjalanan keadaan sangat hening tidak ada satupun dari kami yang berbicara, sampai akhirnya Arthur menyuruh kita untuk beristirahat sejenak.

"Kita sudah setengah perjalan dan kemungkinan kita akan sampai dipondok kakek sebelum ashar dan berhubung sekarang sudah masuk dhuhur jadi, kita shalat dulu ya!" Ucapnya

Kamipun segera meletakkan tas dan segera mencari sumber mata air, tak butuh waktu lama kamipun menemukan sebuah sumur tua dan kami langsung beranjak mengambil air wudhu

"Lo nggak shalat?" Tanyaku pada Nia yang hanya dibalas gelengan tanda tidak

"Lo tu kalau ditanya Ngomong biar jelas jangan kayak orang bisu!" Seru Yani

Sepertinya mereka belum juga baikan "udah Yan mungkin dia lagi udzhurkan" ucapku menengahi

Setelah semuanya selesai melaksanakan shalat kecuali Nia, kamipun beristirahat sebentar untuk sekedar mengisi perut, sejujurnya selama perjalanan tadi aku selalu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan termasuk apakah kakak-kakak ini tau dimana tempat yang akan kami tuju untuk penelitian? ...

Padahal kami belum cerita sebelumnya dan aku sendiri juga ragu apakah tempat yang selalu dibicarakan kakekku dulu itu benar-benar ada didalam hutan ini, dan sekarang muncul pertanyaan baru yaitu pondok kakek? Siapa dia? Apa iya ada yang mau tinggal didalam hutan? Tapi rasa penasaran itu hanya sekedar rasa saja toh aku juga malu bertanya pada kakak-kakak itu.

"Kenapa melamun? Kamu nggak makan?" Tanya Artur padaku

"Ha, emm nggak kak masih kenyang" jawabku

"Owh iya kalian belum memperkenalkan diri pantesan aja dari tadi kayak canggung Ya bawaannya hehehe nama kamu siapa?" Ujarnya padaku

"Owh iya sampai lupa kirain udah dikenalin sama pak Bardi hehehe nama aku Nayla, itu Adel, Yani dan Nia terus yang mau kita cari namanya Nopi kak" jawabku

"Oww itu yang pendiam namanya Nia ya? Kenapa dari tadi kok diam Mulu?" Tanya Arga

"Barusan ini aja dia jadi pendiam kak biasanya mah nggak gitu" sahut Yani

Ketika Arga ingin bertanya lagi, tiba-tiba Arthur segera menutup mulutnya dan membisikinya

"Dia bukan Nia temannya mereka!"
Ya seperti itulah yang kudengar karena kebetulan Arthur duduk didekat ku jadi aku sedikit mendengar bisikannya pada Arga.

"Ha, maksudnya?" Tanya Arga dengan raut wajah terkejut. Athur yang merasa sungkan menjelaskannya didepan kami langsung beranjak menarik tangan Arga dan menjauh dari kami, aku yang tadinya penasaran segera mengejar mereka

"Kamu ngapain ikut kesini?" Tanya Arthur

"Eee, hehehe maaf kak tadi nggak sengaja aku denger percakapan kalian mengenai teman saya Nia jadi, aku penasaran." Jawabku sedikit gugup

"Owwh gak papa kali Ar, inikan juga tentang temennya dia" sahut Arga yang dibalas anggukan

"Iya jadi gini, Nia itu sebenarnya bukan dia tapi ada sosok yang masuk kedalam tubuhnya. Btw kalian jangan ngasih tau siapa² ya soalnya nanti perjalanan kita bakalan ribet apalagi beberapa temen kita ada yang takut kalau menyangkut mahkluk halus" jelas Arga dengan suara yang sedikit pelan, agar tidak didengar oleh lainnya

aan, selama ini yang lagi bareng kita itu hantu?" Tanya Arga yang dibalas anggukan oleh Arthur

"Tapikan kak, darimana kakak tau kalau dia itu lagi dirasukin oleh hantu?" Tanyaku penasaran

"Hadeh, jadi diantara kami berempat hanya dia yang indigo, ye kan bro" sahut Arga sambil menepuk-nepuk pundak Arthur

"Iya gitu" jawab Arthur sambil beranjak pergi

"Aneh, kalau iya itu bukan Nia terus siapa? Apa jangan-jangan Ratih? Gue harus mastiin nih kekak Arthur" gumanku

Selama perjalanan ini, aku belum ngeliat sosok Ratih yang katanya bakalan muncul kalau aku udah masuk hutan ... Tapi apa iya, jangan-jangan memang Ratih yang masuk kedalam tubuh Nia

"Woii cewek, nglamun Mulu mau tinggal disini sendirian ya?" Teriak Arga yang mulai melanjutkan perjalanan dengan lainnya dan segera aku berlari mengejar mereka.

Lagi-lagi perjalanan ini sangat hening tidak ada satupun dari kami yang berbicara, ditambah dengan keadaan hutan yang semakin gelap karna hutan semakin lebat dan cahaya matahari tidak bisa menembusnya.

Selama perjalanan ini aku selalu memperhatikan Nia dan sesekali melihat betapa lebatnya hutan ini. Lagi-lagi, aku melihat pohon besar yang diikat dengan kain merah ...

Pertanyaan itu kembali muncul dikepalaku sampai aku tak sadar kalau ada akar pohon tepat didepan ku dan akupun tersandung "Argghhh ..."

"Kenapa Nay?" Tanya Adel yang berjalan di depanku dan segera ia membantuku berdiri namun, sepertinya ini terkilir rasanya sakit dan aku tidak mampu berdiri

"Kayaknya terkilir deh coba kamu lurusin" sahut Kevin

"Ada yang bisa urut-mengurut disini? Soalnya gue nggak ahli kalau sama yang beginian" ucap Kevin sambil melirik kearah Arthur ... Sepertinya Arthur mengerti akan tatapannya dan segera memijat kakiku.

///

Bantu vote y kk😉🙏

HUTAN BELAKANG SEKOLAH (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang