Part 47 : |• Selesai •|

305 46 32
                                    

Pukul 10.40. Rabu, 19 Agustus 2O2O.

Author's Pov

________________________

"Hitam dan putih tak bisa bersatu, takkan pernah bisa"- Akabane Karma

________________________

"Kenapa kau berkata seperti itu, Karma-kun?" Tanya Dazai menatap tajam Karma.

Karma menghelan nafas lagi.
"Tak ada alasan khusus. Tapi, memang kedua hal itu tak akan pernah bisa bersatu 'kan? Meski mereka sepasang mate, mereka tetap berasal dari dua kubu berbeda, mereka juga akan melanggar perjanjian itu," jawab Karma.

Dazai menatap curiga Karma. Dia bisa membaca raut wajah Karma yang berubah menjadi aneh.

"Sepertinya kau memang tak menyukai dua kubu itu bersatu 'kan, Karma? Kenapa? Apa ada hubungannya dengan masa lalumu?" Tanya Dazai sengaja memancing Karma.

Karma menyeringai seram.
"Kenapa kau ingin tahu? Ini bukan urusanmu, Dazai," jawab Karma dingin.

Levi menghela nafas, suasana diruangan ini tiba-tiba berubah  mencekam karena aura yang dikeluarkan kedua makhluk ini.

"Sudahlah. Sebaiknya kalian fokus pada iblis merah yang sepertinya sudah selesai menghajar Derri," sahut Levi menghetikan perdebatan kedua makhluk di sampingnya.

Dazai mengendikkan bahu.
"Levi-san benar. Sebaiknya kita fokus pada Akashi dulu," katanya tidak peduli. Padahal dipikirannya sudah ada bermacam-macam cara agar Karma membuka mulutnya.

*********
"Sepertinya membunuhmu adalah pilihan terbaik 'kan? Agar dendamku terbalaskan," kata Akashi.

"Cih! Hanya karena aku mengincar matemu kau sudah dendam padaku! Kenapa pikiranmu kekanakan sekali!" Bentak Derri yang terbaring di tanah dengan posisi telungkup.

"Hanya kau bilang? Sepertinya aku harus membuka rahasia masa lalu agar kau sadar, ya?" Akashi menatap tajam tubuh terbaring Derri.

"Hah! Apa maksud--akhh!!" Akashi menginjak lengan kanan Derri hingga terdengar suara patahan tulang.

"Kau berpikir aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan pada ibuku, huh? Kau yang membunuh ibuku 'kan? Kau meminum darahnya untuk menambah kekuatanmu. Disaat ibuku sedang sendirian di kamarnya, kau datang dengan berpura-pura memiliki niat baik lalu mengecoh ibuku dan menyerangnya. Lalu dengan bantuan penyihir hitam kau menyamarkan baumu agar tidak dicurigai, sungguh akal yang hebat karena mampu membuat ayahku tidak dapat menuntutmu dulu," Akashi berkata sambil menghentakkan kaki kanannya di atas lengan kanan Derri. Hingga lengan kanan Derri mengeluarkan darah bahkan dagingnya terlihat.

"Kau tidak memiliki bukti langsung! Bisa saja itu ulah para Vampir!" Elak Derri.

"Jangan mengelak! Kau tidak akan bisa melemparkan tuduhan palsumu itu pada Kerajaan Vampire. Kerajaan itu berada di bawah perlindunganku. Lagipula yang kukatakan tadi benar 'kan?" Tanya Akashi di akhir kalimat.

"Oh aku hampir lupa, mengenai putrimu--tidak--jalangmu waktu kau berkunjung ke kerajaan ini. Itu adalah salah satu rencanaku menjadikan sepupuku seperti wujud j*langmu, bahkan aura dan suara pun persis seperti wanita itu."

Derri terdiam sambil menahan sakit karena tangan kanannya yang sudah patah juga terluka.

"Sepertinya...akan lebih bagus jika aku memusnahkanmu dari dunia ini," ujar Akashi pada akhirnya.

Ia mengeluarkan pedang, pedang perak yang besar. Lalu mengarahkan pedang itu kearah leher Derri.

"Say Goodbye."

"Aaakkkhhhhh!!!"

SLASH!! {?}

Hening.

Kepala Derri terlepas dari tubuhnya. Darahnya yang tergabung dengan darah hitam mengalir deras dari badannya.

Akashi menatap tubuh yang mulai berubah warna itu dengan tatapan datar. Semua terasa hening, para bawahan Derri menunduk dalam, entah merasa senang atau sedih atas meninggalnya Raja mereka.

Disisi lain, lebih tepatnya di ruangan tiga orang itu. Mereka semua memasang wajah datar, memandang pemandangan di depan mereka seolah-olah hal yang sudah wajar.

"Yah, pertarungan yang lumayan menarik. Aku yakin Akashi sedikit menikmati pertarungan tadi," Dazai berujar sambil berdiri dari duduknya.

"Kalau aku jadi dia, tanpa banyak bicara aku akan langsung menghabisi Derri," ujar Levi sambil berdiri.

"Hee~ ini tidak terlalu membosankan, sih," Karma juga berdiri sambil meregangkan tubuhnya.

Dazai tersenyum sambil menutup mata, "Ini baru permulaan," katanya kemudian membuka mata dan melangkah keluar dari ruangan.

"Masih ada takdir yang menunggu anak itu. Kekuatannya belum bangkit sepenuhnya," Levi berkata sambil berjalan kearah pintu, meninggalkan Karma sendiri yang sedang sibuk dengan pikirannya.

"Apa hitam dan putih itu bisa bersatu tanpa membawa bencana?" Tanya Karma dilema.

*******
Setelah pertarungan menegangkan itu selesai. Para bawahan Derri menghadap pada Akashi atas permintaan Akashi. Pria itu menyampaikan beberapa hal mengenai tahta, dan orang yang bernama Dracky-lah yang akan meneruskan kerajaan drakula.

Sebenarnya, anak itu adalah penerus sah yang dibuang oleh Derri karena Derri tak ingin ada yang mengambil gelar rajanya. Mengenai Dirty, ternyata dia hanyalah salah satu j*lang Derri yang berpura-pura menjadi putri kerajaan drakula.

Akashi yang saat ini sedang berdiri menghadap jendela besar di ruangan kerjanya melihat kearah para bawahan Derri yang terlihat senang sekaligus lega.

"Aku baru tahu ternyata selama Derri memerintah, semua rakyatnya tersiksa akan peraturan-peraturan yang ada. Menurutmu, apa keputusan menunjuk Dracky sebagai penerus itu adalah keputusan terbaik?" Tanya Bryan yang tiba-tiba datang lalu berdiri di samping Akashi.

"Entahlah. Aku hanya menuruti saran dari ayahku untuk mempercayakannya pada anak itu," jawab Akashi.

"Saran dari ayahmu, ya? Bukankah ayahmu yang memungut Dracky lalu mengajarnya menjadi seorang pemimpin? Tapi, kenapa kau tidak dekat dengannya?" Tanya Bryan.

Akashi mengendikkan bahu.
"Aku tak pernah melihatnya ada di mansionku ataupun di kerajaan ini dulu. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya, meski aku sudah mendengar beberapa hal tentangnya," jawab Akashi.

"Begitu ya," gumam Bryan.

"Yah...ini baru permulaan," gumam Akashi yang di masih di dengar oleh Bryan.

"Benar..."
*******

THE DEMON'S MATE {Akashi Seijuurou x reader} {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang