#39

35 3 0
                                    

Jangan jadi kayak gue~Jessica

***

"Andra?" Panggil seorang wanita paruh baya.

Andra menoleh, mendapati Ratih yang kini berdiri disampingnya. Gadis itu mengusap air matanya yang sedari tadi terus mengalir.

"Ada apa Tan?"

Ratih mengusap punggung Andra, "ini udah sore, kamu ga pulang?"

Andra menggeleng, lalu mengalihkan pandangan pada Aldrik. "Andra mau nungguin Aldrik, Sampek Aldrik bangun."

"Andra, tapi al-----"

"Aldrik ga koma Tante.. dia cuman tidur" ucap Andra lirih sembari memainkan poni Aldrik.

Ratih menghela nafas berat, "yaudah kalo kamu gamau pulang. Tapi kamu harus makan ya?"

Andra lagi-lagi menggeleng. Gadis itu terus memandang wajah Aldrik yang banyak terpasang alat-alat medis sembari terus mengelus dan memainkan poni rambut Aldrik.

Ratih menghirup dan menghela nafas panjang, dia tak bisa lagi membujuk Andra. Wanita itu memilih untuk keluar dari ruangan itu.

"Gimana Tan?" Yuke penasaran. Ratih menggeleng, menandakan kalau dia tak berhasil.

Sedari tadi, tak ada orang yang mampu membujuk Andra untuk makan ataupun pulang dan istirahat. Keras kepala memang sudah menjadi sifat yang melekat pada Andra. Sekali Andra bilang tidak, dia pasti takkan mau.

Tiga sahabat Andra terduduk lesu, begitupun dengan Ratih dan Sarah. Entah bagaimana lagi caranya membujuk Andra agar mau makan dan beristirahat.

Didalam ruangan Aldrik, Andra terus menangis tanpa suara. Hampa, sangat hampa dunia Andra hari ini. Dirinya seakan ingin sekali tak sadarkan diri seperti Aldrik, agar dia ataupun Aldrik tak ada yang bersedih seperti ini.

Andra menggenggam erat tangan kanan Aldrik dengan kedua tangannya. Memandang lekat-lekat pria yang masih setia menutup matanya itu dan berharap pria itu akan segera bangun.

"Al? Kamu cepetan bangun ya.. ntar kalo kamu bangun, aku bakalan maafin kamu deh. Janji!" Andra menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Aldrik.

"Al.... Aku rindu suara kamu.. padahal baru beberapa jam kamu tidur, ehh tapi aku udah rindu aja. Gimana cobak kalo seminggu? Bisa-bisa numpuk.. hahahhaha..." Andra tertawa getir, seakan ada yang lucu dengan ucapannya.

"Kamu inget ga, waktu aku pingsan dikamar? Kamu panik banget kan? Terus kamu selalu jagain aku dirumah sakit, sampek-sampek kamu bolos kuliah. Waktu itu aku dah geer banget tau.. kamu nya sih, perhatian ga tau waktu.." Andra kembali menghapus air matanya yang seakan tak mau berhenti.

"Tau ga sih? Aku tuh selalu kesel sama Omelan kamu, tapi anehnya aku nurut aja gitu.. kamu hipnotis aku ya? Hayo ngaku..."

"huh! Kamu tuh lebih mentingin hape kamu ketimbang aku. Buktinya aja tadi, kamu serius fokus ke ponsel kamu, Sampek ga sadar aku udah didepan kamu."

"Kamu lagi, ndra. Udah tau aku pacar kamu, masih aja meluk cowok lain sembarangan!"

"Enggak boleh ndra! Lutut kamu lagi luka, andra. Nanti kalo tambah parah gimana? Aku gamau ya kamu sakit lagi. Cukup kemarin aja kamu sakit. Itu pun aku udah khawatir banget Andra. Po-----"

Omelan-omelan singkat Aldrik terngiang kembali dipikiran Andra. Omelan yang selalu membuatnya kesal, Omelan yang selalu tak berdasar, Omelan yang hanya ditujukan untuknya.

Gadis itu kembali mengusap air matanya yang hampir mengering. Dia menyingkirkan sedikit poni Aldrik ke tepi dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya setia menggenggam tangan pria yang tengah berbaring diatas brankar.

MY PERFECT BOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang