POUR Y: 22

84 14 28
                                    

Aku mengeratkan mantel tebal yang membalut tubuhku sebagai antipasi atas semilir yang begitu dingin. Bahkan rambut sebahuku yang memang selalu terurai, telah digoyangkan ribut oleh angin. Senyum segaris tak disangkah tercipta di sudut bibirku yang mengigil. Aku juga tidak tahu mengapa aku betah berdiri di sini dengan cuaca seperti ini seraya memandangi seorang pria yang sibuk memperbanyak skor lemparan bolanya ke dalam ring.

Sepertinya kehadiranku belum ketahuan. Mungkin karena terlalu fokus pada bola basket atau posisiku yang memang cukup jauh darinya.

Min Yoongi.

Kurasa kuputuskan untuk menerima saran Kim Taeri. Terlalu jauh untuk mundur sekarang. Serta terlalu sulit untuk mengabaikan rasa ini. Maka, aku akan menikmati momen yang bisa kulalui bersama si Poker. Biarlah aku menipunya hingga akhir. Jika ia telah mempertanggung jawabkan kesalahannya, aku akan menceritakan siapa diriku yang sebenarnya. Tidak ada lagi kesalahpahaman di antara kami. Selepas itu aku hanya perlu menunggunya bebas dari penjara dan kisah kami selesai.

Sebuah rencana yang indah.

Netraku bergulir menatap ke arah lain, kabur dari sekembar manik tajam yang memergoki kehadiranku. Meski ekspresinya selalu dingin seperti biasa, tetapi justru akulah yang merasakan gugup setengah mati lantaran langsung teringat kejadian siang tadi. Ah, rasanya aku akan malu sampai kapanpun jika mengingat saat itu.

Setelah kudengar gaduh dari bola yang menabrak ring lagi, aku baru berani menatap ke arahnya lagi. Si Poker melanjutkan permainan basketnya. Cuek seperti biasanya. Menghadapi sikap itu tentu membutuhkan persiapan. Maka aku mengembuskan napas pelan sebelum melangkah mendekat.

"Hai."

Ia tak menjawab, hanya menggerakkan dagunya ke arah lain yang reflek aku ikuti. Ternyata ia menunjuk beberapa kaleng minuman di sudut lapangan.

"Apa itu untukku?" teriakku.

Anggukan ia berikan sebagai jawaban. Lantas aku berjalan ke tempat minuman serta makanan ringan itu. Duduk tanpa beralaskan apapun seraya menonton pria unik yang membuatku jatuh cinta.

Min Yoongi—si pria unik.

Berselang beberapa menit, si Poker akhirnya lelah. Ia berjalan mendekat sembari memeluk bola basketnya dengan penampilan yang terbilang berantakan untuk disebut penampilan berkencan. Surai hitam legamnya lepek di bagian dahi serta bulir keringat yang merosot di beberapa bagian leher dan wajahnya. Tubuhnya hanya berbalut kaos putih di dalam dan kemeja kotak-kotak tidak terkancing sebagai luaran.

Mungkin aku yang ber-ekspektasi terlalu tinggi.

"Tangkap!"

Sekaleng minuman bersoda aku lempar ke arahnya tatkala ia hendak duduk di depanku. Untungnya dengan sigap ia menangkapnya kemudian duduk. "Aku tidak mau ini, berikan yang ada di dalam kantong plastik," ucapnya sembari mengembalikan kaleng soda itu.

Aku meraih kantong plastik itu dan membukanya. Tak butuh waktu lama, si Poker kembali kuhadiah tatapan tajam.

"Soju?"

Ia mengangguk santai selagi mengambil sebatang rokok dari sakunya untuk dinyalakan dengan korek api. Namun, sebelum sempat, aku merebut korek api berwarna putih itu. Dia tampak terkejut disusul air muka kesal.

"Rokok dan soju? Ck! Kau tampak seperti brandalan."

Si Poker tidak banyak bereaksi, mungkin sebal karena sikapku yang seolah mencoba mengatur ini-itu dalam hidupnya padahal kami baru berkenalan beberapa bulan lalu.

"Soju adalah pengalihan stres paling ampuh," ucapnya beralasan. Ia mengapit rokok di bibirnya lalu mengayunkan tangannya gestur meminta barangnya yang kurampas, untuk dikembalikan. "Kemarikan pematikku."

POUR Y √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang