POUR Y: 28

79 14 17
                                    

Jalanan kota memang identik dengan kebisingan dan kesibukan. Namun, kali ini bisingnya lebih gaduh. Suara sirine hampir bersaut-sautan dari mobil yang melaju kencang di jalanan Seoul. Salah satunya dari mobil yang kukendarai dengan dada yang berdebar tidak normal cepatnya.

Netraku lurus ke depan, fokus menyalip kendaraan bandel yang tidak mau mengalah meski telah mendengar sirine tanda genting. Maka, dengan pikiran yang entah sekusut apa, pedal gas kuijak agar mobil melajuh lebih kencang.

Berulang kali Namjoon yang mengikuti mobil yang kubawa di belakang sana, membunyikan klakson yang aku tahu sebagai teguran agar aku tetap berhati-hati. Mengingat bagaimana payahnya aku dalam tugas pengejaran seperti ini.

"Apa kau gila? Kau bisa mencelakai warga sipil, Detektif Bodoh."

Persetan. Persetan dengan Kim Namjoon sialan itu.

"Ini kepolisian sektor 2, kami sudah memblokir jalan keluar distrik."

Malam itu benar-benar malam yang amat menegangkan. Di mana selepas menerima telepon dari Jungkook, tim MPV yang menangani kasus Yoongi dan kepolisian setempat menjadi geger. Kami mengantongi surat penangkapan lalu berpencar mencari entitas si Poker yang tiba-tiba tidak terlacak.

Ini kedua kalinya pria sialan itu membuatku hampir gila mencarinya. Bahkan kali ini aku benar-benar berharap kami bisa menemukannya juga dalam keadaan baik-baik saja. Lantaran menurut cerita Jungkook dan keadaan rumah Yoongi sudah jelaskan alasan mengapa pria itu menghilang.

Aku memang bodoh. Benda yang harusnya kujauhkan sejauh mungkin dari Yoongi justru kutinggalkan di rumahnya tanpa sadar. Dan inilah akibatnya, kepolisian kehilangan buronannya dan aku kehilangan pria yang telah kulukai hatinya.

Sungguh egois jika aku berharap jika Yoongi ingin kabur dari kejaran polisi, setidaknya biarkan aku menemuinya meski sebentar. Menjelaskan dan meluruskan kesalapahaman yang mungkin telah membuat ia kecewa.

Srek! Pip!

Suara klakson dari Namjoon yang menggila beradu dengan decitan ban yang bergesek kuat dengan aspal. Tak ayal membuat beberapa orang di jalanan memekik terkejut kala aku tiba-tiba membanting stir. Berbelok secara tiba-tiba di gang sempit yang kutahu adalah jalan pintas. Ada satu tempat yang kuyakinkan ada di pikiran si Poker.

Ini akan jadi harapan terakhirku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan lagi jika tempat itu juga tidak memberiku petunjuk apa-apa.

"Detektif Im Bora berbelok!"

"Tidak perlu diikuti!"

Terima kasih Namjoon.

Hanya berselang beberapa menit melawan sempit dan berantakannya gang kecil, mobil yang kukendarai sudah keluar tepat di sebelah bangunan Black Swan Studio. Tanpa pikir panjang, aku mengerem kemudian dengan terburu-buru keluar dari mobil. Namun, hanya beberapa langkah, tungkaiku terhenti dengan reflek dengan mata yang sedikit melebar.

Pintu kaca bangunan itu pecah dengan cahaya oranye yang mencolok dari dalam sana. Tindakan ini benar-benar berlebihan dan tidak mungkin dilakukan oleh orang iseng. Lagi-lagi bahaya mungkin tersembunyi di dalam sana. Namun, kali ini aku akan menebus semua kesalahan dan kelalaianku sebagai detektif. Jika aku ragu-ragu seperti ini, itu sama saja aku meragukan semua kerja kerasku untuk sampai di kedudukan Ahli Analisis.

Maka kini pistol yang terselip di balik jasku, kutodongkan ke arah studio. Selagi tungkai ini mengambil langkah hati-hati dan waspada untuk masuk. Sebenarnya hanya ada satu kemungkinan tentang apa yang ada di dalam sana. Mungkin orang yang sedang kucemaskanlah yang harus berhadapan dengan mulut pistolku.

POUR Y √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang