Seoul, 2023
by Jung NamiTrauma mengerikan dan dampak pengabaiannya.
(Berdasar kisah Min Y, pembunuh berantai Si Penjahat dalam Api)Tap!
Helaan napas panjang berembus lega. Menghantarkan rasa kantuk pada ragaku yang pegal duduk seharian menghadap pada laptop. Lantas kusandarkan punggung pada sandaran kursi empuk dengan mata yang terpejam. Berbagai angan melaju lancar dalam senyap itu.
Semakin berkembangnya sebuah kota, semakin sulit juga untuk menjangkau sudut-sudutnya. Kota terlalu sibuk dan beberapa orang tenggelam tanpa dipedulikan. Depresi atas ketidakmampuan beradaptasi dengan kemajuan dan ketatnya tuntutan hidup melejit. Setiap tahunnya, kasus bunuh diri tidak pernah absen dari Korea Selatan. Menjadi buktinya bahwa keterbukaan tentang gangguan mental dan trauma perlu diperbaiki.
Kasus tahun lalu membuka mataku untuk melihat kenaasan isu ini. Maka sebagai manusia yang ingin kemalangan itu tidak berulang lagi, aku memutuskan menggali kisah itu. Kisah tentang seorang kriminal yang menjadi penyebab tewasnya ratusan tahanan di pusat penahanan kelas B. Kasus yang telah masuk dalam deretan kasus sensitif yang bisa mematik api publik jika dumunculkan ke permukaan lagi.
Namun, aku tidak pedulikan hal itu. Aku telah bertekat untuk menggali moral yang bisa didapatkan tentang bahayanya trauma bagi kehidupan melalui orang diberi julukan Si Penjahat Dalam Api.
Kedua binar ini telah terbuka untuk menatap lamat layar laptop. Dahiku berlipat mencoba membayangkan apa yang terjadi dalam rentetan kisah yang akan kuangkat sebagai jurnalis berita kriminal. Mencoba membayangkan sosok yang wajahnya telah di-banned di koran maupun televisi lokal. Mungkin orang-orang telah lupa juga.
Ting!
Suara yang keluar dari benda bersegi panjang kecil di samping laptop memecah rangkaian adegan yang kususun dalam kepala. Perhatianku bergulir pada ponsel yang langsung kuraih.
Penyidik Im Bora
(17:04)
Aku mengizinkanmu menulis kisahnya.
Akan kusesuaikan jadwalku untuk wawancara.Tanpa sadar serok senang mengalun dari bibirku. Aku bahkan langsung menegakan punggungku untuk melihat apa aku tidak salah baca pada pesan itu. Tidak bisa dipercaya lantaran sudah hampir dua bulan aku mengejar detektif itu untuk izin atas kisah Min Y dan tidak ditanggapi sama sekali. Detektif yang berperan amat besar dalam kasus Y itu benar-benar orang yang sulit dijangkau. Kerjanya sibuk dan sulit untuk ditemui.
Sebenarnya ini bukan permintaan izin pertamaku pada kasus yang ia tangani. Kasus Hong Sera juga dibutuhkan perjuangan keras untuk mendapatkan izin liput darinya. Aku tidak tahu apa memang begitu kepribadian wanita bermarga Im itu, jelasnya melalui kisah Y ini aku sangat menghormatinya. Mungkin prestasinya tidak terlalu mencolok, tetapi perjuangan dan akibat yang ia tanggung dalam hidup Y benar-benar membuat aku ingin mengatakan bahwa aku bangga padanya.
Lalu, untuk Y yang sudah ada di pangkuan Tuhan, semoga ia tenang di sana. Biarlah kisahnya memberikan perubahan bagi Seoul untuk tidak menyepelehkan dampak trauma psikis akibat pola asuh keras dan trauma kehilangan.
Aku mungkin dinilai haus perhatian karena sibuk menuliskan kasus sensitif seperti ini. Bahkan naskah Hong Sera dikritik habis-habisan oleh beberapa oknum setelah diterbitkan ke internet maupun secara fisik.
Tok! Tok!
Kepalaku menoleh cepat menatap ke arah pintu. Dahiku agak berlipat bertanya-tanya siapa gerangan orang yang bertamu. Apakah orang yang akan mengamuk karena salah satu dari banyaknya kasus sensitif yang kutulis kembali atau atasan yang ingin mengumpatiku lagi karena bertindak terlalu jauh dalam riset.
KAMU SEDANG MEMBACA
POUR Y √
FanfictionMereka memanggilnya sebagai pendosa. Namun, bagiku ia hanyalah orang yang kutemui di sudut studio piano sendirian. Si manusia malang yang mencoba membunuh rasa kesepian yang mencekiknya hingga akhir. Pour Y : Untuk Y Started : August 28, 2020 Finis...