Fiya drop

1.3K 90 1
                                    

Malam itu, menjadi malam bahagia buat siapa saja. Tak terkecuali Fiya, dia amat sangat senang, meski cuman makan malam bersama teman-temannya ini. Berasa malam ini bisa membawa dia kembali ke beberapa tahun silam. Dimana awal mereka bertemu, dimana awal kedekatannya dengan Zafran. Dimana akhirnya tempat ini menjadi tempat tongkrongan mereka semua.

"Gila sih ya, malem ini tu yang ulangtahun Fiya, tapi gatau kenapa gue yang jadinya exited banget gitu. Gak nyangka aja hubungan Zafran sama Fiya bisa selanggeng ini, kalian pada ingat gak sih dulu pertama kali Zafran deketin Fiya itu gimana?" Ikram berusaha mengulik kejadian masalalu. Karena benar saja, bukan hanya Fiya memang yang merasa malam ini itu berbeda, rasanya malam ini bisa menghadirkan memori-memori kebersamaan mereka semua disini.

Dan kali ini, Zafran yang berbicara. "Ingat banget lah, gue inget banget gimana gue selalu merhatiin Fiya sejak pertama kita ketemu. Gue udah suka sama dia, dan gimana gue berusaha meyakinkan Azam kalo gue gak main-main. Betapa gue seneng banget waktu gue nembak Fiya, dia tanpa ragu nerima cinta gue. Gue menjadi orang paling beruntung di dunia ini mempunyai sosok seperti Fiya." Selama ia berbicara seperti itu, tak lekat pandangannya ke satu objek, yaitu Safiyyah Huyayna, yang malam ini tentu akan menjadi malam paling bersejarah bagi mereka berdua.

"Fiy, makasih udah jadi sumber kebahagiaan buat aku. Makasih dulu kamu udah mau nerima aku, udah mau kasih aku kesempatan bahwa aku gak pernah main-main sama ucapan aku. Aku gak pernah main-main bilang kalo aku sayang banget sama kamu. Gak terasa ya Fiy, udah lebih dari tujuh tahun kita sama-sama. Gak pernah sehari pun aku lewatin tanpa ketemu sama kamu. Mereka bilang, kamu yang butuh aku. Padahal, aku yang paling butuh kamu. Aku gabisa bayangin hidup aku tanpa kamu. Fiy, maaf udah buat kamu menunggu selama ini, dan sekarang mungkin waktu yang tepat, Will you marry me Safiyyah Huyayna? "

Entah karena apa, tapi Fiya sampai meneteskan air mata mendengar setiap ucapan dari Zafran. Kini sekarang ia bingung harus menjawab apa. Menerima kah, atau justru menolak. Siapa sih yang tak bahagia dilamar dengan pacar sendiri, dengan cara sederhana namun sangat membekas seperti ini. Tapi selalu saja ada sesuatu hal yang mengganjal, rasanya ia ingin sekali langsung menolak detik itu juga. apapun alasannya, itu semua demi kebaikan Zafran. Karena Fiya sangat mencintai kekasihnya itu.

"Maaf Zaf, tapi... Aku gak bisa." Dan satu kalimat itu akhirnya berhasil ia ucapkan. Meskipun Rasanya sakit, tapi ini sudah menjadi keputusan yang harus ia ambil.

Bukan cuman Zafran tentunya yang kaget mendengar jawaban itu, tapi semua orang di situ kaget, terkecuali Azam. Semua bertanya-tanya, kenapa Fiya menolak? Bukankah selama ini dia juga menginginkan hal itu.

Namun demikian Zafran masih berusaha tenang, ia berusaha tak kaget dengan apa yang baru saja terjadi. "Tapi kenapa Fiy? Kenapa kamu gak bisa? Kalo kamu belum siap, kita bisa tunda kok. Kita jalani aja kayak biasa. Aku gpp kok."

"Maaf Zaf, tapi aku mau kita putus."

Deg...

Mendengar itu tentu saja ia kaget, apa selama ini ia ada melakukan kesalahan sampai Fiya semarah ini? Tapi seingat nya, selama ini ia dan Fiya baik-baik saja. Tak pernah ada masalah, tapi apa semua ini? Apa ini prank, "Fiy, apa kamu bercanda? Apa ini prank? Gak lucu Fiy, ini beneran gak lucu. Kamu gak bakat acting, please jangan ngomong kaya gitu lagi meskipun cuman bercanda."

"Iya Zaf, kamu benar. Aku emang gak bakat acting, makanya ini bukan acting. Tapi ini yang sesungguhnya aku inginkan. Maaf Zaf, dan makasih untuk malam ini." Lalu setelah itu Fiya pergi dari acara makan malam itu, pergi dalam tangisnya. Ia sungguh tak bisa melihat Zafran seperti itu, tapi menurutnya ini adalah keputusan yang paling tepat.

"Zaf, lo gak ngejar Fiya?"

Sang empunya nama masih terdiam. Masih meresapi setiap kata yang tak pernah terpikirkan sebelumnya akan diucapkan oleh Fiya. "Biarin dulu dia tenang, gue gamau gegabah. Gue yakin ini semua cuman salah paham. Dia pasti gak beneran ngomong kaya gitu."

Ikram dan Kafka pun hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan Zafran. Karena yang dikatakan Zafran itu ada benarnya, mereka pun tak menyangka dengan apa yang barusan diucapkan Fiya. Sedangkan Azam? Dia sudah pergi menyusul sang adik. posisinya memang serba salah saat ini.

..

Setelah sampai di rumah, Fiya langsung mengurung dirinya di kamar. Entah apa yang dia lakukan pun Azam tak tau. Azam sangat sedih dengan apa yang dialami adiknya kini, andai bisa, lebih baik ia saja yang merasakan segala kesakitan itu. Hidup adiknya sungguh lebih berarti.

Sedangkan Fiya, dia didalam sana hanya bisa merenung. Ternyata lebih berat dari yang ia bayangkan. Ternyata tak semudah itu memutuskan hubungannya dengan Zafran. Lebih tepatnya bukan memutuskan hubungannya yang sulit, tapi melihat wajah tulus Zafran, maka siapa saja pasti bakalan tak tega. Apalagi dirinya yang sudah lama menghabiskan waktu bersama. Apa alasan dia memutuskan hubungan itu sungguh tak masuk akal.

Seandainya dia bisa berfikir lebih jernih dan mau melakukan pengobatan, Zafran pasti mau menemaninya. Melihat ketulusan laki-laki itu, dia bukan tipe orang yang bakalan meninggalkan ketika sedang sulit. Hmm, memang sih. Zafran adalah sosok malaikat yang dikirim tuhan untuk menemani masa hidup Fiya yang singkat ini menjadi lebih bermakna.

Akhirnya, malam pun berlalu begitu saja. Ditemani hujan yang terus mengguyur kota, menemani siapa saja yang sedang bersedih malam itu.

Azam masih terus berusaha mengetok kamar adiknya, tapi tak juga ada jawaban.
"Dek, kalo kamu gak buka Abang bakalan dobrak ya. Please buka dulu, udah cukup kamu menyendiri semalaman ini. Sekarang waktunya Abang buat atur semuanya. Kamu harus dengerin apa kata Abang kalo mau semuanya jadi lebih baik."

Tak lama pintu terbuka, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah kondisi adiknya yang sangat kacau. Tatapan yang sendu, bibir yang pucat, dan itu sama sekali tak mencerminkan diri Fiya. Tanpa menunggu, dia langsung memeluk tubuh mungil Fiya, memberi kekuatan pada adiknya itu untuk bisa terus bertahan.

"Fiy, kita kerumah sakit ya. Belum telat kok . Abang yakin semuanya bakalan baik-baik aja. Percaya sama Abang.".

Azam terus berbicara tapi tak ada sahutan dari adiknya itu. Ketika ia ingin melepas pelukan mereka, tiba-tiba tubuh Fiya sudah lemah. Diya sudah tak sadarkan diri. "Fiy, Fiya. Bangun Fiy, please Fiy bangun. Jangan sekarang..." Otaknya kini tak bekerja, ia sungguh tak sanggup melihat kondisi adiknya Sekarang. Bahkan rasanya otaknya sama sekali tak bisa memikirkan sesuatu.

..

Udah dibilang part nya bakalan sedih-sedihan.
Next or skip
@ nurhidayah202
Follow.👆

1 September 2020

DOSEN IDOLA (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang