"gue seneng beberapa waktu terakhir Fiya gak pernah nunjukin gejala sakitnya lagi. Dan gue yakin, secara gak langsung itu pasti karena lo juga. Walaupun Lo gak tau sih, tapi Lo adalah sumbernya kekuatan terbesar juga buat dia. Tapi waktu itu..."
"Fiy kamu gpp? Kamu drop lagi. Kamu masih gak mau ngelakuin pengobatan? Sekarang kan udah ada Zafran, kamu masih gak mau bertahan, seenggaknya kalo gak buat Abang, bisa buat Zafran."
"Udah berapa kali aku bilang, aku pengen ngejalani semuanya gini aja. Gak pengen ada yang berubah. Apapun itu, please bang jangan paksa aku. Oh satu lagi, jangan sampe Zafran tau. Biarin dia taunya aku baik-baik aja."
"Dan terakhir dia drop itu sekitar tiga bulan yang lalu, jadi kalo Lo ngerasa akhir-akhir ini dia berubah itu gak ada alasan lain selain dia pengen bikin Lo terbiasa Ketika nanti dia udah gak ada. Karena dia sadar, dia gak bisa nemenin lo selamanya."
Pantas saja selama ini ia merasa Fiya telah berubah, entah karena ia melakukan kesalahan atau karena ada orang lain. Karena selama kurang lebih tujuh tahun hubungan mereka, semuanya selalu baik-baik aja, dan setiap ada masalah mereka pasti selalu bisa menyelesaikan semuanya. Tapi kali ini, Kenapa Fiya menyerah begitu saja pada keadaan? Sungguh tak pernah terbayangkan kalau dia akan kehilangan Fiya. Bagaimana jika ia akan hidup tanpa Fiya, karena selama ini sumber kebahagiaan dan semangat nya adalah wanita itu. Tak ada yang lain. Bahkan lebih baik Fiya daripada dirinya sendiri yang harus ia lindungi.
Zafran terus mengingat memori-memori dimana Fiya Mulai berubah
"Kalo aku pergi kamu jangan sedih ya?"
"Maksudnya? Katanya kamu gak kemana-mana?"
"Mmm gak deh, ya kan nanti kalo misalnya aku pergi. Eh iya bentar lagi aku ultah ya? Kamu gak lupa kan?"
"Emang sejak kapan aku melupakan hal itu?"
"Hee, iya sih. Boleh aku minta sesuatu?"
"Apapun yang kamu minta pasti aku kabulin. Emang kamu minta apa?"
"Mmm nanti deh tunggu waktunya. Oiya, kamu bisa bikinin aku pesta? Aku cuman gak pengen pesta mewah. Aku cuman mau makan malem bareng kamu, bang Azam, sama temen-temen Deket kita aja. Kamu mau kan?"
"Iya, kalo hanya itu yang kamu mau pasti aku bakal kabulin. Lagian kamu minta lebih dari itu juga pasti bakalan aku kabulin kok."
Semakin sedih ia membayangkan wajah Fiya, kenapa secepat ini kau ambil kebahagiaan ku. Zafran terus mengeluh, apa iya takdirnya memang selalu berakhir menyedihkan seperti ini?
Saat Zafran sedang asik mengelus rambut halus Fiya, "Fiy, rambut kamu rontok?"
"Eh, duh jadi malu kan. Aku emang gak sempet urus rambut beberapa hari ini."
Atau..
"Fiy, kamu pucet? Apa kamu sakit?"
Segala keganjalan-keganjalan itu akhirnya terjawab sudah. Dimana tiba-tiba sifat Fiya berubah. Ia sering terlihat pucat dan kelelahan. Ia sering terlihat tak bersemangat, tapi ajaibnya ia mampu menyembunyikan itu semua.
"Zaf, ikhlasin dia ya?"
"Apa sih zam, gak. Gue gak bakal nyerah gitu aja. Lo tau kan gimana gue sama adik lo. Gue sayang banget sama dia bahkan lebih dari diri gue sendiri. Gue gak bisa zam, gue gak akan pernah bisa ikhlasin dia. Gue gak bisa hidup tanpa dia. Jadi jangan paksa gue lakuin itu."
Azam hanya mampu menatapnya nanar. Bukan karena apa, tapi ia juga bisa merasakan apa yang sedang dialami Zafran saat ini. Karena jika dinilai, mungkin ia juga sama terpukulnya bahkan bisa lebih dari Zafran.
..
"Fiy, kamu kok betah sih tidur Mulu gini. Bangun dong, aku pengen liat senyum kamu lagi. Kita belum absen Lo Fiy, kamu utang sama aku, tiga hari kamu gak ngabarin, atau ngomong sama aku. Fiy, bangun dong." Zafran terus mengajak Fiya bicara. Apapun yang terjadi, ia tak akan pernah menyerah dengan wanitanya itu.
Sudah tiga hari Fiya masih belum menunjukkan tanda-tanda ia akan sadar. Kata Azam, tak ada lagi yang bisa dilakukan. Fiya bertahan hanya karena alat bantuan ini, jika ingin mengakhiri segalanya Fiya bisa pergi kapanpun itu. Jantung yang berdetak, itu semuanya karena bantuan.
"Zam, Lo udah nyerah sama semua ini? Seenggaknya Kenapa dia pergi tanpa ngucapin apa-apa sama gue. Gue gak bisa zam, gue gak bisa. Kenapa sih takdir jahat banget sama gue."
Azam yang diajak bicara pun hanya diam. Ia juga bingung harus bagaimana menanggapi Zafran.
Silih berganti orang menjenguk Fiya di rumah sakit, tapi hanya Azam dan Zafran yang tak pernah pergi kemana-mana.
Tepat malam keempat Fiya koma, ia menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Dan malam itu ia sadar, entah itu keajaiban atau mukjizat Allah. Tapi sayangnya itu tak berlangsung lama, setelah berbicara dengan kedua orang tersayangnya itu ia bilang ngantuk dan capek sampai akhirnya ia pergi untuk selama-lamanya.
"Gimana dok?"
"Ini sebuah keajaiban, tapi Fiya sadar walaupun kondisinya sangat lemah."
Saat itu, Zafran ataupun Azam tak tau harus berkata apa. Tapi Allah telah mendengar doa-doa mereka. Fiya sadar, dan itu karena keajaiban. Dia mampu bertahan lagi.
Pertama kali Fiya bangun, Azam yang lebih dulu dicarinya.
"Bang, Fiya mau pamit."
"Dek, kamu ngomong apa sih?"
"Fiya cuman dikasih waktu sebentar. Tolong ikhlasin Fiya. Fiya sayang sama Abang, makasih udah selalu jadi yang terbaik buat Fiya."
"Fiy, kamu udah bangun, kamu pasti bertahan." Azam gak mampu lagi menahan tangisnya ketika berbicara dengan adiknya itu
Lalu tatapan sendu Fiya jatuh ke Zafran, dan Zafran pun langsung mendekat.
"Fiy, kamu pasti bertahan. Aku mohon. Ingat kan janji kita untuk selalu bersama."
"Zaf, aku juga mau ucapin makasih buat kamu, karena kamu udah jadi yang terbaik buat aku. Jangan sedih, kangen, cengeng zaf, lemah banget sih. Aku yakin, kamu bakalan dapat yang lebih baik dari aku nantinya."
"Fiy, apapun dan siapapun mereka. Aku maunya kamu, please jangan pernah ngomong kaya gitu. Aku sayang kamu Fiy, sayang banget."
"Aku juga sayang sama kamu. Tapi maaf ya, aku gak bisa terima lamaran kamu. Hmm, akhirnya kamu tau juga apa alasannya. Intinya jangan pernah salahin diri kamu, ini semua takdir Zaf. Mungkin aku pernah jadi yang terindah di hidup kamu. Tapi Allah tak menakdirkan aku untuk jadi yang terakhir. Buka hati kamu, suatu saat akan ada wanita yang juga bisa menerima kamu lebih dari aku."
"Fiy please,"
"Zaf , bang, makasih untuk semuanya. Aku ngantuk, capek, aku tidur dulu ya."
Dan setelah itu Fiya tidur. Tidak, bukan tidur, tapi akhirnya dia sudah tentang. Dia pergi untuk selama-lamanya.
Allah benar-benar mengabulkan doa Zafran, kini Fiya hanya datang sekedar untuk pamit. Dan akhirnya pergi untuk selama-lamanya.
..
Skip or next
@ nurhidayah202
Follow Ig.👆27 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN IDOLA (END)✅
Genel Kurgu*cerita masih lengkap* Nyatanya yang pergi tak akan kembali dan yang ada tak mesti sama. Ini tentang bertahan, sejauh mana hati dan seisinya bertahan pada situasi yang tak lagi sama. .. Fiy, aku janji tak ada yang lain. (Nalendra Zafran Akhtar) Dia...