Setelah keluar dari toko buku itu Kiya memutuskan pergi ke kedai es krim. Sembari menunggu pesanannya datang, ia sedikit kepikiran tentang Ridho. Kiya sedikit kaget kala karyawan tadi bilang Ridho sedang ada meeting. Ridho pemilik toko buku? Apa selama ini Ridho membohonginya? Kenapa selama ini ia tidak pernah tau fakta ini. Padahal mereka sudah cukup lama kenal. Ia kira, mereka saling tau satu sama lain.
Sampai pesanan es krim nya datang, ia masih termenung memikirkan Ridho. Padahal, ia tak perlu harus memikirkan hal seperti itu juga. Bukan salah Ridho juga jika tak memberitahunya kan, karena ia juga tak pernah bertanya bagaimana latar belakang Ridho. Awal pertemuan mereka dulu juga karena Ridho yang tak sengaja membantunya.
"Neng itu es krim nya di makan dulu, keburu cair nanti. Lagian eneng kebiasaan banget si kalo kesini itu pasti sendiri. Suka ngelamun sendiri kaya gini. Emang eneng itu makan es krim kalo lagi banyak pikiran ya? Kayaknya setiap kesini gak pernah happy?" Bapak pemilik kedai es krim itu tercegat, melihat Kiya yang tak menghiraukan kehadirannya.
"Bapak merhatiin saya? Saya juga gak tau pak, kenapa kalo saya lagi sedih atau banyak pikiran, yang ada di otak saya itu pasti ke sini. Hmm, bapak sampe kenal sama saya gini saya jadi malu." Kiya sedikit terhibur kala bapak penjual es krim itu mengajaknya berbicara.
"Toko bapak ini gak terlalu banyak pengunjungnya, jadi bapak hafal sekali siapa yang sering kesini. Apalagi eneng sering kesini. Bapak pasti hapal banget lah." Bapak itu tersenyum pada Kiya yang juga tersenyum padanya.
"Ah bapak jangan merendah gitu lah. Kiya tau banget toko bapak ini selalu rame, orang es krimnya juga enak ini." Kiya berkata sembari menyendokkan es krim itu ke mulutnya.
"Hmm, syukurlah kalo neng suka sama es krim di sini. Neng pasti suka coklat ya? Soalnya pesenan neng pasti selalu rasa yang sama. Padahal ya neng, cewek itu biasanya ngurangin makan coklat karena takut gemuk, tapi neng malah makan coklat terus." Bapak itu semakin asik dengan cerita-cerita gokilnya. Seakan ia memang sengaja menghibur Kiya.
Kiya terkekeh dengan ucapan bapak itu. "Kalau saya gendut juga gak masalah pak, itu tandanya saya memang gak kekurangan makan. Lagian, saya dari dulu itu makan banyak tapi gak gendut-gendut pak."
"Bapak percaya, neng ini orangnya baik, kuat, cantik pula. Bapak cuman mau berpesan, masalah apapun yang sedang neng hadapi sekarang, neng harus tetep semangat. Ingat! Tuhan gak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan umatnya."
Kiya terkesima dengan bapak itu. Padahal bapak itu sama sekali tak mengenalnya, tapi sudah bisa menasehatinya seperti itu. Sedangkan orangtuanya sendiri malah sibuk dengan kerjaan mereka yang tak pernah ada habisnya itu.
Terkadang Kiya merindukan kasih sayang keluarga, ia sudah biasa jika hanya hidup berdua saja dengan Kafka. Karena dari dulu, orangtuanya itu memang selalu di sibukkan dengan pekerjaan. Padahal selain uang, seorang anak juga sangat butuh kasih sayang orangtua. Butuh di perhatikan, butuh di nasehati seperti ini. Andai yang berbicara seperti tadi itu adalah papa nya, pasti ia akan merasa sangat senang.
"Makasih pak udah mau nasehatin Kiya, bapak ngertiin Kiya banget. Kiya cuman heran aja pak sama diri Kiya sendiri, bingung sama perasaan Kiya sendiri."
"Perasaan bingung, takut, bahkan perasan senang sekalipun kita bisa curahkan semuanya sama Allah. Pasti kita akan cepat dapat ketenangan atau jawaban. Kita jangan terpaku sama sisi negatifnya, kita harus selalu bisa cari celah untuk kita agar bisa berpikir positif. Bapak yakin Eneng bisa melewati masa-masa sulit ini." Entah sejak kapan, tapi saat ini bapak penjual es krim itu sudah duduk di kursi tepat di hadapan Kiya.
Kiya tersenyum untuk kesekian kalinya karena kata-kata dari bapak penjual es krim itu. Hatinya sekarang menjadi lebih tenang, seharusnya ia tak perlu memikirkan sesuatu hal selarut ini. Karena masih ada cara yang lebih baik untuk kita menyikapinya. "Makasih pak, sekali lagi makasih."
"Sama-sama neng, semoga setelah ini eneng gak galau-galau lagi ya. Kalau gitu, bapak lanjut dulu, itu ada pelanggan yang datang."
Sepeninggalan bapak penjual es krim tadi, sedikit banyaknya Kiya mulai bisa berpikir positif. Lagian sekarang ia juga bukan anak kecil lagi, seharusnya ia sudah mulai bisa berpikir atau menyikapinya dengan dewasa.
...
Satu pesan masuk, saat Kiya baru saja memasuki mobilnya.
Kiy kamu tadi ke toko? Kata temen aku kamu nyariin aku? Kenapa? Ada yang perlu aku bantu? maaf banget ya, tadi aku gak masuk soalnya lagi ada urusan gitu di luar.
Kiya membaca pesan itu sambari tersenyum, bagaimana bisa ia tak menyadari sikap Ridho selama ini. Iya Do, katanya kamu lagi meeting. Bos mah beda ya, gak ada kok, aku cuman heran aja tadi kamu kok gak ada di toko. Setelah mengetik balasan itu, Kiya lantas melajukan mobilnya ke rumah. Hari ini hari Sabtu, Kiya memang tak memiliki jam kuliah di hari sabtu. Biasanya, ia hanya laporan saja di hari ini. Cuman karena ia sudah laporan kemarin, jadi sekarang sudah aman.
Mobil Kiya melaju membelah jalanan kota yang cukup ramai, ia jadi tergerak hati untuk mampir ke salah satu taman yang menurutnya taman itu sangat indah. Taman itu juga cukup ramai, para pengunjung sepertinya sangat suka taman ini.
Taman yang tak lain adalah taman teratai itu memang berbeda dari taman-taman yang lain. Tak membutuhkan waktu lama, setelah Kiya menemukan parkiran yang pas, Kiya segera memakirkan mobilnya di situ. Lalu segera turun mencari tempat yang paling strategis untuknya menghabiskan waktu sore ini. Bahasanya, akhir pekan ini ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menghibur dirinya sendiri. Me time istilahnya.
Kiya duduk di salah satu kursi yang kebetulan kosong, ia hanya duduk saja tanpa melakukan apapun. Tatapanya kosong memandang ke sembarang arah, sedikit lagi maka ia akan mendapatkan ketenangan itu.
Disaat Kiya sedang asik dengan pikiranya, ada seorangg pengamen yang datang, lalu meminta izin padanya untuk menyanyikan sebuah lagu. Kiya tak kunjung menjawab sampai anak itu kembali bertanya, "Kak, boleh kan?"
"Eh," Kiya tersentak oleh panggilan anak itu. "Memangnya kamu mau nyanyi lagu apa?"
"Bebas kak, aku bakalan nyanyiin sesuai request kakak." Anak itu berkata penuh harap, entah Kiya orang keberapa yang didatanginya, tapi sedari tadi anak itu memang selalu mendapat penolakan setiap dia menghampiri orang.
"Kalo kakak minta kamu temenin kakak disini kamu mau? Kamu bebas nyanyiin lagu apa aja yang kamu mau. Nanti kakak juga bakalan bantuin kamu nyanyi. Gimana?"
"Serius kak? Mau kak mau?" Jawab anak itu dengan antusias. Seperti ada harapan baru yang datang menghampirinya sekarang.
Kami bernanyi bersama, satu demi satu pengunjung datang melihat kami bernyanyi. Suara Kiya yang lumayan merdu itu menarik cukup banyak pengunjung. Sampai sekarang, posisi meeka sudah dikelilingi banyak pengunjung. Riuh tepuk tangan setelah mereka berdua menyelesaikan aksinya.
"Makasih ya kak udah mau bantu aku. Kakak orang baik, aku doakan semoga kakak akan ketemu sama orang yang baik juga." Begitulah ucap tulus anak itu. Ia sangat senang penampilanya itu dilihat banyak orang. Senyumnya sangat merekah, berbeda sekali dengan senyum sebelumnya.
...
Kamis, 3 Desember 2020
Hai hai, update lagi ni....
Jangan lupa jejak vote and coment nya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN IDOLA (END)✅
Ficción General*cerita masih lengkap* Nyatanya yang pergi tak akan kembali dan yang ada tak mesti sama. Ini tentang bertahan, sejauh mana hati dan seisinya bertahan pada situasi yang tak lagi sama. .. Fiy, aku janji tak ada yang lain. (Nalendra Zafran Akhtar) Dia...