"Fiy please sadar, Fiy buka mata kamu." Azam terus berbicara sembari menggendong Fiya menuju IGD. "Dok, tolong adik saya, tolong selamatkan adik saya sok." Azam terus berteriak pada siapa saja, kepanikannya kali ini telah mengalahkan apapun.
"Maaf mas, tunggu di luar dulu ya. Kami akan melakukan yang terbaik."
Segalanya semakin membuatnya frustasi, apakah ini saatnya? Apakah kali ini benar-benar ia akan menjadi sebatang kara? Ya Allah jangan sekarang, hamba mohon selamatkan adik hamba. Semoga kau beri kekuatan dan kesembuhan atasnya.
Lama ia menunggu, tapi dokter tak kunjung juga keluar. Ia terus menunggu di depan pintu seorang diri, sebelum akhirnya datang seseorang yang tak ia sangka-sangak. "Zam, apa yang terjadi pada Fiya?"
"Zaf, kenapa bisa Lo ada di sini?"
"Gak penting Kenapa gue ada disini. Yang terpenting apa yang terjadi dengan Fiya? Apa yang gak gue tau tentang dia?" Zafran semakin frustasi karena Azam tak kunjung memberitahu apa yang terjadi dengan Fiya. Dan dimana gadisnya itu.
Tak lama dokter keluar, dokter yang melihat kegaduhan itu lantas memisahkan mereka berdua. "Maaf, jangan ribut disini ya ini rumah sakit. Mm, mas Azam bisa ikut keruangan saya sebentar?"
Azam hanya mengangguk dan mengikuti kemana dokter itu pergi. Tanpa memperdulikan lagi tentang Zafran. Ia pun tak perduli jika Zafran harus tau dengan cara seperti ini.
"Mas, kondisi dek Fiya sekarang semakin lemah. Kondisinya semakin memburuk, untuk kasus seperti ini entah apa lagi yang dapat kita lakukan. Karena dari awal pasien pun menolak untuk melakukan pengobatan. Sekarang, Fiya belum sadar, atau bisa dikatakan koma. Entah sampai kapan dia bisa bertahan terlebih jika tanpa bantuan alat medis."
"Jadi dok, apa yang harusnya saya lakukan. Apa masih ada cara agar bisa membuat Fiya kembali dok? Apapun pasti akan saya lakukan."
"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, sudah tidak memungkinkan lagi kita melakukan semua hal itu. Kemoterapi mungkin tidak bisa menyembuhkan secara menyeluruh, tapi kemo bisa memperlambat. Selama ini dek Fiya juga tidak pernah melakukan itu. Sebenarnya ada satu cara lagi, walaupun kemungkinan berhasilnya juga tidak begitu besar."
Apa itu dok?"
"Transplantasi sel induk atau stem Cell, itu sederhananya mengganti sumsum tulang yang sudah rusak dengan yang sehat. Dan itu bisa dari pasien sendiri atau dari orang lain. Tapi langsung saya sampaikan, kalau dari pasien sendiri sangat tidak memungkinkan. Sedangkan kalau kita mencari pendonor, selain sulit mencari orangnya, menemukan yang pas juga sangat sulit. Jika kita ingin melaksanakan ini, kemoterapi atau radioterapi merupakan langkah awalnya."
Azam semakin bingung harus berbuat apa sekarang? Apa secepat itu ia harus menyerahkan pada takdir? Karena segalanya ada di tangannya sekarang. Jika mengikuti keinginan Fiya yang tak mau melakukan semua itu, sudah pasti tak ada harapan lagi untuknya selamat. Tapi jika dia mengikuti ego, apa mungkin itu semakin menyakiti Fiya?. Segalanya semakin membuat frustasi jika di fikirkan.
"Mas silahkan pikirkan dulu langkah apa yang akan mas ambil. Jangan terburu-buru, tapi jangan juga terlalu lama. Mengingat kondisi Fiya semakin hari semakin menurun."
Lantas setelah keluar dari ruangan dokter, Azam sudah di bondongi dengan berbagai pertanyaan mengenai Fiya tentunya itu dari Zafran. "Zam, bilang sama gue sekarang juga, apa yang terjadi dengan Fiya. Apa yang selama ini gue gak tau zam, please, apa yang gue gak tau?" Zafran tak bisa lagi menahan, ia sampai meneteskan air mata. Ia tak mengerti apa yang terjadi dengan Fiya, hanya saja hatinya berkata bahwa ini keadaan yang tidak baik-baik saja. Dan Azam yang melihat itu semakin tak tega, di sisi lain ia harus memikirkan apa langkah selanjutnya. Mungkin, bercerita dengan Zafran adalah langkah yang tepat untuk kali ini.
"Ayo kita cari tempat, gue bakalan cerita semuanya." Lalu Azam menggiring mereka pergi yang entah tujuannya akan kemana. Hingga akhirnya sampailah mereka di taman rumah sakit yang gak begitu ramai, mereka duduk di salah satu Kursi di taman itu.
"Jadi gimana zam, apa yang sebenarnya terjadi?" Zafran berusaha bertanya dengan tenang. Berharap apa yang akan ia dengar ini bukanlah kabar yang menyakitkan.
"Fiya sakit leukimia."
Deg...
Satu kalimat itu mampu membuat Zafran diam seribu bahasa. Otaknya tak lagi mampu mencerna, semuanya bercampur saat ini juga. "Sejak kapan zam? Sudah separah apa?"
"Gue taunya dari SMA, tapi kemungkinan kata dokter sudah semenjak SMP. Dia pandai menyembunyikan segalanya, dia kuat karena dia sudah mampu bertahan selama ini, bahkan dengan tanpa pengobatan apapun. Waktu itu...
"Dek, kamu kenapa pucat gitu sih? Akhir-akhir ini kenapa juga kamu jadi sering mimisan gitu. Kamu sering sakit, apa kamu kecapekan? Kalo kamu capek ya istirahat jangan dipaksain. Abang gak mau kamu sampe drop."
Waktu itu di rumah, dia berubah banget gak kaya biasanya. Terus gak lama, dia pingsan. Gue panik, terus gue bawa dia ke rumah sakit sekalian pengen gue periksain sebenarnya dia sakit apa. Terus...
"Fiya sakit leukimia sudah stadium lanjut."
"Apa dok? Kenapa bisa? Selama ini kan dia baik-baik aja."
"Dia menyembunyikan nya, sudah lama dia tau. Saya sudah bilang agar beritahu keluarga supaya bisa diambil tindakan lebih lanjut. Karena waktu itu masih gejala awal, tapi dia memutuskan untuk diam. Dan sekarang kondisinya sudah mulai memburuk."
"Pertama kali gue denger apa kata dokter, gue panik banget. Di sisi lain gue nyalain diri gue sendiri. Bisa-bisanya gue gak tau kondisi Fiya. padahal gue yang selama ini sama dia. Hmm, tapi waktu itu pun gue gak berhasil bujuk dia. Dia tetap kekeh dengan pendiriannya."
"Fiy, kenapa gak pernah cerita sama Abang. Kenapa?"
"Fiya gak mau bikin Abang khawatir. Lagian Fiya gpp kok. Fiya gamau ngabisin waktu Fiya buat berobat. Biarin semuanya berjalan kaya gini ya."
"Fiy...
"Bang, percaya sama Fiya. Semuanya bakalan baik-baik aja. Fiya cuman pengen jalani hidup seperti biasa. Udah itu aja, gak lebih."
"Waktu itu gue sedih, gue terpukul banget, tapi gue sadar, gue gak boleh lemah di depan dia. Dan dia bener nunjukin kalo dia emang baik-baik aja. Apalagi saat dia ketemu Lo, fisiknya jadi semakin membaik saat kenal lo. Dia punya semangat yang sempat hilang dari diri dia. Dari situ gue mulai percaya, dan mungkin melalui Lo dia punya harapan baru yang dulu gak pernah dia pikirin. Gue cuman seneng kalo dia seneng. Karena cuman dia yang gue punya di dunia ini."
Hati Zafran semakin teriris mendengar penjelasan itu. Bagaimana mungkin semua itu terjadi pada Fiya. Sosok malaikat yang selama ini ia kenal kelembutannya, ternyata juga... Dia.. Zafran tak akan tinggal diam akan hal ini.
..
Skip or next
@ nurhidayah202
Follow Ig.👆3 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN IDOLA (END)✅
General Fiction*cerita masih lengkap* Nyatanya yang pergi tak akan kembali dan yang ada tak mesti sama. Ini tentang bertahan, sejauh mana hati dan seisinya bertahan pada situasi yang tak lagi sama. .. Fiy, aku janji tak ada yang lain. (Nalendra Zafran Akhtar) Dia...