Titik Terendah Zafran

1.3K 83 2
                                    

Entah sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkan Zafran hari ini. Ia terus menangis di atas makam pacarnya itu. Sungguh sesuatu yang sangat tak ia duga-duga sebelumnya akan terjadi. Biasannya, laki-laki tak pernah memakai perasaanya, karena ia selalu menggunakan akal ketika melakukan apapun. Tapi lihat, bahkan sekarang Zafran menunjukan titik terendahnya. Ia menangis tak perduli berapa banyak orang yang melihatnya saat ini. Disana tinggalan sahabat-sahabat mereka sendiri, sungguh miris melihat keadaan Zafran saat ini.

"Zaf, balik yuk. Mau sampe kapan lo nangis terus kaya gitu? Ikhlasin Zaf, gue tau ini berat buat lo, tapi ini juga bakalan nyiksa Fiya di sana, kalo dia ngeliat lo kayak gini." Ikram tak tahan, ia sungguh tak tahan melihat kondisi sahabat rasa sodaranya itu. Bagaimanapun ia tau betul cerita hidup Zafran. Ia tau ini adalah berat baginya, tapi juga ia tak bisa terus-terusan seperti ini.

"lo semua bisa balik, gue masih mau disini." Sedikit saja kata-katanya itu. Dengan isak tangis yang belum juga mereda, rasanya seperti dihantam ribuan batu besar saat ini juga. Entah mungkin, ia berharap ini semua hannya mimpi. Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi, bahkan baru saja ia ingin memulai hidup baru dengan Fiya, yaitu menikahinya. Tapi kenapa Allah kini malah mengambilnya dari hidup Zafran? Ternyata Allah lebih sayang Fiya, Allah lebih dulu meminang Fiya untuk terus berada di sisinya.

Sedangkan Azam, ia sudah lebih dulu pergi. Entah kemana tujuan pria itu, tapi ia juga sama terpukulnya dengan Zafran. Bahkan bisa lebih, karena semua orang juga tau, bagaimana sayangnya Zafran dengan Fiya. Bagaimana mereka berdua itu saling menyayangi, juga bagaimana kisah mereka berjuang hingga sampai di titik ini.

"Udah, biarin Zafran disini. Mendingan kita balik sekarang. Zafran butuh waktu untuk sendiri, kita semua tau ini berat buat dia." Kafka, pria itu yang akhirnya menengahi. Ia mengerti jika Zafran butuh ruang untuk semua ini.

Akhirnya, mereka semua pergi. Menyisakan Zafran seorang diri di makam yang bahkan masih segar bau bunganya itu. Zafran terus menangis dan menangis, sampai ia sendiri mendapatkan ketenangan itu. "Fiy, kenapa sih kamu ninggalin aku kaya gini? Kamu gak sayang sama aku? Gimana kamu tau sendiri kan aku gak pernah bisa hidup tanpa kamu. Aku tau hidup kamu susah, tapi kamu juga harus tau betapa susahnya juga hidup aku sebelum ketemu kamu. Sekarang kamu udah ninggalin aku begini? Hidup aku pasti akan kembali hancur Fiy. Aku gak sanggup, aku gak sanggup ngejalani ini semua. Zafran terus berbicara seakan Fiya dapat membalas segala perkataanya. Mungkin memang benar, jika Fiya bisa mendengar apa yang dikatakan Zafran, tapi tak mungkin Fiya bisa menjawab apa yang dikatakan Zafran.

Zafran hancur, tak bisa dipungkiri jika sat ini Zafran benar-benar sangat hancur. Satu-satunnya orang yang memicu semangat terbesar dalam hidupnnya ini telah pergi untuk selama-lamannya. Kenapa Fiy? Kenapa kamu harus hadir jika harus kembali pergi? Kenapa juga kamu tak melakukan pengobatan itu? Kamu tau kamu bisa bertahan lebih lama kalau kamu melakukan itu semua. Bahkan kamu juga bisa sembuh Fiy, apa sih yang ada di pikiran kamu? Zafran kini menyerah, ia menyerah dengan segala keadaan ini. Takdir sungguh tak adil dalam hidupnnya, bahkan baru sebentar ia merasakan kebahagiaan, Allah sudah mengambil kembali kebahagiaan itu.

Sudah berapa kali kirannya handphone di sakunnya itu berdering, tapi tak sedikitpun ia berniat untuk mengangkatnnya. Entah dari siapakah itu iapun tak tau. Kali ini ia memang benar-benar sedang fokus dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Tanah makam yang bahkan masih basah, pertanda itu memang masih baru. Pandanganya beralih ke atas, disana tertulis nama yang sangat familiar di telingannya. Safiyyah Huyayna, nama yang dalam 7 tahun terakhir ini terus memenuhi kebahagiaan dalam hidupnnya.

Katakan, jika ada yang lebih menyedihkan dari ditinggal untuk selama-lamannya. Meski kita sudah tau itu pasti terjadi, tapi tak ada yang pernah siap menghadapi itu semua. Fiy, aku bakalan tetap begini. Setia sama kamu sampai kapanpun. Kamu baik-baik ya di sana? Tunggu aku, aku yakin suatu hari nanti kita bakalan bersama. Aku tau kamu bisa dengar aku di atas sana, tolong Fiy, tolong buat aku percaya kalau cinta kita ini memang benar-benar sejati. Tolong datang meski hannya di mimpi aku Fiy, agar aku semakin yakin kita memang ditakdirkan untuk bersama meski sekarang kita tak di tempat yang sama.

...

Jika sutu saat ada suatu hal yang tak kau sangka-sangka datang dalam hidupmu, mungkin Allah sedang mengujimu. Mungkin juga, Allah tau bahwa kau memang lebih kuat dari yang lain. Ada saja cara Allah membuat kita tersenyum, suatu saat nanti akan datang kebahagiaan setelah kesulitan yang datang bertubi-tubi.

"Zaf, lo gpp kan? Dari kemarin gue belum liat lo makan sedikitpun. Lo harus makan, nanti lo sakit, jangan nyiksa diri sendiri gini Zaf. Ini namannya takdir, kita gak bisa mengubah ini semua. Memang sulit bagi lo, tapi lo harus coba ikhlas jalani ini semua." Ikram, ia mengerti betul apa yang saat ini Zafran rasakan. Ia sungguh tak tega melihat keadaan Zafran seperti ini. Segala kebahagiaan, segala keceriaanya dulu, seakan telah hilang seiring kepergian Fiya. Fiya memang memiliki pengaruh besar dalam hidup Zafran. Ia juga sebenarnnya tak menyangka, jika kisah cinta mereka se-tragis ini.

Udah tiga hari kan Am? Kenapa Fiya gak pernah datengin gue ya? Walaupun cuman dalam mimpi, gue pengen dia datang Am. Mungkin dengan gue kaya gini, gue bisa cepet ketemu dia." Zafran putus asa. Katakanlah begitu, ketika pria ini sudah tak memiliki semangat hidup lagi. Tak ada sedikitpun hal yang ia pikirkan saat ini, mungkin dengan begini, ia bisa cepat bertemu dengan Fiya. Otaknnya sekarang benar-benar tak lagi berfungsi, mungkin mati adalah jalan terakhir yang dipikirkannya kini.

"Zaf, istighfar, lo gaboleh ngomong kaya gitu. Sadar, lo masih punya kehidupan di sini. Banyak hal yang bisa lo lakuin, gue tau gimana cerita hidup lo, gue juga tau gimana lo sam Fiya, tapi bukan begini cara lo menyikapi ini semua. Ini konyol namannya, seakan kepergian Fiya itu membawa separuh hidup lo."

Zafran hanya diam, ia terus diam. Bingung juga apa yang ada di pikirannya saat ini, selain memang hannya nama Fiya yang terus berputar di otaknya. Andai takdir bisa di ubah, Zafran lebih memilih dia yang pergi. Karena percuma ia hidup jika semangatnnya ikut pergi bersama kepergian Fiya. Sudah 7 tahun, bagaimana mungkin ia tak tau segala perubahan sikap Fiya. Ah ia lupa, bahkan bukan cuman dirinnya saat ini. Azam pun sempat tak menyadari jika saja Fiya tak drop di hadapannya. Fiya memang sosok malaikat, mungkin dia sekarang sudah bahagia di surga sana karena sudah tak merasakan sakit lagi. Allah terlalu sayang sama dia, makannya Allah juga tak membiarkan dia sakit lebih lama lagi.

Disini, dunia seakan terasa berubah. Seakan segalannya tak lagi berputar pada tempatnnya. Apalagi bagi hidup Zafran, kini untuk apa dan untuk siapa lagi ia bertahan. Jika segala semangat dan segala yang ia perjuangkan selama ini kini tak lagi ada bersamannya. Kembali lagi Zafran harus berkata, jika pada akhirnnya begini akankah lebih baik jika dari awal mereka tak perlu di pertemukan saja?

"Fiy, aku janji tak ada yang lain...

..

@ Nurhidayah202
Follow Ig author.👆

DOSEN IDOLA (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang