Terus terang, Sultan benar-benar sudah tidak tahan menunggu Ratu yang entah masih memiliki urusan apa di dalam sekolah. Tadi, dia sempat mendapat kabar dari seorang bodyguard Ratu bahwa dia diharap menunggu sebentar. Namun, hingga jam kelima berdenting, Ratu belum juga menunjukkan batang hidungnya untuk sekedar mengonfirmasi ulang kabar itu.
Sultan yang sudah pegal duduk di kursi kemudi pun memilih untuk keluar dari dalam mobil, setidaknya udara di luar mampu menghilangkan suntuknya. Pandangannya kini tertuju pada bangunan sekolah dengan fasilitas lengkap layaknya hotel bintang lima itu.
Daripada diam saja di sini, lebih baik jalan-jalan keliling sekolah saja ya. Setidaknya sambil mencari tahu bagaimana sekolah berkedok internasional itu. Pikir Sultan mulai melangkah masuk ke area depan sekolah.
Kakinya kini melangkah dengan pasti, matanya tak henti-henti melihat kesana-kemari menelusuri setiap kemewahan yang tergambar di sebuah sekolah elite itu.
Kakinya melangkah dengan pasti sembari matanya tak henti-henti menelusuri setiap sudut SMA Bumi Sanjaya itu. Kagum? Setidaknya sekolahnya yang dulu tak kalah juga dengan sekolah yang baru dia pijakki kini.
Tepat berhenti di sebuah kelas dengan pintu yang mengangga. Seisi kelas itu dihadapkan pada guru super genius se-SMA Bumi Sanjaya, para murid dibuat frustasi oleh 1 soal yang tertulis di papan tulis. Dalam satu jam terakhir belum jua ada satu murid pun yang mampu memecahkan satu soal itu biarpun bergelar bintang kelas.
"Astaga! Jika tidak ada satupun murid yang bisa menjawab satu soal ini! Satu kelas akan saya hukum!!! Padahal ini salah satu soal hots di ujian nasional nanti!" ujap guru super genius itu menggebrak meja. Satu kelas pun dibuat bungkam seketikanya. Taka ada yang mampu mengumbar suara, barang satu kata pun.
Sultan yang sedari tadi mencoba menggali jawaban atas soal yang tertera pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Kedatangannya pun membuat seisi kelas gempar dan saling bertanya-tanya, siapakah gerangan laki-laki berkemeja biru itu.
"Ka-kamu siapa?" tanya guru super genius.
Tak juga menjawab pertanyaan itu, Sultan meraih spidol di sisi papan tulis dan menuliskan jawaban detail dari satu soal yang akan membuat bencana seisi kelas XII IPA 2 itu. Guru super genius itupun geleng-geleng kepala menyadari ke-geniusannya telah dipatahkan oleh seorang anak laki-laki yang entah siapa dan datang dari mana. Seisi kelas dibuat melongo.
Spidol itu terus menari-nari hingga bertemulah soal dengan jawabannya. Sultan mengakhiri aksinya dengan sebuah titik. "Mohon koreksinya lagi, Pak," ucap Sultan memberikan spidol pada guru yang katanya super genius.
Guru super genius itu mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya, soal sesulit itu bisa dengan cepat dikerjakan oleh Sultan. "Tidak ada yang perlu dikoreksi, semua cara dan jawabanmu sangat benar!"
"Baiklah, kalau begitu, jangan hukum mereka ya Pak. Permisi. Assalamualaikum."
"Wa-waalaikumussalam," balas guru super genius gugup.
Seisi kelas bersorak gembira mendapat seorang penolong di jam-jam terakhir. Beberapa suara berteriak berterima kasih kepadanya.
Sultan kembali melanjutkan langkahnya berkeliling SMA Bumi Sanjaya. Dan kali ini, langkahnya mampir ke sebuah mushola yang berukuran cukup luas, namun, sangat disayangkan, mushola itu begitu berantakan dan berdebu, seperti tidak ada yang pernah mengunjungi mushola itu.
Sultan melepas sepatunya dan masuk ke dalamnya. Dengan penuh kesabaran, tangannya begitu cekatan menggulung karpet hijau yang tergelar. Begitu semua karpet telah tergulung, dia mengambil sapu yang tak sengaja dia lihat tergeletak persis di belakang pintu. Debu-debu yang menutupi lantai putih mushola perlahan disapu bersih oleh Sultan hingga kembali ke warna aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Teen Fiction[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...