Malam menyentuh sanubari Sultan usai memanjatkan doa pada Sang Khaliq di salat magrib-nya. Hanya kekuatan doa lah yang kini menjadi senjata utamanya untuk menghadapi sikap demi sikap keras kepala nan menuai emosi dari seorang Ratu Berliana.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim bahwa Rasulullah berkata, "Sesungguhnya doa bermanfaat bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Maka berpeganglah wahai hamba Allah pada doa."
Dilipat kembali sajadah yang tergelar di lantai. Kakinya kembali berjalan mengemban amanah yang diberikan Kristal padanya, menjaga Ratu. Melihat keletihan yang dirasakan sang Ibu, dia jadi tidak tega untuk membebani amanah itu kepada sang ibu.
Kini, tangannya tengah sibuk menyiapkan makan malam di saat ibunya menunaikan salat magrib. Menu makan yang akan dia buat adalah sup ayam dan ayam goreng. Memang sederhana, tapi tangan seorang Sultan itu tidak kalah dengan tangan chef restoran. Tangannya begitu lihai dalam memainkan pisau untuk memotong wortel dan sayur-sayuran.
Sementara itu. Ratu yang duduk-duduk manis di tempat tidur sambil mempelajari peran yang akan dilakoninya difilmnya bersama Sultan nanti. Padahal, rencananya untuk membujuk Sultan saja masih tarik ulur entah berhasil atau tidak, namun Salman telah mempersiapkan saja naskahnya.
Seharusnya, hari ini dia ke kantor Salman sembari mengajak Sultan. Tapi Ratu mencuri-curi alasan karena kondisinya sedang tidak baik. Alhasil, Bayu yang harus mengantar naskah itu padanya.
Sekilas, senyuman sesekali terlukis di wajah Ratu ketika tahu kalau diperan yang akan dilakoninya itu, dia akan menjadi istri seorang Hasan yang in Syaa Allah akan diperankan oleh Sultan nanti. Dalam cerita itu, mereka akan diceritakan menikah muda dengan segala gonjang-ganjing problematika kehidupan rumah tangga yang masih asing mereka jalani.
Ratu menutupi wajahnya dengan lembaran kertas di tangannya. "Aduh, kok gue deg-degan ya kalau beneran gue jadi istrinya Sultan. Iiihhhh ... gemes deh gue." Ingin sekali Ratu berteriak tidak jelas melepas kebahagiaan yang menyelimuti kini.
"Tapi tunggu dulu," kebahagiaan itu perlahan padam. "Gue kan belum bisa bujuk Sultan ikut main film ini?" Ratu menabok keningnya.
"Sial! Apa yang harus gue lakuin? Mikir mikir mikir!" Otaknya benar-benar dilanda kebuntuan.
Sebuah tangan mengetuk pintu kamarnya. Cepat-cepat Ratu turun dari tempat tidur dan membukanya, berharap yang mengetuk pintu itu adalah Sultan.
Tidak ada siapapun di luar kamar. Yang ada hanyalah nampan kayu berisi semangkuk sup ayam, bubur hangat, dan segelas susu coklat panas yang tergeletak di lantai. Ratu mengambil nampan itu dan perhatiannya langsung tertuju pada secarik kertas yang ikut terselip.
Cepat sembuh. Jangan lupa dimakan.
Dari, Sultan.
Wajah Ratu menggerutu. "Ih nih orang nggak ada so sweet so sweet-nya apa? Masak cuma gini doang kata-katanya?"
Ratu membawa nampan itu ke atas kasurnya. Belum juga dia nyaman dengan posisinya, sebuah ketukan kembali terdengar.
"Hmmm, pasti Sultan," tebak Ratu membuka pintu. Lagi-lagi, tidak ada orang. Hanya ada kertas terlipat yang tergeletak tak berdaya di lantai. Ratu segera memungut kertas itu dan membukanya.
Saya ingin berbicara denganmu. Di taman belakang rumah. Tapi, habiskan dulu makanmu.
Dari, Sultan.
Ratu mengerjap-ngerjapkan tidak percaya. Seorang Sultan mengajaknya bertemu? Oh, itu tidak mungkin! Benar-benar momen yang langka. "I-ini beneran? Kesambet apa dia sampai berubah pikiran gini? Owh, gue tahu, jangan-jangan dia jadi so sweet gini gara-gara ditabrak mobil Kristal tadi. Ya ya ya, wah, mobil Kristal ajaib juga ya," nalarnya terlalu rendah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Fiksi Remaja[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...