Nestapa di Ujung Bahagia

65 19 0
                                    

Acara konferensi pers selesai. Ratu mengucap syukur karena tidak semua pertanyaan para wartawan bisa dengan mudah dia jawab tanpa satu pun yang terlewat. Misal soal perubahan penampilannya, keputusan Ratu untuk vacum dari dunia entertainment yang begitu mendadak dan pertanyaan-pertanyaan berkenaan Sultan yang dulu pernah menjadi bagian skenario hidupnya.

Ratu berjalan dengan santai di koridor salah satu kantor pusat televisi swasta nasional. Senyuman tiada putus dia layangkan kepada para karyawan dan staf di kantor. Dia tidak sabar ingin menyapa para penggemarnya yang telah menunggunya di luar kantor untuk mengucapkan selamat juga selamat tinggal pada Ratu atas keputusan yang teramat disayangkan itu.

Teriakan yang mengagungkan satu nama Ratu itu terus terdengar. Barisan bodyguard pun dibuat kewalahan tatkala beberapa penggemar berusaha mencari celah untuk mendekati idolanya.

"Ratu!!! Selamat ya Ratu!!"

"Ratu! Kita semua akan selalu mendukungmu!" pekik beberapa fans.

"Samawa ya Ratu!"

Ratu mengumbar senyuman hangat pada para penggemarnya dan berterima kasih atas doa-doa yang para penggemar berikan.

Namun. Teramat disesali. Di tengah kerumunan itu, Ratu tidak juga menyadari ada sosok musuhnya yang menyelinap. Orang misterius itu sudah bersiap menghadang jalan Ratu dengan pisau lipat yang terbungkus di kantong jaketnya.

Ketika Ratu tengah melambai-lambai dan berterima kasih pada para penggemarnya. Orang misterius itu langsung menerobos barisan salah seorang bodyguard dan seketika melayangkan pisau lipatnya ke perut Ratu.

"Ini pembalasan gue," desis Prabu masih menancapkan pisaunya di perut Ratu. Sementara perempuan yang kehabisan tenaga itu malah mengukir senyum, seakan tidak ada hal buruk yang menimpa.

Semua orang menjerit melihat darah yang bercucuran. Sigap, para bodyguard itu cepat menangkap sang pelaku yang tidak lain adalah Prabu. Ya, dia berhasil keluar dari penjara dengan melakukan tipuan pada seorang sipir dengan menyamar dan menyuruh seseorang untuk menggantikannya di dalam penjara.

Ratu ambruk seketika, namun para penggemarnya berbondong-bondong menangkap tubuhnya yang lemah tidak berdaya itu dengan suara tangis.

🍁🍁🍁

Baru saja mendengar kabar penusukan Ratu, tangan Sultan lemas seketika, bahkan ponselnya langsung terjun dan menghantam lantai dengan kerasnya.

Ditinggalkan ruangan meeting dan dia berangkat cepat ke rumah sakit. Dia tidak peduli meski sebuah tender proyek pembangunan universitas tidak dia menangkan, pikirannya yang sedari tadi tidak tenang telah terjawab sudah oleh kabar buruk yang menimpa calon istrinya.

"Pak! Pak Sultan!" panggil Hardi -- sekretarisnya. Sultan memutar tubuhnya sebentar. "Bapak harus kembali ke meja meeting, Pak. Kalau tidak ...."

"Ada yang jauh lebih penting dari tender," balas Sultan masuk ke kursi kemudi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.

"Pak!" teriak Hardi pasrah.

Di tengah-tengah kecemasannya, Sultan harus dibuat sabar oleh kemacetan yang dia temui di jalan. Ditekan keras-keras klakson mobil, namun sia-sia, deretan mobil yang terjebak macet itu masih tak bergerak. Sultan memukul stir.

"Ya Allah, jangan biarkan Ratu hilang dari edaran hidup hamba. Angkatlah segala rasa sakitnya dan kembalikan dia seperti sedia kala," lirihnya. Sultan bergerak membuka pintu. Hanya ada satu jalan yang dapat dia tempuh untuk bisa sampai ke rumah sakit.

Berlari dan berlari, itulah yang kini dia lakukan untuk segera mencari tahu keberadaan sang pujaan hati.

Hampir dua jam berjibaku dengan terik matahari dan lelahnya kaki melangkah. Sultan mulai memelankan kakinya ketika berjalan di koridor rumah sakit dengan napas ngos-ngosan.

Ketika sebuah brankar yang memindahkan seorang pasien yang telah meninggal ke kamar jenazah melihat di depannya. Pikiran Sultan langsung syok seketika, takut bila orang yang tertutup kain putih itu adalah Ratu.

"Tunggu." Para petugas medis menghentikan langkah mereka mendengar permintaan Sultan.

"Iya, Pak. Ada apa ya?" tanya seorang petugas medis.

Tangan Sultan pelan-pelan ingin meraih kain putih yang menutupi wajah sang pasien yang telah meninggal. Namun niatnya itu tertahan oleh tepukkan yang mendarat di pundaknya.

Sultan memutar kepala.

"Ratu sedang ada di ruang operasi," tukas Bayu menjadikan ketakutan Sultan hanyut.

"Maaf, Suster. Silakan lanjutkan perjalanan, maaf jika teman saya menganggu," tambah Bayu.

Mereka kompak berjalan menuju ruang operasi.

"Gue tahu dan paham perasaan lo sekarang, Tan," ucap Bayu pada Sultan yang masih diam tak mampu berkata-kata.

"Kita sama-sama berdoa saja, semoga Ratu baik-baik saja. Gue yakin, Ratu akan sembuh, gue tahu banget gimana Ratu. Dia cewek yang sangat kuat." Setidaknya ucapan Bayu memberikan sedikit ketenangan di hati Sultan.

Di luar ruang operasi, kedua orang tua Ratu tengah menguatkan diri setelah kejadian buruk yang menerima putrinya. Apalagi mama dari Ratu itu beberapa kali hampir pingsan mengetahui nasib putrinya yang sekarat.

Kedatangan Sultan lekas membawa suasana haru bergolak lagi. Apalagi Sultan dibuat tercengang dan tidak mampu berbuat apa-apa sekarang. Hanya doa. Hanya doa yang kini menjadi senjatanya.

Selamatkan ia  ya Allah. Hamba mohon ... hamba mohon ....

🍁🍁🍁

Ratu & Sultan [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang