Duka

85 17 3
                                    

Setelah kecelakaan terjadi, Sultan langsung bermuhasabah diri. Rupa-rupanya, Allah menegurnya agar beristirahat sejenak dari rutinitas yang padat. Mulai dari mengurusi kerjaan pagi, siang, dan malam. Menjaga Ratu, pagi, siang, dan malam. Tanpa membiarkan dirinya sendiri beristirahat, meski singkat.

Melalui hasil CT scan dan MRI, dia mengalami gegar otak ringan. Memorinya sebelum kecelakaan menghilang entah kemana, dia benar-benar dalam keadaan linglung sekarang. Beruntung, rumah sakit tempat Sultan dirawat adalah rumah sakit yang sama dengan Ratu dirawat. Sehingga, beberapa suster dan dokter tidak asing setelah melihat mobil ambulan mengeluarkan brankar yang di sana tergeletak lemah seorang Sultan. Seorang suster pun segera mengabari Bu Ana yang masih setia menemani sang menantu atas pesan putranya.

Sultan berdesis merasakan kepalanya yang berat. "Sejak kapan Sultan ada di sini, Bu?"

"Sejak tadi pagi. Sudahlah, jangan banyak bicara dulu, pulihkan kesehatanmu, itu yang paling penting sekarang. Ibu yakin, jika Ratu sudah sembuh dan melihat keadaanmu yang begini, dia pasti syok," tukas Bu Ana membantu putranya membenahi selimut.

Sultan mengangguk lemah. Pandangan kini beralih ke luar jendela yang terbuka setengah. "Kapan ya Bu, Ratu bisa siuman?"

"Kita berdoa saja. Allah yang berkehendak, manusia hanya mampu menjalankan dan berusaha ikhlas akan semua kehendak-Nya." Sultan mengiyakan ucapan sang ibu terhebat sepanjang hidupnya itu.

"Terima kasih, Bu. Terima kasih selalu ada untuk Sultan."

🍁🍁🍁

Dengan kursi rodanya. Ketika malam telah tiba, Sultan mengunjungi istrinya yang masih enggan bangun dari tidur panjangnya.

Dibacakan ayat-ayat Allah yang biasa dia lakukan setiap malam, dia berharap, dalam dimensinya saat ini, lantunan ayat Allah itu menemani jalannya untuk kembali.

Belum juga Sultan membuka muhsyaf Al-Qur'an, Bu Ana datang dengan langkah tergesa-gesa. Wajahnya penuh derai air mata yang seketika menuai tanya dari sang putra.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussallam. Ibu? Ibu kenapa menangis?" tanya Sultan cemas.

"Kakak tirimu barusan mengabari, kalau Ayahmu .... Ayahmu, Nak. Ayahmu meninggal dunia," tangis langsung merajai Bu Ana.

Masih dalam proses mencerna kenyataan yang ada. Sultan membeku di tempat. Pikirannya benar-benar dibuat buntu. Mengapa Allah secara bertubi-tubi mengujinya? Penusukan yang ditujukan pada Ratu hingga membuatnya koma, kecelakaannya, dan detik ini, kematian sang ayah yang sudah menderita sakit keras sejak lama.

Pikirannya terus berjibaku menentukan pilihan. Di satu sisi, dia ingin melihat ayahnya untuk yang terakhir kali, namun di sisi lain, bagaimana dengan Ratu? Siapa yang akan menjaganya? Mama dan papanya pun baru tiba di luar kota? Sungguh pilihan yang sulit.

Bu Ana memegang pucuk kepala Sultan. "Pergilah, pergilah menemui Ayahmu untuk yang terakhir kali. Ibu akan menjaga Ratu," kata Bu Ana membuat pikiran rumit Sultan mulai terpecahkan.

"Apa Ibu yakin?" Bu Ana mengangguk sembari menghapus air matanya.

🍁🍁🍁

Akhirnya, Sultan benar-benar memutuskan untuk terbang ke Amerika dan menghadiri prosesi pemakaman sang ayah.

Dalam balutan kemeja hitam, Sultan yang duduk dengan kursi rodanya hanya bisa mendoakan agar sang ayah diampuni segala dosa-dosanya dan diterima di sisi-Nya.

Setelah prosesi pemakaman selesai dilakukan. Adam, kakak tiri Sultan yang sedari dia tiba dari Indonesia sampai sekarang setia mendorong kursi rodanya tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Adam berdiri di hadapan Sultan dengan wajah yang masih belum bisa melepas kepergian sang ayah. "Tan, ada satu permintaan yang Ayah inginkan sebelum dia meninggal. Dia ingin, kamu membawa istrimu kemari dan menemuinya."

Sultan menunduk. "Ayah juga sempat mengatakan hal itu, sebelum penyakit Ayah semakin parah. Ayah selalu bilang, kelak, siapapun perempuan yang menjadi istriku, dia harus dipertemukan dengan Ayah. Tapi ...." Sultan menghempas napas berat. "Sebelum aku bisa menjadikan semuanya kenyataan, Ayah sudah pergi."

Adam merengkuh adik tirinya berusaha menenangkan. "Tidak ada yang lebih baik dari ini. Ayah sudah terlalu tersiksa begitu lama dengan penyakitnya. Biarkan dia beristrikan dengan tenang."

Adam melepas rengkuhannya dan kembali ke belakang dan mendorong kursi roda adiknya.

🍁🍁🍁

Ratu & Sultan [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang