Sultan membuka dompetnya yang kosong melompong. Hanya ada dua lembar uang dua ribu rupiah yang lusuh berdiam diri di dalam lipatan dompet. Sialnya, dia lupa mencairkan uang di rekening bank miliknya.
"Pak, boleh antar saya ke ATM?" ucap Sultan yang disanggupi dengan anggukan supir taksi.
Taksi putih yang ditumpangi Sultan berhenti di sebuah ATM yang tidak jauh dari SMA Bumi Sanjaya, sekitar sepuluh menit perjalanan.
Sultan turun dari taksi dan tidak lupa meminta sang supir taksi menungggu sejenak di area parkir.
Di depan mesin ATM itu, wajah Sultan dibuat tercengang oleh saldo rekeningnya yang kini menipis mulai habis.
"Ayah benar-benar membuktikan ancamannya itu," lirihnya segera mengambil uang dan keluar membayar tarif taksi.
Dan untuk melanjutkan perjalanan menemui Ratu, Sultan lebih memilih untuk jalan kaki, toh jaraknya juga tidak jauh, hitung-hitung memangkas biaya hidup.
Di sela-sela melangkahkan kakinya, pikiran Sultan juga tengah berpikir, pekerjaan apa yang kiranya dapat membantunya bertahan hidup sekarang? Apalagi biaya kuliahnya tidak ditopang lagi oleh sang ayah. Jika harus meminta kepada sang ibu, Sultan sudah merasa malu, menurutnya, sudah tidak tepat baginya untuk meminta pada orang tua, bila perlu dia seharusnya yang mampu memberi.
Pikir, pikir, pikir! Pekerjaan apa yang bisa kamu perbuat Sultan!
Tanpa Sultan sadari, sepanjang kakinya berjalan, sorotan orang-orang akan dirinya terus lalu-lalang berusaha menembus pikirannya. Ada yang berdesis membicarakan tentang gosipnya yang menjadi orang ketiga di antara hubungan Ratu dan Prabu. Ada pula yang merumitkan foto-foto juga video ketika Sultan berada di rumah Ratu, dan lain sebagainya. Tapi tetap, Sultan masih masa bodoh akan soal tidak penting itu. Orang bisa menilai, tapi diri kita yang tahu siapa diri kita yang sebenarnya!
Tepat. Sultan hadir diwaktu yang begitu tepat, gadis berbando merah jambu itu tengah berdiri di gerbang sekolah memakai jaket denimnya seperti orang yang sedang menunggu seseorang.
"Assalamu'alaikum."
Salam dari Sultan lekas memalingkan wajah Ratu yang semula fokus pada ponsel. "Sultan?"
"Maaf, kamu menjawab salam saya," tegur Sultan yang tumben sambil menyunggingkan senyuman.
"Oh. Waalaikumussallam."
Suasana di antara keduanya agak tampak berbeda, sedikit lebih canggung. Terlebih, setelah keduanya sama-sama memutuskan untuk berubah pikiran akan satu keinginan yang ingin mereka putuskan sebelum ini.
"Emmm ... lo dari mana aja?" tanya Ratu dahulu.
"Ya, bertemu Bayu, bincang-bincang sebentar."
"Bayu?" tanya Ratu terkejut.
"Ya. Saya sering berbincang-bincang dengan dia."
Hemmm ... awas aja Bayu, jadi selama ini dia jadi teman Sultan, dan gue nggak tahu? Dan gue yakin, Sultan cerita banyak hal sama Bayu, mungkin juga tentang gue. Pokoknya gue harus dapetin informasi apapun yang Sultan ceritakan soal gue!
"Oh begitu. O iya, ada apa nih kemari? Bukannya lo kuliah hari ini?"
"Em, begini. Ada hal penting yang harus saya bicarakan sama kamu."
"Berdua?" tanya Ratu antusias.
"Bertiga," balas Sultan.
"Bertiga? Sama?" Ratu melihat sekeliling, tidak ada orang lain di sisi mereka.
Dan. Orang ketiga itu tak lain adalah ... Bayu. Sebelum mereka berdua pergi ke sebuah taman dekat sekolahan, Sultan meminta Ratu untuk menelfon Bayu. Meskipun dengan rasa terpaksa, Ratu berusaha menyanggupi permintaan Sultan, setidaknya apa yang dia lakukan bisa mempercepat proses pembicaraan mereka nanti.
Detik ini. Mereka bertiga telah kembali duduk di taman. Lebih tepatnya, Ratu memilih duduk di ayunan, begitu pula dengan kedua laki-laki itu.
"Ayuk, katanya lo mau ngomong? Gue udah nggak sabar nih mau dengerin," ucap Ratu girang.
"Begini, Ratu. Saya ingin mengajak Ratu berta'aruf," ucap Sultan to the point.
"What?" Ratu dan Bayu kompak mengeluarkan suara.
"L-lo nggak lagi bercanda kan, Tan?" tanya Bayu menepuk pundak Sultan. Dia masih heran sendiri akan ucapan yang diucapkan temannya itu.
"Saya sedang tidak bercanda."
Bayu giliran menatap Ratu yang menundukkan kepalanya. "Lo sendiri gimana, Rat? Lo setuju?"
"Gue ... emmm ... gue ...."
"Gini ya, Rat. Tahu sendiri kan Sultan kesayangan lo itu gimana? Pasti kalau lo jadi istrinya dia, lo harus pakia hijab-lah, salat lima waktu tambah sunnah-lah, belajar ngaji-lah, ikut pengajian sama ibu-ibu kesana-sini lah, belum lagi, lo nggak bisa nongkrong bareng pas malam minggu. Kan nggak asyik banget tuh?"
Perkataan Kristal masih mengisi pikiran Ratu. Sungguh, kata-kata yang terucap dari mulut Kristal mampu membuat keraguan menyelimuti dada Ratu, bahkan setelah impiannya untuk mendapatkan Sultan ada di depan mata.
Mata Ratu menatap sekilas sosok Sultan. Gue mau hidup sama lo, tapi gue nggak bisa hidup susah sama lo, gue terlalu takut kehilangan semuanya, Tan. Maafin gue.
"Gue ... gue nggak bisa, Tan. Sorry, setelah gue pikir-pikir, gue benar-benar nggak pantes buat lo, gue terlalu banyak kurangnya buat ada di samping lo," batin Ratu sungguh menjerit-jerit mengatakan hal sepahit itu. "Mungkin, ada perempuan di luar sana yang jauh lebih cocok daripada gue, Tan. Maaf."
Bayu yang semula deg-degan dibuat takut bila Ratu menjawab iya pun dapat bernapas lega. Pasalnya, jika Ratu akan memilih ta'aruf dan menikah muda, pikiran tentang kariernya pun terbayang akan suram.
Sultan mengangguk-angguk. "Baiklah, tidak masalah. Mungkin itu yang terbaik untuk kita. Kalau begitu, saya pamit dari hidup kamu, Ratu. Kita lanjutkan perjalanan hidup kita masing-masing. Teruslah berjuang untuk mimpimu, begitu juga dengan saya, saya akan berjuang untuk mimpi-mimpi saya dan kedua orang tua saya. Permisi. Assalamualaikum." Sultan meraup wajahnya yang panas dingin. Dia berdiri kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke kos-kosan.
Bagaimana dengan hati Sultan sekarang? Sulit digambarkan. Ada yang aneh di dalam sana, perasaan gundah dan kecewa bercampur aduk dengan keikhlasan yang dia coba tanamkan.
Baiklah, Sultan. Lanjutkan perjalananmu! Kamu akan mendapatkan seseorang pendamping di waktu yang tepat!
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Novela Juvenil[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...