"Maaf, apa ...." Belum juga melanjutkan bicara, perempuan yang menabraknya tadi menyuruh Sultan untuk masuk ke dalam mobil dengan sebuah isyarat.
"Gue bilang, masuk mobil sekarang!" tandas perempuan itu tak mau tahu.
Sultan makin dibuat tidak mengerti akan perintah perempuan itu. Dia pun tidak serta-merta akan memenuhi apa yang perempuan itu perintahkan tanpa kejelasan siapakah sebenarnya perempuan itu. Kenapa tiba-tiba datang menabraknya, entah sengaja atau tidak, lalu seketika memerintahkan seakan tak punya sopan santun. Karena Sultan lihat, perempuan itu masih seumuran juga dengan Ratu. Aish! Ratu lagi Ratu lagi, bukankah dia sudah janji ingin menghapus jejak nama gadis satu itu dari pikirannya?
"Ayo masuk! Biar saya tanggung jawab!"
"Tapi motor saya ...."
"Udah gampang!" Sultan benar-benar tidak suka cara bicara perempuan itu yang kedengarannya begitu kasar juga tidak sopan.
Dengan terpaksa dan tidak ada pilihan lain untuk menghindari main hakim sendiri, Sultan menuruti dan masuk ke jok belakang mobil. Dan. Betapa terkejutnya dia setelah pintu terkunci rapat, di sampingnya telah duduk manis seorang Ratu Berliana tengah melambai-lambakan tangan menyambut sang pujaan hatinya.
"Hai, kita berjumpa lagi," ucap Ratu girang.
Berkebalikan dengan Ratu yang merasa senang telah dipertemukan lagi dengan sang pujaan. Sultan langsung bereaksi terhadap kemunculan Ratu dan memojokkan duduknya. Beberapa kali dia mencoba membuka pintu, tapi naas, perempuan berkacamata hitam tadi telah menguncinya terlebih dahulu.
"Astaghfirullahalladzim!!! Hei! Buka pintunya!" Sayang sekali Sultan, tidak ada yang akan mendengar ataupun melihatmu dari luar sana, karena mobil telah melaju.
Perhatian Ratu langsung tertuju pada kening Sultan yang berdarah. Tangannya kini bergerak ingin menyentuhnya. Seketikanya, Sultan cepat tanggap dan mendekap tasnya erat untuk semakin memojokkan duduknya.
"Eh! Jauhkan tanganmu itu!" titah Sultan.
Perempuan berkacamata hitam yang tak terima temannya dibentak lekas membela. "Apa-apa lo! Jangan bentak-bentak temen gue dong! Dia juga lagi sakit tahu!" cercahnya sekilas menoleh ke belakang.
"Sa-sakit? Ratu sedang sakit?" Ratu mengangguk-angguk kecil atas pertanyaannya.
"Maka dari itu, gue yang baru nemuin dia demam di rumah, langsung aja deh gue seret dia ke rumah sakit. Eh, mau ngebut malah nabrak elo. Tapi syukur deh yang gue nabrak lo, soalnya dari tadi, tuh bocah biarpun sakit ngoceh mulu soal lo!" ceriwis perempuan berkacamata hitam yang bisa kalian kenal sebagai Kristal. Lengkapnya, Kristal Ameera.
"Kok syukur sih, gue malah kasian tahu sama Sultan. Pokoknya lo harus tanggung jawab karena udah buat Sultan gue lecet!" pekik Ratu.
"Iya-iya bawel!" sungut Kristal.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Sultan hanya bisa pasrah didengarkan percakapan tidak berfaedah oleh kedua sahabat itu. Bicaranya kadang bernada sindir menyindir, kadang ramah-tamah, terkadang juga saling mengejek satu sama lain dengan sebutan aneh. Ratu Kumbang-lah, yang satu disebut Es Kristal Beku-lah, dan aneh-aneh lainnya.
Sultan hanya bisa tersudut di kursinya sambil merapalkan doa agar terhindar dari fitnah perempuan juga istighfar.
Setibanya di klinik. Keduanya langsung ditangani di ruangan berbeda. Namun tetap, setelah penanganan mereka selesai, Kristal harus mempertemukan mereka kembali. Karena dia kembali untuk membuat sahabat yang satu tahun ditinggal ke luar negerinya itu bahagia seperti sedia kala.
"Lo mau kemana?" tanya Kristal mendadak muncul di hadapan Sultan. Sebenarnya, rencananya setelah selesai penanganan, Sultan akan diam-diam pergi dari rumah sakit. Tapi ya, apa daya, Kristal terlanjur mendahului kehendaknya.
"Saya mau ke kampus."
"Nggak ada ke kampus-kampus segala! Hari ini, gue mau, lo istirahat dan jagain Ratu! Biar gue bisa sekolah!" pekik Kristal langsung pergi.
Sultan yang menolak permintaannya pun mengejar segera Kristal. "Saya tidak bisa! Pokoknya saya akan ke kampus!"
Kristal memutar tubuhnya. "Oh, lo nggak mau istirahat dan jagain Ratu ya? Oke, gue bakalan buat Ibu lo capek seharian karena jagain Ratu dan bersih-bersih rumah. Lo mau itu terjadi?" Pilihan yang sulit jika sudah melibatkan ibunya.
Sultan mendesah berat. Tidak ada pilihan lain. "Baik, saya akan menuruti permintaan kamu."
Senyuman mengembang di wajah Kristal. "Nah, gitu dong!"
🍁🍁🍁
Bu Ana memeluk erat putranya dengan dekapan kerinduan. "Ibu kangen, Nak."
"Maaf ya, Bu. Sultan terpaksa jauh lagi dari Ibu, sebenarnya Sultan juga tidak mau, tapi keadaan yang memaksanya."
Bu Ana melepaskan pelukan. "Tidak apa-apa, Nak. Ibu paham. Yang penting kamu kembali lagi ke Ibu, ya, meski hanya sementara."
Ratu berdeham mencoba mencuri perhatian Sultan dan Bu Ana yang sejak tadi melupakan kehadirannya.
"Maaf, Non. Ibu ...."
"Nggak papa, Bu. O iya, Ratu masuk duluan ya." Daripada kehadirannya tidak dianggap, Ratu memilih ke dalam duluan.
Bu Ana langsung tercengang melihat kening putranya yang tertutup kapas dan plester. "Ini kenapa, Tan?"
"Oh, ini. Tadi tidak sengaja jatuh, Bu. Tapi Ibu jangan khawatir. Sultan baik-baik saja kok."
"Ya Allah, kok sampai begini?" Sultan tersenyum saja untuk meredakan kecemasan Ibunya.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Teen Fiction[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...