Dengan santai, Prabu melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa mempedulikan Ratu yang mulai kepayahan untuk menghalau rasa mualnya.
Ingin Ratu menjerit dan mendesak Prabu untuk menghentikan kelakuannya, namun, Ratu sudah terlanjur dibuat pusing dengan mobil yang melaju zig-zag di jalanan.
Ratu menepuk lengan Prabu. "Prab, be-berhenti," pinta Ratu mulai lemas.
"Apaan sih, Rat. Seru tahu," gumam Prabu malah tertawa girang dan menganggap sikap Ratu hanyalah prank semata.
"Prabu, berhenti. Please, gue mau muntah," ujar Ratu. Perutnya sudah tidak mampu diajak berbicara. Dan seketika itu, apa yang telah dimakannya habis keluar dan mengotori mobil mahal Prabu.
Sontak, melihat Ratu yang muntah-muntah di dalam mobil membuat Prabu marah kemana-mana. Dengan cepat, Prabu menepikan mobilnya. "RATU! KELUAR! KELUAR DARI MOBIL GUE! MUNTAH JANGAN DI SINI KEK!"
Ratu sudah sering menerima tekanan, namun dia berusaha acuh, dan kini seseorang membentaknya di hadapannya sendiri. "O-oke. Gue keluar!" sentaknya beranjak membuka pintu. Dengan kesal, Ratu menutup pintu keras-keras.
Sesudah pintu tertutup rapat, tanpa rasa kasihan, Prabu melajukan mobilnya dan meninggalkan Ratu di pinggir jalan. Tangis mengiringi rasa sakit yang mendera kepala juga perutnya. Sungguh, menaiki mobil Prabu sama dengan baik rollercoaster. Langkahnya terus berlanjut dengan rasa mual yang masih menyiksa.
🍁🍁🍁
Sultan menerima dengan senyuman hangat tarif yang diberikan penumpang keduanya. Diucapkan hamdalah atas rezeki yang Allah berikan padanya.
"Aku pasti akan merindukan hari-hari ini." Sultan melanjutkan perjalanannya menjemput rezeki.
Taksi dia kemudian dengan perlahan, sesekali dia melirik ponsel, barangkali ada notifikasi dari pelanggan. Namun, di tengah perjalanannya itu, Sultan merasa tidak asing dengan perempuan yang berjalan lunglai di jarak 300 meter di depan taksinya. Perlahan, dia menghentikan laju taksi dan keluar.
Dugaannya benar.
"Ratu."
Wajah pucat Ratu tampak dari kedua matanya. Tak hanya fokus pada wajah pucatnya saja, air mata yang membasahi pipinya juga tak kalah memberikan serangkaian pertanyaan di pikiran Sultan.
"Sultan ...." Belum sempat melanjutkan bicara, tubuh Ratu sudah ambruk seketikanya tidak sanggup menahan pusing yang mendera.
"Ratu!" jerit Sultan.
🍁🍁🍁
Ratu memang phobia terhadap rollercoaster, jadi tidak ayal bila menjadi penumpang dengan mobil yang dikemudikan sebegitu kencang merasa naik rollercoaster. Sayangnya, Prabu tidak mengetahui hal itu.
Sultan yang menunggu di luar ruangan pun diminta oleh seorang suster untuk masuk ke dalam menemui Ratu. Itu adalah permintaan Ratu pribadi karena ingin berterima kasih padanya.
"Tapi, bolehkah suster ikut ke dalam juga?" pinta Sultan ragu.
Suster yang memintanya ke dalam pun terheran-heran. "Saya? Maaf sebelumnya, masih ada pasien yang harus saya urus. Lebih baik Mas-nya ke dalam sendiri ya. Toh, pasien sudah siuman kok."
Sultan malah nyengir lebar. "Oh begitu. Ya sudah, tidak apa-apa, Suster."
"Kalua begitu saya permisi ya, Mas." Sultan mengangguk saja.
Sendiri lagi. Kakinya benar-benar ragu dan hatinya tidak menentu. Setelah lama tidak berjumpa dalam jarak dekat, Sultan harus dihadapkan kembali dengan gadis yang sempat membuat kehebohan di dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Teen Fiction[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...