Baru mobil sedan merah itu menghentikan laju di depan rumah. Ratu meminta Sultan untuk kembali memundurkan mobil dan mengantarnya ke salah satu rumah produksi film yang tidak terlalu jauh dari kompleks rumahnya. Sultan menghempas napas panjang berupaya bersabar atas segala permintaan Ratu itu.
Sejak mobil kembali melaju, Ratu dibuat sibuk menerima telepon dari manajernya. Sebenarnya, Sultan tidak mau tahu urusan apa yang tengah mereka bicarakan di telepon, sayangnya, indra pendengarnya terlanjur mendengar semua yang mereka bicarakan, yakni tentang gimik percintaan yang harus Ratu lakukan dengan lawan mainnya di salah satu film yang akan tayang beberapa bulan lagi di bioskop. Ratu berusaha menolak dengan berbagai alasan, dia tidak mau menghianati cintanya pada laki-laki yang menyetir mobilnya itu.
Di tengah perbincangan dengan balutan kesal pada manajernya itu, Ratu menangkap sorot mata Sultan dari kaca kecil di bangku kemudi. Senyuman hangat dia suguhkan, namun cepat-cepat Sultan menoleh ke sudut yang lain seolah mengalihkan perhatiannya.
Ratu mematikan ponselnya. "Lo cemburu nggak kalau gue gimik sama cowok lain?"
Sultan menggeleng tak tahu harus berkata bagaimana untuk menghentikan bicara gadis berambut sebahu itu.
"Ish! Jawab! Lo cemburu apa enggak?" paksa Ratu tak sabar ingin mendengar jawaban Sultan.
"Saya tidak berhak cemburu atas dirimu. Laki-laki yang pantas cemburu atasmu saat ini adalah Ayahmu, beliaulah yang harusnya cemburu atas kelakuan putrinya yang tanpa batas mendekati laki-laki yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun, beliau seharusnya menghentikan langkah putrinya yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka-Nya. Apalagi putrinya tidak menutup aurat!"
Mimik wajah Ratu merah padam. "Maksud lo apaan ngomong gitu! Lo nyindir gue?"
"Saya tidak menyindir, kenyataannya memang begitu kan?"
Ratu mencengkeram kursi Sultan kuat-kuat. "Denger ya, berhenti menceramahi gue! Gue nggak suka!"
"Semoga, suatu saat nanti, hal yang tidak Ratu sukai ini akan menjadi hal yang selalu Ratu rindukan," ucap Sultan membuat gadis bermuka masam itu menenggelamkan emosinya.
"Oke! Kita lupain soal itu. Jadi ... Sultan nggak cemburu kalau gue deket sama cowok lain?"
"Sama sekali tidak."
Tangan Ratu bersedekap. "Kok nggak cemburu sih!? Harus cemburu dong! Kan Sultan suka sama Ratu."
Pernyataan Ratu itu membuat tawa kecil tersungging di wajah Sultan. "Jangan terlalu percaya diri, Ratu. Dan Ratu harus tahu, Ratu bukan tipe perempuan idaman saya."
Mata Ratu membulat sempurna. "B-bukan tipe perempuan idaman Sultan? Lho, kok bisa? Kurang apa coba gue?"
"Berkacalah pada cermin besar, Ratu akan tahu apa kekurangan Ratu," balas Sultan membuatnya harus berpikir berulang-ulang untuk memastikan kekurangan apa yang harus dia tutupi untuk menjadi perempuan idaman sang Sultan.
🍁🍁🍁
Satu telepon mendarat darurat di ponsel Ratu ketika meeting dengan seorang sutradara dan beberapa pemain dalam film terbarunya itu tengah berlangsung.
"Maaf, saya angkat telepon dulu sebentar," ujar Ratu meminta izin dan dijawab dengan anggukan.
Ratu menepi keluar dari ruangan meeting sembari menjawab salam dari Sultan.
"Iya sebentar, gue masih meeting."
"Saya salat ashar dulu sebentar, kalau sudah selesai hubungi saya."
"Iya-iya." Buru-buru Ratu mematikan sambungan telepon dan kembali ke tempat meeting.
Namun, suasana berubah menjadi sedikit panas. Sorotan tajam mengarah padanya. Hati Ratu saling bertanya meminta jawaban akan sikap mereka yang berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu & Sultan [Selesai]✓
Fiksi Remaja[Romance-Religi] "Sultan, Ratu cantik nggak kalau pakai jilbab gini?" tanya Ratu antusias. "Cantik. Tapi hijab tidak dipergunakan untuk mempercantik diri, melainkan menutupi kecantikanmu," balas Sultan melarikan diri dari hadapan Ratu. ~~~ Start : 1...