Sad Wedding

85 20 1
                                    

Semestinya, hari ini menjadi hari bahagia antara Ratu dan Sultan. Pernikahan dengan perayaan yang begitu besar dan mewah seharusnya ada di depan mata. Semula Ratu dan Sultan tidak menghendaki perayaan yang besar  untuk pernikahan mereka, namun Sultan berubah pikiran setelah ingat salah satu sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam:

"Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melihat pada pakaian Abdurrahman bin Auf ada bekas minyak wangi. Nabi bertanya: ada apa ini Abdurrahman? Abdurrahman menjawab: saya baru menikahi seorang wanita dengan mahar berupa emas seberat biji kurma. Nabi bersabda: baarakallahu laka (semoga Allah memberkahimu), kalau begitu adakanlah walimah walaupun dengan seekor kambing.” (HR. Tirmidzi no. 1094, An Nasa-i no. 3372, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Namun perayaan yang Sultan inginkan tidak serta-merta hanya bertitik pada kesenangan semata. Dia juga ingin membawa keberkahan dalam acara pernikahan pertama dan terakhirnya. Dalam perayaan pernikahan nanti, Sultan berencana mengundang anak-anak panti asuhan dan orang tidak mampu untuk dia berikan kebahagiaan pula pada mereka.

Rasullullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:

"Makanan paling buruk adalah maka6 dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya." (Hadist Shahih Riwayat Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu Hurairah)

Kenyataan yang terjadi sekarang, tidak ada perayaan pernikahan yang Sultan maupun Ratu inginkan. Hal itu hanya angan semata. Kini, Ratu tengah berjuang diantara hidup dan mati dalam komanya. Operasi memang berjalan lancar, namun luka yang cukup dalam memperkeruh keadaan Ratu dan membuatnya mendekam dalam tidur yang entah kapan bangun.

Pernikahan tetap dilaksanakan dan bertempat di ruang rawat Ratu. Sultan sungguh ingin cepat bisa menjaga dan merawat sepenuhnya Ratu sebagai seorang istri. Maka dari itulah, keputusan diambil.

"Doakan Sultan ya, Bu. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi Sultan."

Bu Ana merapikan jas putranya yang sedikit lusuh. "Ibu pasti selalu mendoakan Sultan, sekalipun Sultan tidak memintanya."

"Terima kasih, Bu. Terima kasih." Sultan merengkuh tubuh ringkih ibunya.

Bayu menepuk pundak Sultan dan membuat pelukan di antara anak ibu itu terlepas. "Maaf menganggu waktunya sebentar. Penghulu sudah datang, Tan. Lebih baik lo siap-siap sekarang."

Sultan mengangguk. "Ayo, Bu."

Ketiganya menuju ruang rawat Ratu untuk diadakannya acara ijab qobul.

Detik ini juga, ketika tangan Sultan menjabat tangan Amran -- sang calon papa mertuanya itu, seluruh tubuh Sultan panas dingin, tangannya pun gemetar tidak bisa dikendalikan.

Sultan melepas tangannya. "Maaf, saya gugup," ulasnya membuat orang-orang yang melihat ijab qobul itu sedikit tertawa.

Bayu mendekati Sultan dan menepuk punggungnya. "Ingat Ratu, Bro. Dia benar-benar butuh lo sekarang."

Sultan memandang jauh Ratu yang masih terlelap dalam komanya di atas brankar.

"Bismillahirahmanirahim." Sultan mencoba menguatkan diri.

"Ananda Sultan Alam Nadir bin Adam Danny  saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Ratu Berliana binti Amran Haris Kurniawan dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang dua puluh satu juta rupiah dibayar. TUNAI."

"Saya terima nikah dan kawinnya Ratu Berliana binti Amran Haris Kurniawan dengan maskawin tersebut dibayar tunai." Sultan mengakhiri prosesi ijab qobul itu dengan hamdallah.

"Bagaimana saksi?" tanya Pak Penghulu pada kedua saksi, Bayu sebagai saksi di kubu Amran, dan Basri dari pihak Sultan.

"SERATUS PERSEN SAH PAK!!!" kompak Bayu dan Basri.

Seruan hamdalah dan rasa syukur mengema di penjuru ruangan. Pun juga beberapa petugas medis yang ikut melihat juga merekam momen yang cukup berharga itu.

Setelah doa terpanjatkan. Sultan berdiri dan duduk di kursi samping brankar. Ditatapnya wajah pucat Ratu yang telah sah menjadi istrinya.

"Semuanya akan jauh lebih indah jika kamu juga merasakan kebahagiaan ini, Ratu. Saya mohon, bangunlah, saya menunggumu." Digenggamnya erat tangan sang istri seraya tangan satunya memegang kepala Ratu. Sebuah doa mengalir dari lubuk hati yang paling dalam dari Sultan untuk Ratu. Pun juga Ratu untuk Sultan.

🍁🍁🍁

Ratu & Sultan [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang