•17

45 10 0
                                    

Selamat membacaTerima kasih kepada yang sudah menekan voteTandai yang typo boleh ?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
Terima kasih kepada yang sudah menekan vote
Tandai yang typo boleh ?
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lia tertegun ketika sampai di kelasnya, melihat beberapa banana milk di atas mejanya. Matanya menemukan Farel yang tengah menundukan kepalanya, menatap ponsel di tangannya, kepalanya tertutupi hoodie maroon membuat Lia tak bisa melihat wajahnya.

"Uuuuu penggemar rahasia baru nih,,,," Sandra menepuk bahu Lia, mengambil satu banana milk "Gue ambil satu gapapa kali ya," Sandra sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar oleh si pemberi banana milk

Sandra datang terlalu pagi hari ini, karena ia adalah petugas piket ketika Sandra hendak menyimpan sapu ke gudang kebersihan ia melihat Farel masuk dengan menjinjing kantung kresek transparan berisi banana milk.

Pilihan paling benar bukan jika Sandra menyerah pada Farel ? Sandra menyerah karna tau kata mustahil antara dirinya dan Farel. Ia juga tau jika dirinya hanya sebatas mengagumi dan tidak berhak membuat Lia menjaga jarak dari Farel.

"Paan sih," Lia duduk di samping Sandra, memasukan sisa banana milk kedalam tasnya. Ia melihat mata Leo yang menatapnya penuh selidik, ini bisa jadi bahan ejekan nantinya.

Lia membuka ponselnya, melihat pesan masuk dari Farel. Sudah ia duga banana milk pasti pemberian Farel, ia tak menyangka dengan ancaman yang ia berikan kemarin mampu membuat pria es itu kembali ke sekolah.

'Mau gue traktir apa sepulang sekolah ?'

Lia menautkan alisnya, mencoba mencerna maksud dari pesan pria itu. Mengajaknya makan siang ? Atau mengajaknya jalan ? Oh ayolah Farel mengakatakan traktir, sebagai perminta maaf mungkin. Ponselnya kembali berdering, pesan dari Farel mengalihkan lamunannya.

'Gue tunggu di atap pas jam istirahat'

Lia menoleh melihat Farel yang masih menunduk dengan jaket di kepalanya, ia tampak menimang. Kembali mengalihkan pandangannya pada ponsel hendak membalas pesan Farel namun pak Robi datang dengan setumpuk kertas di tangannya. Seperti biasa kuis dadakan yang membuat semua siswa mendengus kesal pasalnya tidak belajar sama sekali.

Sama hal nya dengan Lia, semalam ia sibuk berbincang dengan Sandra dan Caera di video call mengenai pria yang tengah dekat dengan Sandra. Membuatnya tidur sangat larut, untungnya malam tadi ia tak di datangi mimpi itu.

"Farel kamu bisa buka jaket nya ? Ini ga dingin," Ujar pak Robi

Farel tampak mengangkat kepalanya sekilas, lalu kembali menunduk tak menghiraukan pak Robi yang sekarang menghela nafasnya. Pak Robi menyerah, ia memang tak bisa memerintah seorang Farel.

ShoelocesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang