Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.Suara kicauan burung berbisik di telinga seolah membangunkan setiap orang yang tengah bersembunyi di balik selimutnya. Udara yang dingin membuat kebanyakan orang lebih memilih untuk menarik selimutnya semakin erat, enggan untuk bangun dan memulai aktivitasnya.
Berbeda dengan Lia yang pagi pagi sekali sudah bangun dan selesai mandi, memang dari semalam ia tak bisa tidur sama sekali dan berakhir dengan kelopak mata yang menghitam.
Lia mengeringkan rambutnya yang basah sehabis mandi, ia sudah siap dengan setelan olahraganya. Padahal tidak ada ide sama sekali untuk berolahraga pagi, keadaan vila juga masih sangat sepi. Caera dan Sandra juga masih saling memeluk di atas ranjang.
Lia selesai dengan rambutnya, ia keluar dari kamarnya menuju halaman depan vila. Ia meregangkan tangan dan kakinya sambil sesekali tersenyum pada warga sekitar yang melewati vila dengan peralatan berkebun yang mereka bawa.
Andai saja Lia hafal daerah ini mungkin ia sudah berjalan jalan menyusuri kebun teh, namun Lia enggan karena ia takut menyusahkan yang lainnya jika Lia pergi sendiri.
Seseorang melewatinya dengan berlari kecil, pria itu menutup kepalanya dengan hoody, setelan olahraga sama sepertinya. Lia menyusulnya lalu berlari beriringan "mau kemana ?" Tanya Lia saat sudah mensejajarkan langkahnya
Pria itu menoleh membuka earphone yang menutupi telinganya "cari udara segar,"
Lia menganggukkan kelapanya sambil tersenyum dengan lebar baguslah, ia menemukan teman untuk menemaninya jalan jalan.
Pria itu menghentikan langkah kakinya "Lo ngapain ?"
Lia ikut menghentikan langkahnya "joging,"
"Ya udah jangan ikutin gue,"
"Gue ga tau jalan jadi ikut Lo ya ?" Ujar Lia memohon
Farel menghembuskan nafasnya pasrah ia kembali berlari dengan pelan sambil mengumpat kembali telinganya dengan earphone tak begitu menghiraukan Lia yang tengah berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Farel.
Lia merasa kagum dengan pemandangan yang di lihat oleh mata kepalanya sendiri, kebun teh yang terhampar sangat luas di hadapannya. Udara yang sejuk membuat rasa lelah Lia yang berlarian menghilang, terbayar sudah.
"Bawa minum ga ?" Farel berdiri di samping Lia, memperhatikan wajah terpesona Lia akan pemandangan kebun teh yang luas.
Lia menoleh lalu tersenyum cerah "enggak," ia kembali menatap luasnya kebun teh dan tidak pernah lelah untuk memujinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoeloces
Novela JuvenilBagi Aulia Gea Himeka terbangun di malam hari atau menjelang pagi sudah menjadi kebiasaannya, bukan karna Lia sebutan gadis itu ingin terbangun di jam jam seharusnya ia tertidur lelap dan nyenyak. Melainkan karena mimpi buruk yang selalu menghampiri...