Selamat membaca
.
.
.
.
.Lia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan kelas yang baru. Sebagian besar tak pernah Lia kenal karna Lia tipe orang yang tidak mudah bergaul Untung saja ia bertemu dengan Sandra dan Caera yang selalu menemaninya semenjak kelas sepuluh.
Lia ingat sekali saat pertama kali masa orientasi, ia berjalan beriringan dengan Leo. Semua mata siswa baru atau panitia menatap kearah mereka berdua. Lia mendorong Leo menjauh keesokan harinya "Banyak yang suka sama lo, jadi ga ada yang mau temenan sama gue karna ngira gue itu pacar lo,"
Dan semenjak itu Leo tak pernah menghampirinya ketika di sekolah bahkan sampai sekarang. Lia menyesal mengatakannya, sebenarnya walau ada Sandra dan Caera tapi ia tak bisa sebebas berekspresi seperti bersama Leo.
Lia menyedot sedotan banana milk, duduk di pinggir lapangan. Sandra bilang akan kembali membawakan beberapa cemilan Lia terlalu malas untuk ikut mengantri di kantin yang penuh dan harus berdesakan. Matanya menangkap Farel yang tengah bermain basket bersama teman gengnya.
Ario yang berstatus pacar sahabatnya Caera si pintar yang bisa di andalkan. Aldo si playboy yang entah mengapa masih memiliki banyak penggemar. Dan satu lagi Leo, si parasit di sana Lia mendengus bagaimana bisa Leo yang sangat menyebalkan bisa bergabung dalam geng cogan katanya.
Ia memutar bola matanya malas cogan dari mananya orang makan kacang aja ga bisa. Lia lebih tertarik menatap sepatunya sekarang. Sepatu converse putih dengan tali yang lepas Ia menarik kakinya berniat membenarkan tali sepatu yang lepas.
Tapi seseorang menarik kakinya, menalikan tali sepatunya. Lia tersentak, ia membulatkan matanya ketika menyadari orang yang membantunya berada di bawah tangga sedangkan ia tengah duduk di tangga ke tiga. Dan otomatis jika laki laki itu mengangkat kepalanya ia akan melihat paha Lia.
Refleks Lia menendang pundak siswa yang berniat membantunya berteriak membuat semua siswa yang berada di sekitarnya menatapnya. Lia menutup mulutnya.
Keempat orang yang Lia lihat di tengah lapang tadi juga menatapnya sekarang termasuk pria dingin itu, Farel.
Lia menatap siswa yang sedang merapihkan seragamnya. Berdiri di hadapannya.
Lia nyengir "Sorry, gue refleks kaget aja,"
Pria itu tersenyum ramah "Ga masalah, gue juga minta maaf ngagetin lo," Ia menepuk kedua telapak tangannya, membersihkannya dari debu. Lalu mengulurkannya pada Lia "Nama gue Dimas,"
Lia merasa harus membalas uluran tangan Dimas, karena merasa bersalah. Namun seseorang menarik lengannya yang hendak bersalaman dengan Dimas. Lia menatap Leo yang berdiri menjulang di sampingnya, masih memegang tangannya.
"Dia ceroboh banget emang," Leo mengacak rambut Lia "Gue minta lo maklumin ya," Ia menatap Dimas, bibirnya memang tersenyum ramah namun sorot matanya menunjukan tatapan tak suka.
Dimas tak begitu menghiraukannya ia menatap Lia "Nama lo Lia kan ? XI 2, lo bisa hubungin gue kalo butuh sesuatu," Setelahnya berlalu seperti angin
Leo berdecih apa apaan itu. Ia menatap Lia yang melepaskan lengannya "Nama lo Lia kan ? XI 2, lo bisa hubungin gue kalo butuh sesuatu," Leo mengikuti ucapan Dimas dengan sedikit berlebihan
"Lo apaan sih ?," Lia menatap jengah pria yang memang sangat menyebalkan di hadapannya ini
"Dia itu ngegoda lo, asal lo tau," Leo menunduk menalikan tali sepatu Lia yang lepas,
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoeloces
Teen FictionBagi Aulia Gea Himeka terbangun di malam hari atau menjelang pagi sudah menjadi kebiasaannya, bukan karna Lia sebutan gadis itu ingin terbangun di jam jam seharusnya ia tertidur lelap dan nyenyak. Melainkan karena mimpi buruk yang selalu menghampiri...