•13

55 9 0
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Gadis kecil itu menangis hebat kala api melahap bangunan tempatnya tinggal dari bayi sampai sekarang, ia mencoba mencari seseorang yang bisa menolongnya untuk mematikan api yang semakin besar.

Rumah itu hanya satu satunya di daerah tersebut, yang gadis itu temui hanya pohon pohon tinggi yang sama menjuntai di hadapannya. Membuat gadis itu semakin merasa marah kepada dirinya sendiri, ia tak menemukan seorangpun di sana hingga ia melihat bayangan orang yang banyak mendekat ke arahnya.

Gadis itu Lia, ia melangkahkan kakinya agar semakin dekat dengan kerumunan orang yang mungkin saja akan menolongnya. Namun seseorang menarik tangannya, menariknya menjauh dari bayangan kerumunan orang tersebut.

Lia melihat anak laki laki lebih tinggi darinya, anak itu mengenakan kaus berwarna hitam dengan kemeja biru muda di luarnya. Rambut anak itu terlihat sangat berantakan, celana yang di kenakan anak itu oun sudah koyak.

Lia menangkap jahitan lucu berbentuk bunga di lengan kemeja anak laki laki itu, Lia menghentikan langkahnya "Kamu mau bawa aku kemana ? Di sana banyak orang yang pastinya akan nolong aku,"

Anak laki laki itu tidak mendengarkan apa yang Lia katakan dan terus menarik paksa tangan Lia memasuki hutan.

Lia menjerit, ia menangis ketakutan hingga membuat anak laki laki berambut gondrong itu menghentikan langkahnya, membungkam mulut Lia. Lia mencoba melihat wajah itu, tapi air mata yang mengenang membuat pandangannya buram.

Lia merasakan kecupan manis di pipi kirinya membuatnya tersadar dari mimpi yang laki lagi menghampirinya, lilin aroma pun tak bisa membuatnya tidur dengan nyenyak.

Lia memfokuskan pandangannya pada seseorang yang tengah duduk di ujung ranjangnya, tersenyum ke arahnya.

Lia membalas senyuman itu tak kalah cerah "Kak Sean," Ia berdiri memeluk pria yang sudah empat tahun tak ia temui karena belajar di negri orang.

Sean mengusap kepala Lia dengan lembut "Mimpi lagi ?" Tanyanya

Lia menganggukan kepalanya, selain Leo kakaknya juga mengetahui tentang mimpi yang akhir akhir ini Lia alami. Awalnya yang selalu menemani malam Lia di telpon adalah Sean, tapi Lia tak ingin membuat Sean kembali khawatir dengan keadaanya. Sean harus fokus belajar di sana.

"Kapan kak Sean pulang ?" Lia melepaskan pelukannya

Sean melirik jam di tangannya "Satu jam yang lalu Kakak landing,"

"Udah ketemu ibu sama ayah ?"

Sean menganggukan kepalanya, "Mereka yang jemput Kakak, kamu katanya masih sibuk ngorok,"

ShoelocesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang