Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
."Mau beli ice cream dulu ga di alfa depan ?" Leo berjalan beriringan dengan Lia, tangannya menjinjing tas ransel Lia.
Berjalan beriringan saat pulang sekolah bukan hal biasa bagi Leo juga Lia. Sudah empat tahun bahkan menjadi kebiasaan mungkin Leo yang menunggu Lia atau Lia yang menunggu Leo orang tua mereka memang memilih tempat tinggal yang dekat dengan sekolahan. Jadi tidak perlu ongkos tambahan katanya.
Leo jadi teringat saat pertama kali bertemu Lia di smp yang sama saat itu. Lia mengenakan sepatu tanpa tali, karna memang tidak bisa memakai sepatu tali. Dan smp nya dulu siswanya di wajibkan memakai sepatu tali, dan alhasil Lia terkena hukuman oleh guru bk yang jaga di depan gerbang sekolah setiap harinya. Rajin sekali memang.
Saat itu Lia terlihat tidak baik baik saja, wajahnya pucat rambutnya juga tidak di tata dengan rapih. Sepertinya karna kurang tidur semalam. Lia di hukum berdiri di samping gerbang sekolah sampai jam pertama selesai.
Leo akhirnya memutuskan membuka dasi biru di kerah kemejanya, memasukannya kedalam tas dan berjalan ke arah gerbang.
Pak imam, guru bk menghentikan langkahnya "Dasinya mana ?" Tanyanya memgacungkan tongkat kayu andalannya
Leo pura pura melihat kemejanya "Oh iya kemana ya pa ?" Ujarnya dengan nada di buat sepanik mungkin. Sudah bagus belum ia menjadi aktor pendatang baru ?
"Berdiri di sana angkat tangan kamu," Titahnya
Leo menurut berdiri di samping Lia yang juga menaikan tangannya ke udara "Lo yang baru pindahan ke rumah ujung komplek matahari kan ?" Tanyanya so akrab
Lia menatapnya sinis "Siapa lo ?" Tanyanya
Leo terkekeh "Lo yang bawa kabur kucing gue, kemarin kan ?"
Leo ingat sekali saat sang ibu menyuruhnya mencari shiru yang tidak biasanya pergi dari halaman rumah. Saat Leo mencarinya, ia menemukan shiru dalam pelukan gadis berambut pendek dengan poni yang lucu di ujung rumah.
Lia tampak mengingat namun akhirnya menganggukan kepalanya "Ooh lo ?"
Leo mengulurkan tangannya pada Lia "Nama gue Leo," ujarnya
Lia melirik pak imam sesaat hingga akhirnya membalas uluran tangan Leo "Lia,"
Pak imam berbalik "Saya tambahin waktunya sampai selesai pelajaran ke dua,"
Leo dan Lia kompak tertawa bersama. Proses perkenalan mereka tidak lah spesial bukan ? Bukan pertemuan pada pandangan pertama juga. Bukan kebetulan juga kan ?
"Boleh, asal jangan kasih tau Ibu" Lia menghentikan langkahnya membuat lamunan Leo juga ikut terhenti
Leo menganggukan kepalanya setuju, berjalan ke arah mini market memilih ice cream dan membayarnya di kasir menghampiri Lia yang tengah duduk di kursi yang di sediakan mini market sembari memainkan ponselnya. Bisa di tebak sih Lia tengah bermain game cacing yang sukanya makan dan nikung itu loh yang lagi buming banget.
"Bentar Yo, cacing gue udah gede bengat nih"
Tuh kan bener apa yang Leo fikirkan. Lia itu bukan anak cewek seumurannya yang lebih suka liat vidio tiktok cowok cowok ganteng, liat fashion terbaru, make up terbaru. Atau bahkan beli novel romance gitu Lia sampai di buat bergidig ngeri sendiri jika membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoeloces
Teen FictionBagi Aulia Gea Himeka terbangun di malam hari atau menjelang pagi sudah menjadi kebiasaannya, bukan karna Lia sebutan gadis itu ingin terbangun di jam jam seharusnya ia tertidur lelap dan nyenyak. Melainkan karena mimpi buruk yang selalu menghampiri...