Prolog

27.1K 2.8K 100
                                    

Satu tahun yang lalu

"Kenapa?"

Aku bercicit. Dua detik yang lalu aku mendengar sebuah pernyataan yang menghujam jantung. Pacarku-orang yang selama dua tahun terakhir ini menemaniku-tega memilih mengakhiri hubungan kami. Bagai petir di siang bolong, aku terpaku menatap ekspresinya yang cukup santai. Tidak ada kegugupan apalagi rasa bersalah. Sudah jelas, Petra mempersiapkan perpisahan ini dengan matang.

Memangnya aku tidak tahu? Hei! Aku hanya pura-pura tidak tahu.

Aku sudah menebak hubungan ini tak ada arah. Sudah enam bulan terakhir hubungan kami bak neraka. Segala macam bentakan sudah keluar dari mulut masing-masing. Satu bulan terakhir kami lost contact karena menjunjung ego masing-masing. Kami berdua tak lagi ingin memperbaiki hubungan yang sudah hancur ini. The truth is, relationship will probably end, apalagi untuk hubungan yang sudah tidak ada perjuangan.

Awalnya, aku cukup frustrasi dengan sikap Petra semakin lama semakin seenaknya sendiri. Ia tak lagi menghubungiku, menemuiku dan menyayangiku. Dia berubah seperti orang asing yang tak pernah mengajakku berkencan atau memintaku menjadi pacarnya. People do change, aku berusaha menerima kenyataan pahit itu sampai akhirnya aku mengerti apa yang sedang terjadi pada hubungan ini.

Aku meretas akunnya. Terima kasih Youtube dan Google atas informasi yang tak terhingga ini. Aku jadi tahu bahwa aku memiliki kemampuan melakukan hal-hal diluar nalar. Sebuah kesalahan fatal dan tindak kriminal yang kulakukan hanya karena rasa cemas karena mendapati pacarku genit dengan perempuan lain. Beberapa bulan terakhir dia bukan hanya genit tapi sudah mematenkan status dengan seorang perempuan.

Aku hanya pura-pura bodoh saja selama ini, menunggu waktu kapan dia akan mengakhiri hubungan ini. Mungkin sebagian hatiku berharap dia akan meninggalkan perempuan itu dan memilihku. Sebuah pemikiran bodoh yang entah sejak kapan tertanam dalam benakku.

Racun diantara kami sudah menggerogoti satu sama lain. Aku yang tak mempercayainya dan terlalu takut kehilangannya, sedangkan dia yang telah terbiasa bersikap kasar dan kurang ajar kepadaku.

Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Aku dan Petra sama-sama telah menjadi manusia yang buruk. Bukankah ... hubungan yang baik itu memotivasi agar menjadi lebih baik? Tampaknya, aku dan Petra sudah tidak bisa melakukan itu lagi.

"Aku bosan," jawabnya. Seolah bosan menjadi alasan paling masuk akal atas perpisahan ini. Aku tersenyum miring menanggapi jawaban paling masuk akalnya itu sembari menganggukkan kepala.

"Sandra, aku ketemu Gianny. Dia enggak mau putus." Aku mengucapkan kata-kata pamit yang dia kirimkan pada pacar barunya, lewat Instagram. Aku tidak selancang itu meretas akun WhatsApp seseorang.

Dia menegang, rahangnya semakin ketat. Mungkin pikirannya berusaha mencerna apa yang baru saja kukatakan. Aku tersenyum miring saat netranya melebar, tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kamu ngehack akunku?"

Aku berdehem. "Baru sadar?"

"Sialan!"

"Lo yang sialan! Bisa-bisanya lo menjalin hubungan disaat hubungan kita enggak jelas!"

Aku mengeluarkan apa yang tertahan di lidahku. Sekilas pertemuan pertama kami saat menghadiri acara kantor terbayang. Petra tampak lembut dan berwibawa, membuatku percaya pada cinta pandangan pertama. Kupikir, he's the one but he's not. Tidak ada orang yang tidak memperlakukan pasangannya tidak adil berkali-kali.

"Go away!" kataku angkuh. "Enggak usah lo hubungi gue lagi!"

"Emang iya, cewek kayak lo mana ada laki-laki yang tahan?! Cantik enggak, seksi enggak, pintar enggak. Gue aja enggak nafsu lihat lo!"

Aku menelan ludah. Tidak percaya dengan apa yang dilontarkannya. Emosiku kian meradang, aku sudah tidak bisa melihat wajah sombong ini. Aku berdiri sebelum seluruh amarah menguasaiku.

Laki-laki yang sudah kucintai teramat dalam. Laki-laki yang selalu kutemani lembur sampai subuh agar dia memiliki teman saat bekerja ... juga merupakan laki-laki yang membentakku setiap saat dan tak pernah mengucapkan terima kasih saat aku membantunya jungkir-balik.

Brengsek!

Aku meninggalkan meja itu dengan amarah yang luar biasa. Sudah tidak tahan lagi melihat wajah yang bisa-bisanya mengkhianatiku untuk kedua kalinya itu. Perselingkuhan pertamanya kumaafkan. Kali ini sudah habis. Aku mencapai batasku.

Aku berusaha untuk menetralisir apa yang kurasakan. Aku Gianny Andin Jovanca, usia 25 tahun kembali menjomlo. Disaat semua teman-temanku telah menyebar undangan pernikahan mereka, aku kembali sendirian.

Sia-sia seluruh cinta, uang dan tenaga yang kuhabiskan untuk hubungan ini. Kemana saja mataku sampai tidak bisa membedakan mana titisan malaikat dan mana titisan iblis?

Benar-benar heran dengan diriku sendiri.

Oh ya. tenang saja .... aku tidak menangis. Air mataku terlalu berharga untuk manusia superketerlaluan seperti dia.

***

ADA satu nama yang memenuhi pikiranku saat ini. Aku terbiasa memendam kesedihan. Namun, seberapapun buruk hubunganku dengan Petra, rasa sesak dan retak tetap terasa. Otakku terus mengatakan bahwa perpisahan ini adalah yang terbaik, setidaknya inilah cara Tuhan dalam menyelamatkan hidupku dari ketidakbahagiaan di masa depan. Sesuatu terlihat buruk hanya karena kita memiliki pandangan yang berbeda.

Hanya saja, aku sudah tidak bisa menahan ini semua. Aku butuh teman berbagi, setidaknya ada satu orang yang bisa mendengarkan kesedihanku saat ini. Aku ingin lega. Perasaan kacau ini membuatku mencoba menghubungi Hardi-sahabatku.

Di, lo lagi sibuk?

Aku membuka profil WhatsApp-nya. Tidak ada gambar sama sekali. Tidak biasanya profil picture Hardi kosong seperti ini. Aku menarik napas panjang, kucoba untuk meneleponnya. Hanya panggilan tersambung yang tak kunjung diangkat.

Mungkin dia sedang sibuk.

Aku menarik napas panjang untuk menetralisir perasaan galau yang terus membebaniku ini. Sudah dua hari aku hanya bekerja dan bekerja. Sesuatu tetap terasa hilang dalam diriku. Tidak ada perasaan yang lebih buruk dari kehilangan dan patah hati, aku benar-benar benci merasakan perasaan ini. Buntu, aku mencoba menghubungi sahabatku yang lain.

Lo bisa hubungin Hardi enggak?

Juliana

Ini gue lagi chattingan ngomentarin status bucinnya sama Erlina.
Kenapa, Gi?

Jariku mendadak kaku. Aku tidak ingin berasumsi tanpa bukti. Spontan, aku mencoba mencari status yang dimaksud Juliana. Detik itu aku baru menyadari ... sudah satu minggu ini aku tidak melihat status Hardi.

Profil pict Hardi ada?

Juliana
Ada.
Kenapa sih?

Jul, pesan gue enggak nyampe dari kemarin.

Hardi nge-block gue.

Hardi memblokir-ku?

Kenapa dia melakukannya?

Apa salahku?

Allure | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang