Jayapura, 2014"Waahhh!!"
"Enggak usah norak!" Tegur Ardityo disampingku, aku langsung mencibir dan seperti cacing kepanasan pertama kali menginjakkan kaki di tanah cendrawasih. Kami dijemput dengan mobil untuk pergi ke perusahaan. Sampai di luar bandara, aku menatap seseorang mengenakan jaket dengan logo ITB yang besar.
"Eh, ada anak ITB juga?"
Ardityo menganggukkan kepala. "Katanya sih dari beberapa kampus recruitmentnya." Wah pantas saja aku menemukan beberapa wajah yang familier dari tadi. Aku dan Ardityo baru selesai mengambil bagasi ketika seseorang menginterupsi kami.
"Haii, kalian yang dari jogja juga kan?"
Kami membalikkan badan dan menatap seorang perempuan bersama seorang laki-laki tinggi dibelakangnya. Wajahnya tersenyum sungkan ke arah kami.
Aku mendekat ke arah Ardityo. "Dit.. ganteng!"
Ardityo menatapku dengan tidak ramah.
"Iya, dari jogja juga Mbak?"
Si mbak-mbak itu menganggukkan kepala, aku tengah sibuk menatap laki-laki kalem dibelakangnya.
"Iyaa.. satu almamater ya kita?" Ujar perempuan itu menatap jaket himpunan yang kupakai bersmaa Ardityo. Aku dan Ardityo memang satu jurusan, kami mendaftar bersama-sam untuk menjadi pekerja kontrak dengan jabatan tenaga teknis di perusahaan yang sedang membangun kawasan industri ini. Sebuah kesempatan yang besar karena tidak semua kampus mendapat lowongan ini. Tak disangka, kami lulus bersama.
"Iyaa, dari jurusan apa, Mbak?"
"Manajemen."
Ardityo dan aku saling lirik, kemudian dengan inisiatif Ardityo mengulurkan tangan. "Saya Ardityo, ini Gianny." Aku bergantian menyalami.
"Juliana. Juli."
"Hardian."
"Dari?" Tanya Ardityo penasaran.
"Mesin."
"Lah sefakultas kita!" Ardityo langsung jalan ke arah Hardian begitu saja. Baru lima menit bercakap, kami langsung mengetahui bahwa kami sama-sama berasal dari jabodetabek.
"Kalau begitu, entar pas balik kita barengan saja!" Ujar ardityo yang sudah mulai akrab.
"Boleh juga itu!" Jawab Hardi cepat.
Aku menatap kembali ke arah Hardian, dia tidak pendiam-pendiam sekali ternyata.
***
Mess yang disediakan untuk kami adalah rumah kontrakan berisi beberapa kamar. Kebetulan, Ardityo dan Hardi satu mess sedangkan aku dan juliana terpisah. Aku mendapatkan kamar paling dekat dengan pintu utama dan juga ada jendela. Messku dan mess Ardityo dan Hardi satu lingkungan, nyaris bersebelahan.
Aku berdecak pelan saat seseorang mengetuk jendelaku.
"Giiii!"
"Apa sih Hardi?" Aku membuka jendelaku, yang langsung Hardi sudah ada di depanku.
Dia mengangkat sebelah alisnya. "Kamar lo berantakan."
"Berisik lo." Mengetuk jendela orang hanya untuk berkomentar, menyebalkan sekali.
"Makan yuk?"
"Malas."
"Ayo." Hardi terdiam pelan. "Ardityo sama Juli, kencan mereka."
Aku berpikir sebentar dan merasakan perutku sedikit lapar. Aku kemudian menganggukkan kepalaku. "Yaudah bentar."
Hardi menunggu di depan messku dengan tenang. Dia tampak tidak melakukan apapun selain bermenung, aku yang baru keluar segera menepuk pundaknya dengan keras. Membuat dia mengaduh kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Allure | ✓
General FictionF-Universe #1 Gianny Andin Jovanca percaya bahwa sebenarnya perempuan dan laki-laki bisa 'hanya' sebatas sahabat. Setidaknya sampai Hardi datang kembali ke kehidupannya dan menawarkan sesuatu yang lain. Masalahnya bukan pada Hardi, tetapi pada dirin...