Part 9

16.6K 2.5K 135
                                        



Untuk menebus rasa bersalahku tempo hari, aku datang ke apartemen Hardi sore ini dan membawakan makanan sengaja kumasak untuknya. Sebagai rasa berterima kasih karena dia telah membantuku. Biasanya dia senang memakan masakan rumahan seperti ini karena ya seperti anak kost lainnya, Hardi selalu membeli makanan diluar. Jarang sekali memasak.

Ia sudah mengabariku telah pulang. Setelah perjalanan dinas yang panjang akhirnya dia bisa masuk kantor dengan normal. Hardi langsung menjemputku di lobby karena unitnya hanya bisa masuk dengan orang-orang yang memilik key access, biasanya aku masuk karena satpam -yang telah hafal wajahku. Tumben-tumbennya dia mau repot menjemputku.

Saat keluar dari lift ternyata ia sudah berganti pakaian dengan baju santai, tidak lagi mengenakan seragam putihnya. Wajahnya juga tampak lebuh fresh. Ah! Dia juga telah bercukur.

Sejak kapan aku memerhatikan Hardi sedetail ini?

Sampai di unitnya, aku segera membuka makanan dan bertanya padanya apakah dia ingin langsung makan atau tidak. Ini kulakukan agar bisa menghangatkan makanan ini terlebih dahulu. Aku kan berterima kasih tidak setengah-setengah, totalitas!

Lagi pula ayam saos tiram, cumi goreng tepung dan sayur kangkung buatanku ini kurang terasa enak apabila dimakan dingin.

"Enggak ada nasi," dia memberitahu. Dia berjalan menuju sofanya dan meraih laptopnya.

"Beras ada?"

"Ada kayaknya." Dia menjawab santai sedangkan aku menggelengkan kepala melihat sikap rajanya. Benar-benar seperti tuan muda. Baiklah, karena sekarang aku yang ingin berterima kasih, aku akan menggerakkan badanku.

Semua perlengkapan dapur di apartemen Hardi sebenarnya sudah lengkap. Hanya karena dia malas untuk memasak saja, dapurnya jadi sangat bersih. Mungkin dia sesekali membuat mie instan atau makanan-makanan yang tidak terlalu ribet.

Aku bergabung dengan Hardi di sofa, melirik sekilas apa yang dia kerjakan. Ternyata dia sedang melakukan rancang alat untuk kapal. Hardi sedikit tersentak saat aku duduk disampingnya, terlalu fokus bekerja membuatnya seperti ini.

"Bagus banget." Aku memujinya. Memang rancangan Hardi -yang sudah sepuluh tahun berkecimpung didunia ini- tak pernah main-main. Hardi tersenyum miring menanggapi ucapanku. Tidak mengatakan apapun.

"Ini buat kapal perang."

"Hah?" Aku menjawab dengan cepat. Aku menatap hardi dan laptopnya bergantian. "Kapal perang?"

"Iya buat angkatan laut," jawabnya lagi. "Ini rudalnya." Hardi menunjuk sebuah bagian, tidak terlihat seperti rudal. "Bikin ini harus sesuai standar keamanan. Ini body nya seksi banget dirancang sama anak ITS, gue nambah-nambahin doang." Aku mengangguk-anggukan kepala, setengah mengerti setengah lagi tidak mengerti.

"Nambahin apa?"

Hardi berpikir sebentar. "Banyak. Tetapi, ya ngerancang aja, eksekusinya ini kebetulan kenalan gue."

Aku tidak mengatakan apapun lagi dan mengisi waktu dengan menelusuri ruangan apartemen Hardi ini seraya memikirkan desain apa yang cocok untuk kepribadiannya.

"Harus selesai hari ini?" Tanyaku lagi ketika dia hanya memandang lurus laptopnya.

"Masih lama sih. Dua minggu lagi."

Aku kembali menatap Hardi yang tengah serius bekerja. Di kelihatan fokus sekali. Tanganku terulur untuk mengeluarkan ponsel dan mencari desain interior rumah di Pinterest. Hardi juga membiarkanku beraktivitas karena dia terlampau sibuk dengan kegiatannya. Hardi memang tipe yang tidak bisa diganggu saat sedang berkonsentrasi. Dia memang tidak pernah memarahiku karena mengganggunya tapi jelas dia tidak mendengarkanku.

Allure | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang