Jemari panjangnya mulai memetik satu persatu senar gitar dipangkuannya, bibirnya bersenandung kecil menghasilkan sebuah alunan nada, matanya memejam, membiarkan anakan rambutnya teracak hembusan angin senja, merasakan belaian halus cahaya remang berwarna jingga yang terpancar dari barat sana.
Dua bait lagu terlewati, satu petikan panjang menjadi suara akhir yang ia ciptakan, bersamaan dengan sang surya yang resmi berpulang pada tempat peraduannya.
Arsen Davian Putra, anak sulung kebanggaan keluarga Daviandra itu hampir tak ada yang tak mengenalnya, dibekali kapasitas otak yang memadai, talenta berlebih, sopan santun pada semua orang tanpa pandang derajat, membuat siapapun pasti ingin mengenal dekat dirinya.
Tak ada kata 'kurang' yang diberikan orang orang untuknya, ya, semua orang memandang juga menganggapnya dengan kata 'sempurna', meski nyatanya tak siapapun yang menyandang status kata sempurna dalam dunia fana ini.
Getaran panjang ia rasakan dipahanya, dengan segera ia meraih benda pipih itu, menggeser ikon hijau setelah sebelumnya membaca jajaran huruf yang mengukir kata 'bunda'.
"Halo bunda?"
"Ah iya kakak, lagi dimana?"
"Hm? Oh, lagi ditaman,"
"Sibuk?"
"Enggak kok bun, cuma nyari angin aja,"
"Kalo nggak ada kepentingan pulang aja ya kak, nanti sakit, angin malem nggak bagus buat kesehatan loh," ia terkekeh,
"Iya bunda, ini juga mau pulang kok,"
"Yaudah hati hati kak, nggak usah ngebut ngebut, jaketnya dipake,"
"Iya bunda, iya,"
Menuruti perintah sang bunda maka ia segera memakai jaket denimnya, menggendong gitarnya dan pulang, tanpa bantahan, karna baginya, semua kata yang terucap dari bundanya itu tak pantas ia bantah, selalu dan harus ia lakukan.
~~~
Langkahnya membawa ia menuju tempat sang bunda kini berada,
"Kakak pulang, malam bunda," tangannya bergerak menyalami tangan sang bunda, dilanjut dengan dua kecupan sayang pada pipi yang turut dilakukan bunda padanya."Lama lo kak, cepetan gih, dah laper nih," gerutuan itu sama sekali tak membuatnya kesal, justru membuatnya terkekeh ringan melihat raut sang adik yang memberengut lucu.
"Jelek lo dek kalo monyong monyong gitu,"
"Sabodo, nggak denger gue,"
"Adek," bunda menengahi, "kakak gih ganti baju dulu," ia menggeleng dan memilih langsung duduk disebelah sang adik setelah menaruh gitar di sofa ruang tv.
"Nanti aja lah, kasian tuh adek dah laper," bunda lantas tersenyum dan memilih langsung mengambilkan makanan untuk kedua putranya itu.
"Ayah nggak pulang bun?"
"Enggak, kan lagi dinas diluar kota dek," jawab bunda, ia lantas mengangguk kecil.
"Kak?"
"Hm?" Ia menoleh pada adiknya itu yang pipinya menggembung lucu sebab masih mengunyah makanan.
"Telen dulu dek," ucapnya sembari terkekeh,
"Besok anterin yah?"
"Kemana?"
"Kerumah Varo,"
"Ngapain dek?" Bunda menyahut,
"Hm? Ngapain? Main lah, besok 'kan Dheon ultah, nah terus pada mau buat birthday party kecil kecilan gitu ditempat Varo."

KAMU SEDANG MEMBACA
From Arsen✓
FanfictionArsen dengan segala cerita dan lukanya, ⚠️warn⚠️ book ini mengandung kekerasan, kata kasar, dan beberapa konten yang mungkin sensitif bagi sebagian orang. dimohon bijak dalam membaca.