twenty six

3.3K 449 107
                                    

⚠️warn!⚠️
Harsh word

.
.
.

Hanya bunyi khas serangga malam yang mendominasi isi kamarnya malam itu, sesekali terdengar kekehan samar milik Arsen entah milik Farez yang bersahutan dikamar sebrangnya.

Kembali ke posisinya yang seperti tadi, memeluk kedua lututnya hingga menempel dada, matanya menatap kosong kedepan, dengan wajah sembab dan bibir bergetar kecil, sesekali mendengung kecil dan menggeleng ketakutan.

Lagi, air matanya menetes, meski nyatanya sedaritadi tak hentinya mengalir, kali ini lebih deras, menggigit bibir bawahnya hingga sedikit mengeluarkan bau seperti besi berkarat.

Entah sejak kapan itu berlaku padanya, tidak seperti sebelum sebelumnya, kali ini semakin parah dan diluar batas, kembali ia menggeleng, berusaha menampik pikiran dikepalanya yang menurutnya sangat tidak pantas untuk diingat.

Tak terasa ia sama sekali tak mengatupkan matanya hingga fajar datang, hanya mengalirkan airmata dan berusaha melawan isi hatinya yang mengatakan hal buruk.

an asshole

morning boy,
how's ur dream?
04.48

wah, kau sangat sombong ternyata,
pantas saja kau selalu enggan menatap saya
kenapa tidak juga membalas?
04.57

wajah lo itu buruk rupa
keparat, enyah lo dari hidup gue
06.52

ow, kau sudah bangun?
jangan lupa mandi dan sarapan,
oh ya, dan juga jawabanmu,
06.55

Keval menatap pantulan dirinya dicermin kamar mandi kamarnya, sembab, matanya bengkak, pipi merah, jangan lupakan lipatan mata juga lingkaran hitam dibawah matanya yang kentara tampak.

Pyar!!

Tanpa aba aba ia meninju kaca itu hingga pecah, mengabaikan darah yang langsung keluar dari sela sela jarinya, menjambak rambut frustasi dan menangis dibawah aliran shower.

Nampaknya ia harus segera mengucapkan selamat tinggal pada hidup tenangnya.

.

.

Arsen nampak sibuk bolak balik dari dapur ke ruang makan, membawa piring berisi nasi goreng ala ala yang ia buat untuk sarapan.

Tak lupa tiga susu hangat yang ia tata sedemikian rupa, Farez hanya diam memandanginya, sesekali menjahili Arsen hingga bocah itu akan mendapat jeweran atau sekedar sentilan panas didahi.

"Kak Kev tumben ngebo, biasanya pagi banget bangunnya," Arsen melepas apron bergambar panda yang melilit tubuhnya dan menaiki tangga berniat mengajak Keval sarapan.

Tok tok tok..

"Kak Kev? Belum bangun?"

Ia lantas membuka pintu, sudah, Keval duduk ditepian kasur sembari menggenggam handphone nya, lantas Arsen menepuk pelan bahu Keval karna nampaknya bocah itu melamun.

"Eh? Kenapa dek?"

"Sarapan dul- eh?! Ini kenapa lagi?!" Panik Arsen saat tak sengaja melihat bercak kemerahan disela jari Keval.

From Arsen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang