fifteen

4K 585 78
                                    

Rengkuhan hangat sinar rembulan malam pada sang pertiwi tak mampu mengalahkan hangatnya rengkuhan sosok pemuda dalam ruangan yang kini nampak sunyi itu.

Keval merengkuh tubuh tak berdaya itu, masih pada posisinya siang tadi, tak ada niatan beranjak darisana meski hawa dingin mulai menganggu.

Keval menatap pergelangan tangan Arsen yang kini sudah terbalut oleh kassa, setelah ia membersihkan luka dan mengobatinya, Keval segera memeluk tubuh Arsen yang nampak bergetar sedaritadi.

Posisinya, Arsen bersandar pada dada Keval, silahkan kalian katakan bahwa Keval tidak normal, tapi tidak, ia melakukan itu bukan sebagai sepasang kekasih, tapi sebagai kakak yang melindungi adiknya.

Keval hanya diam, menyandarkan kepalanya ditembok belakangnya, menatap surai belakang Arsen didekapannya.

Menyamankan posisi Arsen dan mulai memejamkan matanya, ia tak kuat jika harus menggendong Arsen dan memindahkannya kekasur, itu kenapa ia memilih merengkuh Arsen dalam pelukannya.

Kalau kalian tanya, apakah Andra tau apa yang terjadi pada Arsen, jawabannya 'tidak', karna memang setelah puas menghajar Arsen yang dihentikan oleh Keval, Andra langsung kembali menuju rumah sakit.

"Kak Kev?"

Ketukan pintu menyadarkannya dari lelapnya,

"Kak Kev?"

"Iya, yah? Nggak dikunci masuk aja," setelahnya nampak sosok Andra disana, bisa Keval lihat bahwa raut wajah Andra sedikit mengeras setelah menatap Arsen, tapi ia langsung berdeham mengalihkan perhatian Andra.

"Kenapa, yah?"

"Hm? Itu, mama udah pulang, katanya mau ketemu kamu," Keval mengangguk, dan menatap Arsen yang masih ia rengkuh, begitupula Andra yang langsung mengalihkan pandangan ke Arsen.

"Bisa bantu nggak, yah? Pindahin ke kamar?" Andra mengangguk, memposisikan diri memunggungi Arsen dan Keval membantu memposisikan Arsen dalam gendongan Andra hati hati.

"Sana temuin mama dulu," Keval mengangguk dan segera beranjak, sedangkan Andra menuju kamar Arsen guna menidurkan putra sulungnya yang kini menjadi sosok bungsu dikehidupan baru.

Perlahan Andra merebahkan Arsen, menyelimutinya, sebelum akhirnya tatapannya berhenti pada pergelangan tangan Arsen yang dibebat kassa.

Melihat Arsen tak nyaman dalam tidurnya, Andra mengelus pelan surai hitam sang anak, bekas tamparan siang tadi masih sedikit nampak, Andra menyesal, sungguh, ia hanya kelepasan tadi.

"Maafin ayah," lirihnya dan berakhir menyelimuti Arsen hingga sebatas dada.

"Kenapa minta maaf, yah?" Langkah Andra berhenti, berbalik menatap Arsen yang kini tengah menatapnya dengan mata memerah, suaranya terdengar sedikit serak seperti tertahan.

"Kenapa minta maaf? Kan Arsen yang salah, Arsen udah bunuh calon anak ayah sama mama Vika," Andra masih diam,

"Arsen pembunuh kan, yah? Arsen jahat, yah, Arsen bajingan brengsek, iya kan, ayah?"

"Enggak kak," Andra berbalik hendak mendekat, lantas duduk ditepian kasur Arsen dan segera memeluknya,

"Jauh jauh, yah," lirihnya dalam rengkuhan itu, "jauh jauh dari pembunuh, yah!" Peliknya ia bahkan berontak dari pelukan itu,

Andra mengeratkan pelukannya, "Maafin ayah kak, ayah yang salah, maaf, kakak nggak salah, maafin ayah sayang," ucap Andra,

Arsen hanya diam, tak lagi berontak maupun berniat membalas pelukan sang ayah.

Andra melepas pelukannya perlahan, menangkup wajah sang anak yang kini nampak sembab, jujur, baru kali ini Andra melihatnya.

Lalu fokusnya teralih lagi melihat perban dipergelangan tangan Arsen, "ini kenapa, sayang?" Arsen ikut menatap pergelangan tangannya sendiri.

From Arsen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang