twenty seven

3.5K 430 113
                                    

⚠️warn!⚠️
harassment scene;
yang keberatan atau terganggu bisa tekan tombol out, terimakasih.

.
.
.

Derap langkah terdengar, mengisi keheningan ruangan tempatnya kini berada, tak ada yang nampak aneh, semua terlihat normal, dimulai dari lantai tempatnya berpijak, sofa tempatnya diikat, dan bentuk ruangan yang bahkan pantas disebut rumah.

Ikatan kakinya dilepas, sedang ia didudukan dari posisi awalnya yang tengkurap disofa, penutup mulutnya dikebawahkan membuat sebuah isakan terdengar setelahnya, membuang muka saat ayahnya bersimpuh dihadapannya dengan tatapan yang tak bisa ia artikan.

"Don't cry, nafasmu semakin sesak nanti," ucapnya mengelap jejak airmata dipipi putranya, mengambil segelas air diatas meja lantas menyodorkannya dihadapan bibir Keval yang masih setia terbungkam rapat.

"Minum." Titahnya pelan, Keval hanya menggelengkan kepalanya pelan, sungguh, bukan minum yang ia butuhkan sekarang, hanya, setidaknya ikatan tangan dibelakangnya.

"Kau tak mau minum? Tak haus, baiklah ayah yang habis-"

"H-haus yah," lirih Keval pada akhirnya, sang ayah menghelas nafas pelan lantas kembali menyodorkan gelasnya pada Keval, yang mana ia langsung meneguk beberapa tegukan.

"Sakit yah, lepasin," sedikit menggerakkan tangannya yang terikat menjadi satu,

"Nope,"

"Please," persetan dengan ego tinggi nya, lebih baik memohon pada bajingan ini daripada tangannya terluka lebih parah, bukan apa, Arsen akan mewawancarainya semalaman tanpa jeda.

"Nggak akan kabur, yah, i swear," lagi, dengan nada yang semakin memelas, layaknya anak anjing yang kelaparan dan ingin cepat diberi makan.

Sang ayah menatapnya sesaat sebelum akhirnya menghela nafas pelan sembari memalingkan pandangannya, menepuk puncak kepala Keval dua kali  dan berdiri dari posisi bersimpuhnya.

"Ayah, lepasin.."

Ayahnya hanya acuh, dan kembali meninggalkannya disana, sia sia usahanya, lantas ia berusaha berdiri dengan kakinya yang serasa mati rasa.

Bugh

"Akh.. bajingan! Mati lo anjing!!" Pekiknya saat raganya jatuh bahkan saat baru mencoba mengambil satu pijakan, kakinya benar benar lemas juga bergetar.

Memundurkan tubuhnya dan bersandar pada sofa dibelakangnya, meratapi nasibnya, kenapa semua jadi seperti ini.

Tak berselang lama terdengar lagi derap langkah memasuki ruangan itu, dan kini tepat mengarah mendekat padanya, mungkin, karna suara derapannya makin kentara terdengar.

Hening, Keval dibuat bertanya tanya, siapa itu? Kenapa hanya diam?

"Ay-" Lirihnya berusaha menoleh kebelakang,

"Woaa, kupikir tak ada orang," ucapnya dan menyempatkan diri memainkan ponsel.

"How's cute, hai little boy? What's ur name?"

Keval tak sempat menyelesaikan panggilannya saat tau bahwa orang itu bukanlah ayahnya, ya Tuhan, apalagi ini.

"Ayah.." lirihnya saat merasa adanya pergerakan dari sosok yang belum ia lihat wajahnya itu, ia menunduk, semakin memejamkan erat matanya saat merasakan usakan gemas pada surainya.

"Hei, kenapa menangis, jangan menangis, kau tampak lebih manis,"

'Gila!! ya Tuhan, bantu hambaMu ini'

From Arsen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang