eighteen

3.9K 562 51
                                        

Siang itu, saat sedang terik teriknya Arsen pulang dengan wajah lelahnya, panasnya jalanan serasa membakarnya hingga muka nya memerah.

Keval yang kebetulan sedang menuruni tangga menoleh pada Arsen, tanpa kata ia berlalu kedapur.

Arsen merebahkan dirinya dikasur, hirup nafas, buang, hirup, buang, hanya itu yang ia lakukan hingga akhirnya memilih untuk bangkit dan menuju ayunan dibalkon, tak lupa gitar kesayangannya turut dibawa.

Memetik senar satu persatu, terangkai nada indah yang seolah membawanya keangkasa, membumbung jauh bersama dengan untaian untaian kata yang ia rapalkan ditengah nyanyiannya.

Petikan panjang mengakhiri lagu, bersamaan dengan rentetan rindu yang hadir menyatu, membuatnya meraih ponselnya, mencari kontak nama sang bunda.

"Angkat bunda, please.." harapnya dalam hati,

Mengingat setelah kejadian dimana sang bunda menelfonnya sore itu guna memberitahu bahwa Farez kecelakaan dan sampai saat ini tak lagi pernah menghubunginya.

"Halo?" Arsen tergugu seketika mendengar suara itu dari sebrang sana.

"B-bunda?"

"Iya kenapa, kak?"

"Eum, bunda dirumah?"

"Belum sih, tapi ini hampir sampai, kenapa?"

"Kakak boleh kesana?"

Terdengar kekehan setelah pertanyaannya terlontar, "emang bunda pernah larang kakak dateng?" Tanyanya dengan nada bercanda.

"Hehe, enggak sih, yaudah kakak kesana ya, bun.. hati hati dijalan, bunda."

"Kakak juga, jangan ngebut!"

"Siap bunda,"

Arsen bergegas memakai jaketnya, meraih kunci juga helm nya, menuruni tangga sedikit tergesa.

Keval yang tengah menonton tv dengan toples berisi kacang kulit diapitan kakinya yang bersila menoleh, "mau kemana, dek?"

"Bukan urusan lo,"

Keval hanya mendengus kesal sebelum berakhir acuh, kembali atensinya pada tv dihadapannya.

Membelah jalanan kota untuk kedua kalinya siang itu, tak apa, hati Arsen sedang berbunga bunga bagai baru diterima cintanya oleh kaum hawa impiannya, padahal tidak.

Ia kira sang bunda membencinya akibat kejadiam tempo hari lalu, namun nampaknya sang bunda tak mengungkit lagi tentang hal itu.

Ah benar, bahkan ia rela berputar arah menuju toko kue Kakek Ken dulu hanya demi membeli kue kesukaan bunda juga adiknya.

Memakirkan motornya digarasi, tepat disamping mobil sang bunda, seperti kebiasaannya dulu.

"Siang bunda," ucapnya setelah membuka pintu, netranya langsung disuguhkan Farez yang tengah bersantai disofa ruang tamu.

Arsen mendengar dengusan dari Farez, namun ia acuh, segera mencari bunda didalam sana.

"Bun-"

"Tamu nggak ada sopan santun." Sebuah suara menginstrupsinya, Arsen berhenti, menatap Farez yang kini menggulirkan layar ponselnya.

"Ini dulu rumah gue juga kalo lo lupa, sok kuasa banget." ujarnya datar, "bunda?!" Panggilnya lagi.

"Oh, kakak? Cepet banget, ngebut ya?" Selidik bunda, Arsen menggeleng sembari terkekeh pelan.

"Enggak kok, bun.. jalanan agak lengang aja, jadi cepet,"

"Yaudah duduk dulu, mau buatin minu-"

From Arsen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang