two

11.2K 931 72
                                    

Gemerlap bintang diatas sana selalu datang, menjadi penghias gelap dengan kemerlap, terpaan angin malam menembus celah dedaunan diatas pohon menghasilkan gemerisik, membuat sunyi sedikit terisi.

Nafas hangatnya ia buang perlahan, masih sama seperti malam malam sebelumnya, sosoknya memilih untuk menapakan kaki disana, diatas hamparan rumput hijau taman kota, dengan gitar kesayangan dipangkuannya.

Sejenak melepas penat dikala malam, mengisi hati dengan bernyanyi, tak ada yang bisa membuatnya tenang selain alunan nada nada indah yang ia dengar, satu alunan nada, satu pijak pula ia menuju kedamaian. Nada halus tanpa teriakan yang memekakan telinga.

Manik kembarnya kini menatap angkasa, angkasa hitam pemandu kelam, setau nya hanya ada dua warna yang dimiliki angkasa, hitam kelam, dan biru sendu, oh, jangan lupakan warna indah yang hadir sesekali meski banyak yang menanti setiap saat, jingga.

Arsen suka mana? Tak ada, angkasa bagi Arsen sama saja, seindah apapun warna yang angkasa olah, pasti ada sisi kelam didalamnya.

Deringan panjang lagi lagi memecah lamunannya, satu nama yang tak pernah absen menghias notifikasi ponselnya, 'bunda'.

"Halo bunda?"

"Kakak? Adeknya udah dijemput?" Arsen melirik benda dipergelangan tangannya.

"Belum bunda,"

"Udah malem, kakak jemput sekarang aja ya?"

Arsen nampak menimang nimang sebelum akhirnya mengangguk meski bunda tak melihatnya, "iya bunda, kakak jemput habis ini," Arsen menyempatkan tersenyum kecil, yang lagi lagi tak akan bunda lihat dari sebrang sana.

"Yaudah, hati hati ya kak, jangan ngebut bawa motornya, dah kakak,"

Sambungan itu terputus setelahnya, Arsen segera beranjak darisana, menuju rumah Varo, rumah teman adiknya itu, dimana Farez berada.

Arsen melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sepertinya jaket yang ia kenakan tak mampu menghalau dingin yang serasa membuatnya beku, giginya ia gertakan, rahangnya mengeras, dingin itu tak main main, Arsen tak bisa menahannya lagi dan memilih menancapkan gasnya dengan kecepatan penuh, mengingat jalanan malam mulai nampak sepi.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuknya sampai, itu dengan kecepatan penuh, apa jadinya jika ia melaju pelan? Mungkin tengah malam nanti baru sampai.

Arsen membuka helm full face nya dan memasuki rumah Varo yang ternyata ramai, Arsen kenal semua, itu kenapa ia dengan santainya menyelinap masuk,tenang ia masih cukup tau tentang sopan santun.

"Kak Sen, nyari Farez?" Arsen menoleh pada Vano,

"Enggak, nyari kucing tetangga gue yang kabur,"

Vano tertawa, "Oh, gituu yaudah, silahkan dicari kakak, kalo udah ketemu jangan lupa dikandangin biar nggak kabur lagi,"

"Selamat menua," Arsen menepuk pundak seseorang yang berdiri membelakanginya, Dheon.

"Weh Kak Sen," Dheon melakukan tos ala ala dengan Arsen, "hehe, thanks kak,"

"Fa! Kakak lo!!" Pekik Dheon membuat beberapa anak anak yang tengah asik bebakaran dihalaman belakang menoleh, bergantian memberi sapaan pada Arsen, walaupun itu hanya dengan senyuman.

From Arsen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang