Waktu ke waktu mulai berlalu, seiring mengelupasnya kata sendu menjadi rasa rindu, janji janji yang sempat ia ucapkan saat itu, kini melebur jadi satu bagai abu bakaran kayu.
Sehelai daun yang jatuh tersapu angin dari dahannya kini berhenti tepat didepan kaki jenjang milik pemuda yang sedang berdiri dibawah tiang bendera sembari tangan kanannya membuat gestur hormat.
Sial, batinnya, dibawah terik sang mentari yang sedang bersinar dengan semangatnya, ia serasa menantangnya, dengan berani berdiri dibawah sana dengan kepala mendongak keatas, sesekali mengusap peluh menggunakan lengannya.
"Guru sialan," lirihnya membuat teman disebelahnya menoleh,
"Lo bego, bisa bisanya kena sita,"
"Ya mana gue tau kalo hukumannya disuruh hormat kaya gini, biasanya juga cuma catet diruang bk, kan adem disana,"
"Pekok!"
"Udahlah diem, panas banget gilaksi nggak waras, kapan bel bunyi sih tai,"
"Fa!" sosok yang baru saja mengumpat kini menoleh ketepi, tepat dimana asal suara teriakan memanggilnya,
"Paan?!" Jawabnya tak kalah keras,
"Dicariin Kak Sen!" Ia langsung berdecak dan memilih kembali mendongak menghadap sang saka.
"Penting katanya!! Nggak boleh nggak dateng, ditempat biasanya, sekarang!!" Farez, baru saja ia hendak protes namun sosok yang sedari tadi meneriakinya kini lenyap entah kemana.
"Bangsat bener tu bocah, maunya apasih," lirihnya membuat sosok yang sedari tadi menjadi partner toxic nya menepuk bahunya.
"Temuin aja, bilang makasih juga lo bebas dari cobaan panas kerak neraka ini,"
"Y,"
"Betina peemes," cibir temannya yang lantas membuat Farez memutar bola matanya malas dan segera pergi menuju tempat yang ia yakini tengah ada Arsen disana.
Farez menampilkan wajah datarnya kala sosok sang kakak tengah tersenyum padanya, mengulurkan sebuah botol air mineral, ia hanya meliriknya malas,
"Mau apa? Nggak usah basa basi langsung intinya aja,"
"Hey, kenapa gitu jawabnya? Lagi kesel sama temen? Mau cerita?" Tanya Arsen, jangan lupakan tangannya yang memegang botol air mineral masih menggantung diudara tanpa tanda tanda akan diterima oleh sosok didepannya itu.
"Mau lo apa?" Tanyanya lebih datar bahkan tersemat nada kesal disana.
"Ini, pegel tangan kakak, dek,"
"Siapa lo? Gue nggak pernah kenal sama lo, nggak mutu banget sih manggil manggil? Sok kenal!"
"Ini bener nggak mau minumnya? Keliatan capek gitu,"
"gue. gak. pernah. sudi. nerima. barang. dari. orang. asing." Setelahnya Farez meninggalkan Arsen yang masih sempat sempatnya tersenyum memandangi bagaimana punggung lebar sang adik mulai menjauh dari penglihatannya.
Bahunya ditepuk membuatnya menunduk sembari terkekeh, menertawakan dirinya sendiri, mungkin?
"Gue bangsat banget ya sampe bikin adek gue nggak sudi natep gue?" tanyanya retoris,
"Lo nggak salah, nggak ada diantara kaliam yang salah, coba biarin dia dulu, dia juga butuh waktu, Dav,"
"Sampe kapan? Sebulan lebih, dia bahkan nggak berubah jadi baik, malah tambah parah,"
"Dapi nggak pernah nyerah! Masa gitu doang mau udahan?" Kekeh Dean, "kantin ajalah gaskeun!"
.
![](https://img.wattpad.com/cover/239203325-288-k242068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Arsen✓
FanficArsen dengan segala cerita dan lukanya, ⚠️warn⚠️ book ini mengandung kekerasan, kata kasar, dan beberapa konten yang mungkin sensitif bagi sebagian orang. dimohon bijak dalam membaca.