Guyuran air akibat tangis angkasa sudah bertahan kira kira sejak satu jam yang lalu, membawa angin juga hawa dingin yang semakin menusuk kulit membuahkan keinginan untuk mencari kehangatan, segelas coklat panas mungkin tak masalah.
Kakinya menuruni tangga guna menuju dapur, matanya mendapati sesosok dimeja makan dengan gawai digenggamannya sesekali mengeluarkan umpatan pada layar yang sedang ia mainkan.
"Sinting kalik, misuh misuh sendiri," cibirnya sembari berlalu kearah pantry.
"Sirik lo, dek!"
"Dih biarin." Acuhnya dan mulai menuangkan air panas kedalam mug sebelum diaduk pelan, berjalan mendekat dan duduk disebrang sang kakak yang masih asik menyalahkan kawan bermainnya yang bahkan tak tau disini ia misuh macam orang gila.
"Dahlah busuk, nggak bisa main segala join!"
Arsen tertawa setelah menyeruput sedikit coklat panasnya, lantas menoleh pada arah pintu utama yang menghasilkan bunyi tanda seseorang masuk.
"Loh, dek ngapain ujan ujanan heh!" Arsen bangkit cepat menuju kamar mandi dekat dapur dan tak lama kembali membawa handuk.
Mendekat pada Farez yang kini sudah duduk dimeja makan bersama Keval dan kembali bermain game, astaga! Farez belum mengeringkan tubuhnya.
"Ganti dulu, dek!"
"Hm, nanti,"
"Ck, ngeyel bener." Arsen berdiri dibelakang kursi Farez, mengeringkan rambut basahnya meski sang empu protes akibat ia tak fokus bermain.
"Kalo sakit yang ngrawat yang disini bukan hero yang di hp, ganti baju cepet!" Berakhir Farez mengorbankan game nya dimainkan Arsen meski keberatan, tak apalah, daripada ia turun rank.
"Kak tau nggak?"
"Nggak."/ "Nggak mau tau."
Farez berdecak kesal dan menatap datar kedua sosok yang ada disana, "enyah kek enyah!"
"Dih, lo yang kesini ya kenapa kita yang enyah?" Protes Keval, Farez hanya memasang tampang malasnya.
"Danu bohong,"
"Hah?" Arsen sedikit menurunkan hp nya dan beralih menatap Farez "bohong apa?"
"Kalo gue anaknya, sumpah sih, tua bangka sinting."
"Kok lo tau, dek?" Farez mengetukan jemarinya diatas meja, "Bunda yang cerita,"
"Cerita gim-"
"Loh nak Farez?" Sebuah suara memotong percakapan ketiganya, Farez memilih berdiri, mendekat dan menyalami tangan mama.
"Dingin banget nak Farez, hujan hujanan ya?"
"Hehe, iya ma,"
"Kenapa nggak bilang, kan bisa sekalian nanti ayah jemput,"
"Biarin deh, pengen main ujan." Lantas mama terkekeh dibuatnya dan mengacak rambut Farez.
"Mau temenin mama?"
"Kemana, ma?"
"Belanja, sekalian beli martabak, kata ayah nak Farez suka martabak, sampe sebungkus bisa habis sendiri," mama menggoda Farez yang justru ditertawakan Keval karena Farez sendiri menahan malu hingga mukanya memerah.
"Dih si ayah buka kartu, ayo deh ma," jawabnya kemudian, membuntuti langkah mama yang mulai meninggalkan ruang makan menyisakan Keval juga Arsen.
"Kak ayah lo nggak ganggu lagi, kan?" Arsen buka suara.
"Nggak lah, gila kalik, minggat dia."
"Kemana?"
"Hongkong, tau deh ngapain, nyari janda kali." Arsen terkekeh,

KAMU SEDANG MEMBACA
From Arsen✓
FanficArsen dengan segala cerita dan lukanya, ⚠️warn⚠️ book ini mengandung kekerasan, kata kasar, dan beberapa konten yang mungkin sensitif bagi sebagian orang. dimohon bijak dalam membaca.