Ketika luka baru saja ditorehkan, maka setidaknya harus ada obat yang membantunya mengurangi rasa sakit ataupun sekedar menyamarkan bekasnya, lalu jika lukanya menolak diobati, tidak perlu dipaksa, karna itu justru membuatnya semakin menganga dengan lebarnya.
Banyak hal yang dapat dijadikan perumpamaan luka, sungguh, seperti halnya karang, yang dikikis ombak lautan, lalu kaca yang retak tanpa bisa diubah kebentuk semula, atau bahkan kayu jati yang dimakan rayap.
Ini bukan ajang perlombaan, dimana manusia manusia penuh tekanan sedang berlomba lomba menunjukan sisi kerapuhannya, tapi ini tentang bagaimana ia berbagi cerita luka untuk diambil pesan moral didalamnya.
Bagi Arsen, berbagi air mata lebih mulia daripada berbagi rasa bahagia, kenapa? Karna air mata lebih berharga daripada tawa.
Terhitung sudah lebih dari seminggu sejak kejadian dimana ia berteriak teriak seperti orang kerasukan, selama itu pula ia berusaha menghindar dari jangkauan orang orang. Terlebih dari orang orang rumah.
Kini ia tengah terduduk diayunan balkon kamarnya, seperti biasa, ah tidak juga, suasana malam itu sedikit sunyi, ayah belum pulang, begitupula bunda, Keval? Entahlah, Arsen tidak,-berusaha tidak peduli.
the an(ying)
Dap?
Woe?!
Keluar lo, jan jd primitif goa deh.
21.43Ap an?
21.48Jgn ngilang.
21.48
Ngilang ap sih? Siapa yg ngilang? Knp?
21.51Akhir" ini lo jarang on,
Gatau alesanny, tp plis bgt jgn ngilang.
Gue kepikiran lo mulu dr kmrn.21.53
Four lay.
21.53Fugh,
21.53Kekehan kecil keluar dari bibir pucatnya, kini jemarinya mulai menggulirkan layar ponselnya ke roomchat miliknya dengan Farez, setelah mengumpulkan keberanian, ia menggulirnya, dari chat paling atas.
Ah benar, pembukaan chat itu dimulai dari Farez yang saat itu baru mengganti nomornya, hanya bahasan random, sekedar berdebat tentang hal hal kecil, atau bahkan membahas teman teman adiknya yang banyak tingkah.
Semakin ia gulir kebawah semakin pula tercipta rasa rindu yang kentara nyatanya, tak jarang Farez bercerita banyak hal kepada Arsen, jika ia malu atau terlalu malas, ia hanya akan bercerita dengan ketikan saja.
Arsen membaca semuanya, tersenyum pedih mengingat kenyataan yang ia jalani saat ini tak lagi akan sama seperti dulu.
Matanya memerah tiba tiba dengan dada yang menyesak, ditambah lagi potongan lirik lagu yang tak sengaja ia dengar siang tadi berputar, bagai tengah memutar drama di sebuah teater.
Chat terakhirnya hanyalah sekedar Farez yang menyuruhnya untuk melupakan semuanya, Farez meminta Arsen membencinya.
adek rez
gosh cht gue lg, anggep kt g prnh kenal.
pergi dr kehidupan gue, lo bebas skrg.
gue risih sm lo.
23.56

KAMU SEDANG MEMBACA
From Arsen✓
FanfictionArsen dengan segala cerita dan lukanya, ⚠️warn⚠️ book ini mengandung kekerasan, kata kasar, dan beberapa konten yang mungkin sensitif bagi sebagian orang. dimohon bijak dalam membaca.