Z;E;R;O > Prolog

88.9K 7.2K 658
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, BEBERAPA PART DIPRIVAT]

[BIASAKAN VOTE]

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kegelapan adalah momen dimana aku sendirian, dan kalian menjadi titik terang aku bisa bersinar.

Kegelapan adalah momen dimana aku sendirian, dan kalian menjadi titik terang aku bisa bersinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


••••••••••••••••

"Halo, Choi Sheya."

Aku mengerjapkan mata. Telingaku terasa berdengung kala cahaya menyapa indra penglihatanku.

"Hng?" gumamku lirih. Entah mengapa tenggorokanku begitu tercekat sampai aku sangat susah untuk bernapas.

Walau sulit, namun aku berusaha menjernihkan pandangan. Hingga beberapa menit kemudian akhirnya aku bisa melihat setitik objek pandang.

"Sheya."

Dia membelai rambutku, tersenyum lembut ke arahku.

Hatiku yang semula terasa hampa seketika menghangat.

Deru napasku berubah beraturan. Senyumnya membuatku tenang. Aku bisa merasakan rasa sayang yang dia salurkan.

Keadaan terasa manis, semanis ketika aku mencoba permen kapas pertama kali, sampai---

Brakk

"Sheya! Sheya lo nggak pa-pa?"

Segerombol cowok berbondong-bondong berlari ke arahku.

"Gimana bisa lo jatoh sih?!"

"Shey, apa ada yang sakit? Bilang sama gue sekarang juga."

"Jangan sedih, pasti lo bisa sembuh."

"Kalau mau nangis di pundak gue aja. Tapi lebih bagus nggak usah nangis, entar gue ikutan sedih."

"Ck, makanya jangan nakal, udah gue bilang jangan pergi."

Rentetan kalimat yang beruntun itu terus memasuki gendang telingaku. Kepalaku terasa sangat pusing, ditambah suara-suara mereka, rasanya kepalaku akan pecah bila dibiarkan.

"Stop! Kalian bisa dewasa sedikit, nggak? Sheya masih sakit, tolong kalian keluar!"

Seseorang yang tadi menjadi titik mula pandanganku tampak menengahi mereka. Sepertinya dia sangat memahamiku.

"Tapi Bang, kita kan juga khawatir sama Sheya."

"Iya, Abang tau kalian khawatir. Tapi satu-satu kalau mau jenguk Sheya. Sekarang keluar semua."

Akhirnya mereka keluar, walau sempat saling beradu-mulut satu sama lain.

Sementara aku kembali memejamkan mata, menetralkan rasa pusing mengerikan yang menyergap kepalaku.

"Jangan pernah sakit lagi. Kita bener-bener khawatir sama kamu."

Kurasakan belaian lembut yang mengelus puncak keningku. Hatiku kembali menghangat.

Walau sebenarnya aku tidak mengerti apa yang terjadi.

Sulit mengatakan, bahwa aku sama sekali tidak mengenal mereka semua.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang