F;O;U;R;Teen > Levanter

17K 3.5K 970
                                    

Karena udah 100 votes maka aku langsung update.

Makanya kalian selalu votes biar cepet update.

Aku bakal rajin update tergantung bagaimana cara kalian ngehargain cerita ini:)

Happy reading

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


••••••••••••••••••

"Bisa nggak lo berhenti nangis?" Suno mendelik sinis padaku yang terus sesenggukan.

"Berisik banget," timpal Jungwon, ia sibuk membalut luka di tubuh Jake.

Aku meneguk saliva susah payah, kuraih tisu kemudian kutarik seluruh ingus yang menumpuk di hidungku hingga menimbulkan bunyi 'srooot'.

"Jorok banget anying," umpat Suno sambil menutup kedua telinga.

Aku tidak mempedulikan mereka, kuambil tisu baru lalu kukeluarkan lagi sepuas hati.

Jake terkekeh melihat tingkahku. Aku tidak tau apa yang lucu, dia masih saja tersenyum.

"Shey, coba sini," panggilnya. Aku menoleh sejenak, dalam beberapa detik aku terdiam, di detik berikutnya aku berdiri, beranjak mendekatinya.

Dia menyuruh Jungwon untuk berhenti mengobatinya, aku semakin dekat. Ketika sudah berada di hadapannya, ia langsung mengusap pipiku yang basah menggunakan kedua jempolnya.

"Jangan nangis lagi."

Aku memaku kaku.

"Lo lupa apa yang gue bilang dua hari lalu di rumah?" Ia menata rambutku yang berantakan. Sementara aku memutar otak memikirkan apa yang ia maksud, namun ia sudah melanjutkan ucapannya. "Jangan pernah nangis di depan gue."

Tubuhku rasanya terasa begitu kaku untuk bergerak.

"Gue tau Jay brengsek ngebentak lo sampe segitunya, tapi dia ngelakuin itu karena peduli sama lo. Jangan pernah bilang lo benci dia lagi."

Mendengar itu, seketika dahiku bergelombang dalam. "Lo---ngebela dia?"

Jake membasahi bibir. "Gue nggak ada maksud ngebela dia sama sekali. Tapi gue tau perasaannya pas lo bilang benci sama dia."

Kutepis lengan Jake dari tubuhku, perlahan aku menjauh darinya. "Dia udah mukulin lo, sampe muka lo bonyok, sampe badan lo memar, sampe semengerikan ini! Kenapa lo masih liat sudut pandang dia?"

"Gini Shey," potong Suno. Ia berjalan maju. "Bang Jay ngelakuin hal tadi itu cuma karena lo. Jangan bilang kalau lo benci dia. Sama aja lo nggak ngehargain niat dia."

"Niat apa?!" Aku mendadak termakan emosi. "Niat apa yang lo maksud?! Kalian tuh aneh banget! Gue sama sekali nggak ngerti sama semuanya. Gue bener-bener nggak ngerti. Tingkah kalian semua bikin gue pusing. Kalian aneh. Gue sama sekali nggak ngerti." Aku berjongkok seraya memegang kening, pusing memikirkan segala kenyataan. Semuanya ... tidak bisa dinalar otakku.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang