Choi Sheya terbangun di rumah sakit seusai koma. Saat pertama kali membuka mata, beberapa cowok dengan wajah rupawan nyaris sempurna mengaku sebagai sosok Abangnya. Anehnya, Sheya tidak mengenal mereka. Dan yang lebih buruk lagi ia tidak mengenal di...
Chap ini sebenernya udah aku tulis dari kemarin, penginnya up besok sih tapi mumpung gabut, ya udah up sekarang:"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading👍
Aku tertawa lebar saat Niki menyikut tubuhku menggunakan siku. Kulirik dia melalui gerakan mata lalu balas menyenggol bahunya menggunakan tubuh. Dia ikut tertawa, membalas perbuatanku dengan perbuatan yang sama, yaitu menyenggolku sampai tubuhku oleng ke samping. Aku tertawa.
"Lo berdua bisa diem, nggak?" Suno menggebrak meja.
Aku dan Niki spontan meliriknya.
"Hng? Bisa kok, bisa," jawabku, acuh tak acuh. Kini kami akan makan malam, para pelayan masih meletakkan menu hidangannya ke meja. Tentu saja aku dan Niki sudah membersihkan diri dari aksi 'membuat kue' kami.
Aku membetulkan posisi duduk, tanpa disangka Niki kembali menyikutku, aku memicingkan mata padanya sambil menyeringai, kubalas perbuatannya dengan menyenggol bahunya lagi. Dan dia juga membalas aksi balas dendamku. Begitu seterusnya sampai tidak sengaja bahuku bersentuhan dengan bahu Bang Jay yang baru datang, duduk di sebelahku.
"Eh, sori Bang," ucapku spontan.
Dia melirikku tajam. Aku meneguk ludah samar lalu membuang muka pura-pura tak tau. Kali ini aksi 'anak kecil' yang kulakukan bersama Niki berhenti.
Bang Heeseung memasuki ruang makan, sontak aku melambaikan tangan sembari tersenyum lebar, menyambutnya.
"Abang!" Aku melambai senang, dibalas kekehan manis darinya. Ia duduk agak berjauhan dariku karena kursi lainnya telah diisi oleh Bang Sunghoon dan abangku yang lain.
Mataku menyipit menatap Jungwon, Suno dan Bang Jake. Hmm. Tumben mereka duduk berdekatan dengan kami, biasanya mereka akan mengambil duduk di kursi paling ujung dan paling jauh.
"Apa nengok-nengok?" sinis Jungwon.
Aku memasang wajah ingin muntah kemudian memeletkan lidah padanya, seolah mengatakan 'pede amat'.
