S;E;V;E;N > Attention

22.9K 3.7K 316
                                    

DUAR!

Sontak aku terbangun ketika sebuah petir menggelegar berbunyi nyaring. Padahal hanya butuh beberapa detik lagi aku mencapai ambang mimpi, tetapi petir kurang ajar ini merusak istirahatku.

Aku bangkit dari tempat tidur, melangkah mendekati balkon. Dari sini dapat kulihat langit tanpa hiasan bulan dan bintang tengah diselimuti awan hitam nan tebal yang siap menjatuhkan jutaan titik air ke bumi. Dan kejadian itu dimulai kala sebuah kilat berwarna biru nyalang muncul dari balik kepulan awan.

Seketika aku menutup balkon dan kembali masuk ke dalam kamar.

Mengagetkan.

Sedetik kemudian deru hujan lebat terdengar, pertanda bahwa jutaan air tersebut telah menerjang muka bumi.

Kuarahkan pandangan menuju jam dinding, pukul 10 malam. Ternyata belum terlalu larut.

Aku memilih duduk di bibir kasur dengan keheningan yang meraup nyata.

Sepuluh menit termenung, hingga perutku tiba-tiba berbunyi.

Aku membulatkan bibir setengah.

"Padahal jam lima tadi udah makan." Aku mengangkat tangan, menggarut pipi. "Udah jam sepuluh, kalau makan nasi bisa gemuk."

Aku meringis. Pandanganku beralih melirik nakas---tempat penyimpanan camilan---

Pasti udah abis.

Tapi kalau turun, malesin banget.

Aku memutuskan untuk tetap diam di kamar. Namun beberapa menit setelahnya, perutku kembali berbunyi.

Heol!

Sepertinya aku tidak punya pilihan selain menghampiri dapur. Aku mulai bangkit, berjalan menuju pintu, membukanya perlahan, lalu menyembulkan kepala memastikan keadaan sekitar.

Kosong.

Kuedarkan pandangan ke seluruh sudut. Tidak ada siapapun.

Oke. Aman.

Dengan perlahan, aku keluar dari kamar, mulai melangkah menyusuri koridor besar ini. Aku mengusahakan tidak menimbulkan sedecit-pun suara.

Bola mataku terus berpendar, memeriksa tidak ada seseorang yang berkeliaran di saat-saat begini. Apalagi petir sambar-menyambar di luar sana, hujan lebat turut mengisi keadaan. Setauku saat seperti ini para cowok akan tidur atau bermain game di kasur empuk mereka. Tidak mungkin mereka masih menonton atau berada di luar.

Ya. Harusnya begitu. Biar aku puas menghabiskan seluruh makanan yang ada di dapur.

Aku terkikik.

Sejauh mata memandang, para pelayan juga telah kembali ke kamar masing-masing.

Aku mendekati tangga kemudian bergegas turun.

Gelap.

Aku celingukan. Mungkin setiap malam lampu di lantai bawah dimatikan.

Tidak apa-apa.

Aku bukan cewek penakut hantu atau semacamnya. Dengan hati-hati kuarahkan langkah kaki menuju dapur.

Dan---sampailah aku pada dapur super mewah ini.

Ini kedua kalinya aku menginjak dapur. Yang pertama saat aku tersesat mencari toilet hingga bertemu cowok super datar.

Dalam kegelapan yang remang aku mencapai kulkas. Kubuka kulkas dua pintu itu dengan sangat pelan.

Woah.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang