Twenty;S;I;X > Whiplash

14.6K 2.5K 2.1K
                                    

Happy reading🖤








Kedua tanganku tersarang di kedua tali ransel, memilinnya dengan pandangan menuju lantai marmer sekolah yang terlihat mewah. Sneakers putih yang kukenakan sesekali menjadi objek pandang. Kepalaku terunduk, menatap random ke bawah, pikiranku tidak berada di tempat.

Semalam---Bang Jake benar-benar tidak datang---aku langsung pergi ke kamar dan bergegas menuju alam mimpi, melupakan apa saja. Kini hanya kesedihan yang meraup dadaku.

"Yang bener jalannya." Bang Sunghoon di sebelahku berseru. Aku menoleh sekilas kemudian bergumam sebagai jawaban.

"Jake pasti maafin lo."

Aku semakin memilin tali ransel.

Semoga.

"Dari sini gue bisa sendiri," ucapku tanpa menunjuk ekspresi apapun dan segera berbelok ke koridor lain, meninggalkan Bang Sunghoon yang masih menatap punggungku. Aku tidak mempedulikannya dan fokus meratap pemikiran kosongku.

Selain perihal Bang Jake, yang menambah hancur moodku adalah perutku. Perutku terasa keram. Baru tadi pagi aku kedatangan tamu dan kini harus merasakan sakit luar biasa dari lilitan perut. Ini sungguh sakit. Bukan main.

Aku terus mengeluarkan ringisan selama berjalan. Hingga setelah berpeluh keringat dan memerlukan perjuangan ekstra, akhirnya aku sampai pada kelas.

Fiuh.

Hari ini aku sangat berharap supaya tidak mendapat kekesalan apapun. Kumohon. Satu hari ini saja.

Kududukkan bokong pada kursi di tempat biasa aku duduk. Kupasang earphone supaya tidak mendengar sesuatu, namun baru memasang satu, tidak sengaja aku mendengar sederet kata yang membuat tubuhku menegang.

"Asal lo semua tau, Bang Jay sama Minju udah jadian."

Apa itu? Apa maksud perkataan itu?

"Kapan? Kapan? Ketinggalan gosip panas nih gue."

"Semalem! Malem minggu! Gue liat di snapgram Soobin. Anying."

Aku tidak bisa merasakan tubuhku digerakkan. Kaku. Apakah aku barusan mengalami mati rasa?

"Mana? Gue nggak liat. Si Soobin sering banget bikin sg cewek bohay, nggak minat deh gue ngeliat sgnya."

"Tenang, gue ngerekam layar kok. Nih, nih, replay berulang kali ampe mata lo pada belok."

Minju? Siapa dia? Dan tadi, apa katanya? Malam minggu? Aku tidak tau Bang Jay keluar pada saat itu. Yang kupikirkan kemarin hanya Bang Jake.

Aku menunduk dalam. Entah mengapa hatiku merasa sedih. Berusaha acuh, kupasang kedua earphone ke telinga, memutar musik kencang lalu menelungkupkan wajah, mengabaikan apa saja yang membuatku bertambah murung.

Alih-alih memejamkan mata, pandanganku tertuju pada lapangan outdoor. Pusat perhatianku tercuri oleh Bang Jay yang tengah bermain basket bersama temannya. Banyak para siswi rela berkerubung untuk menonton dirinya.

Aku membuang muka, menatap langit biru. Lebih baik aku tidak mengurusi hidupnya. Urusi saja hidupku yang aneh ini.

Entah sudah berapa lama aku melamun, tiba-tiba saja bahuku ditepuk, aku terlonjak. Sontak aku menegakkan tubuh, melihat sosok penepuk itu.

"Cepetan ganti baju lo. Kita ke bawah, Pak Heoseok udah nunggu." Dia---aku tidak tau namanya---sepertinya ketua kelas, menyuruhku. Aku mengedarkan pandangan, menyaksikan sebagian murid di kelasku telah berganti seragam menjadi pakaian olahraga.

My Brothers | ENHYPEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang